Subvarian baru virus COVID-19, yaitu Omicron BA.4 dan BA.5 dilaporkan sudah terdeteksi masuk di Indonesia. Subvarian ini diduga menjadi salah satu penyebab naiknya kasus COVID-19 di tanah air selama beberapa waktu terakhir.
Salah satu ilmuwan asal Inggris Denis Kinane mengatakan hingga kini penelitian terhadap subvarian itu masih sangat terbatas. Namun dia yakin vaksinasi masih bisa diandalkan sebagai penangkal.
"Saat ini sebagian besar populasi sebenarnya telah memiliki infeksi alami dan ditambah cakupan vaksin yang tinggi." kata dia seperti dikutip dari detikHealth pada Minggu (12/6/2022).
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dilaporkan pertama kali dari Afrika Selatan di awal tahun ini. Berdasar laporan-laporan tersebut, ada beberapa gejala umum yang dialami oleh penderita yang terpapar subvarian virus ini, meliputi:
- Demam
- Batuk
- Anosmia (kehilangan penciuman)
- Kelelahan
- Rasa tidak enak
Menurut Denis, penderita COVID-19 yang terpapar subvarian BA.4 dan BA.5 bisa mengalami salah satu gejala tersebut di atas.
"Namun, gejalanya akan terus dipantau secara ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan kesehatan," kata dia.
Sementara itu, Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito sebelumnya mengungkap data grafik kasus positif mingguan naik 31 persen pada 22 Mei 2022, dari 1.814 kasus menjadi 2.385 kasus. Kasus aktif juga kembali meningkat sebesar 10 persen dari 2 Juni yakni 2.105 kasus menjadi 3.433 kasus.
(ahr/ahr)