Hujan Kethek Guyur Klaten, Fenomena Apa Itu?

Hujan Kethek Guyur Klaten, Fenomena Apa Itu?

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Kamis, 02 Jun 2022 17:45 WIB
Fenomena hujan kethek di Klaten, Kamis (2/6/2022).
Fenomena hujan kethek di Klaten, Kamis (2/6/2022). (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Fenomena hujan kethek (monyet) mengguyur Jalan Jogja-Solo, Klaten, Jawa Tengah sore tadi. Hujan kethek atau hujan yang terjadi di tengah panas terik turun mulai ruas Desa Jombor sampai Kuncen, Kecamatan Ceper. Fenomena apa?

Pantauan detikJateng, Kamis (2/6), hujan mulai turun setelah tikungan Desa Mlese berbatasan dengan Desa Jombor. Hujan terjadi pukul 13.30 WIB dengan intensitas sedang.

Para pengguna jalan dari arah Jogja awalnya nekat menerjang hujan mengira hanya sementara. Namun ternyata semakin ke arah Solo semakin deras.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengguna jalan akhirnya mengenakan jas hujan atau memilih berteduh di bawah bangunan. Padahal panas matahari terasa terik meskipun mulai condong ke barat.

Seorang warga di Terminal Penggung, Sarjono (60), mengatakan hujan semacam itu disebut orang Jawa hujan kethek. Konon menurut cerita karena hujan di tengah panas sehingga membuat kaget.

ADVERTISEMENT

"Karena panas kok turun hujan deras maka disebut hujan kethek. Katanya karena hujan itu membuat monyet di sarangnya kaget," jelas Sarjono sambil berkelakar kepada detikJateng, Kamis (2/6/2022).

Diwawancarai terpisah, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Klaten, Nur Tjahjono menjelaskan hujan semacam itu fenomena biasa. Hal itu terkait musim kemarau.

"Berdasarkan prakiraan BMKG, Klaten, dan Jateng umumnya pada akhir Mei dan awal Juni mestinya mulai kemarau. Tetapi kemarau mundur," jelas Nur kepada detikJateng.

Mundurnya musim kemarau, terang Nur, karena ada fenomena La Nina di Laut Pasifik yang bergerak ke barat. Akibatnya meskipun sudah bulan Juni masih ada hujan.

"La Nina menyebabkan kemarau basah. Kemarau tapi masih ada hujan, bahkan bisa hujan deras, meskipun panas," imbuh Nur.

Dengan begitu, sambung Nur, kemungkinan hujan deras disertai angin dan petir masih mungkin terjadi. Apalagi puncak kemarau diperkirakan juga mundur sampai Agustus.

"Puncak kemarau diperkirakan juga mundur sampai Agustus, masyarakat diminta waspada. Jangan buang sampah di sungai, dan pohon tinggi diwaspadai," jelas Nur.




(ams/aku)


Hide Ads