Puluhan warga di Desa Lemahbang, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, menderita kretin. Kondisi itu sudah berlangsung hingga beberapa generasi.
Berdasarkan sejumlah penelitian, kondisi itu disebabkan oleh kurangnya kandungan yodium pada air tanah di desa itu.
Desa Lemahbang terdiri dari empat dusun, yaitu Setren, Sambeng, Janggle dan Lemahbang. Warga yang menderita kretin ditemukan di masing-masing dusun.
Pada Jumat (20/5/2022) detikJateng berkunjung ke Desa Lemahbang, singgah di sebuah rumah sederhana milik seorang warga yang berada di Dusun Janggle.
Di rumah yang terbuat dari kayu itu, terlihat seorang wanita tengah menggendong anaknya. Saat detikJateng mencoba menyapanya, dia menjawab dengan susah payah.
Ternyata, wanita bernama Sriyanti (32) itu merupakan salah satu dari puluhan warga Desa Lemabang yang menderita kretin. Dia mengalami gangguan pendengaran sekaligus kemampuan bicara akibat kelainan itu.
Sedangkan kakaknya, Sriyono (40), siang itu berada di dalam rumah. Dia tengah tidur lantaran sedang sakit.
Seperti halnya Sriyanti, kakaknya itu ternyata juga penderita kretin dan mengalami gangguan pendengaran dan kemampuan bicara. Mereka tinggal bersama ibunya, Siwit yang siang itu tengah mencari rumput.
"Memang biasanya Bu Siwit mencari rumput untuk kambing. Biasanya ke tegalan daerah sini," kata Sisno, sepupu Sriyanti yang tinggal berdampingan dengan rumahnya.
![]() |
Menurutnya, Siwit merupakan seorang janda. Dia memiliki 3 anak. Adapun anak pertama dan keduanya, Sriyono dan Sriyanti menderita kretin. Hanya anak bungsunya yang normal dan saat ini merantau ke Banten.
"Bu Siwit dan almarhum suaminya itu tidak menderita kretin. Yang menderita itu Sriyono dan Sriyanti. Anak terakhir, Pardi itu juga normal, bisa merantau," kata Sisno menjelaskan.
Meski mengalami kretin, Sriyono biasanya masih bisa membantu ibunya mencari rumput untuk pakan ternak. Sayang, dua tahun ini Sriyono mengalami kelumpuhan. Kondisi itu membuat Siwit harus bekerja sendirian.
Sedangkan Sriyanti meski lebih banyak di rumah, dia menjalani hidup seperti orang biasa, menikah dan punya anak.
"Anaknya Sriyanti ini umurnya hampir dua tahun, terlihat biasa (tidak kretin)," kata Sisno.
Kepala Desa Lemahbang, Sugito, mengatakan selama beberapa tahun terakhir memang sudah tidak ada lagi warganya yang terlahir kretin. Kasus bayi terlahir kretin terakhir terjadi pada 2014 silam.
Meski demikian, bukan berarti masalah di desa itu berakhir. Mereka masih harus menyelesaikan masalah stunting.
"Saat ini ada sekitar 23 anak yang masuk dalam kategori stunting. Ini kita upayakan dengan pemberian gizi dan pemantauan agar tumbuh kembangnya bisa baik," kata Sugito.
(ahr/rih)