Perantau Wonogiri, Kapan Terakhir Kamu Foto di Bawah Patung Ini?

Perantau Wonogiri, Kapan Terakhir Kamu Foto di Bawah Patung Ini?

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Sabtu, 23 Apr 2022 15:58 WIB
Monumen atau Patung Bedol Desa di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM).
Monumen atau Patung Bedol Desa di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Wonogiri -

Sudah berapa lama meninggalkan Wonogiri? Tempat mana saja yang masih menyimpan remah-remah kenangan masa lalumu? Dari sejumlah lokasi yang ingin kamu kunjungi selama mudik lebaran, sudah sepantasnya kalau monumen satu ini masuk dalam daftar teratas.

Monumen di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang dikenal dengan sebutan Patung Bedol Desa ini tentu punya arti tersendiri bagi kaum boro atau warga perantau asal Kabupaten Wonogiri.

Bagaimana tidak, patung tersebut merupakan simbol pembangunan WGM yang mengorbankan ribuan warga Wonogiri. Selama proyek pembangunan waduk itu, kurun 1976-1981, mereka terusir dari kampung halamannya sendiri, sebagian terpaksa ikut program transmigrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patung Bedol Desa berada di Dusun Karang Talun, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri Kota. Kawasan patung itu sering disebut dengan area Plaza WGM.

Di sisi selatan monumen itu tertulis, "Nama karyawan yang telah meninggal selama mendarma baktikan pada waktu pembangunan bendungan Wonogiri: Sukino, Tukimin Mangunrejo, Sardi, Djaenuri, Meseri, Susilo Praptomo".

ADVERTISEMENT

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri Dennys Pradita mengatakan, Patung Bedol Desa diresmikan Presiden Soeharto pada 1981, bersamaan dengan peresmian Waduk Gajah Mungkur.

"Nama-nama yang tercantum dalam monumen itu merupakan daftar korban dalam pembangunan WGM. Karena dalam sebuah proyek pembangunan dimungkinkan ada korban pekerjanya," kata Dennys kepada detikJateng, Sabtu (22/4/2022).

Menurut Dennys, patung itu menggambarkan sebuah keluarga yang memberikan salam perpisahan kepada kampung halamannya. Patung itu juga menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk yang ikut bedol desa itu bekerja sebagai petani.

Ihwal nama Bedol Desa, Dennys menerangkan, itu adalah sebutan program transmigrasi dari pemerintah pada masa itu.

"Bedol desa biasanya yang dipindahkan itu hampir satu wilayah atau satu desa. Dulu saat peresmian monument itu, beberapa warga yang sudah di Sumatera diundang ke Wonogiri lagi," ujar Dennys.
Dari penelitiannya, Dennys mengungkapkan, pembangunan WGM menenggelamkan permukiman, persawahan, dan ladang seluas 236,84 kmΒ². Area itu mencakup 51 desa di 7 kecamatan, yaitu Nguntoronadi, Wonogiri, Baturetno, Wuryantoro, Eromoko, Ngadirojo, dan Giriwoyo.

Mengingat Patung Bedol Desa, Kepala Desa Pokoh Kidul, Wuryatno, pun mengenangkan masa mudanya. " Dulu, saat itu saya baru lulus SMK. Karena masih muda ya tidak banyak berpikir. Kalau program pemerintah ya diikuti saja," kata Wuryatno kepada detikJateng.

Wuryatno berujar, sebagian warga yang tergusur oleh proyek WGM itu ada yang pindah ke Desa Pokoh Kidul. Namun, jumlahnya tidak begitu banyak, hanya sekitar puluhan keluarga.

Wuryanto menambahkan, sebagian eks warga Wonogiri yang bertransmigrasi ke Sitiung, Sumatera Barat, terkadang menyempatkan waktu mengunjungi patung itu untuk mengenang masa lalunya.

"Kalau sekarang kawasan Patung Bedol Desa biasanya buat foto-foto. Ada beberapa penjual jajanan di sana. Tiket masuknya gratis. Dulu sebelum pendemi Covid-19, sering ada kegiatan di sana. Sekarang belum ada lagi," kata Wuryatno.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads