Mudik ke Klaten, Mengenang Masa Jaya Pabrik Karung Goni Delanggu

Mudik ke Klaten, Mengenang Masa Jaya Pabrik Karung Goni Delanggu

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 23 Apr 2022 12:52 WIB
Bangunan kuno di kawasan eks pabrik karung goni Delanggu.
Bangunan kuno di kawasan eks pabrik karung goni Delanggu, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Bagi sebagian orang, mudik lebaran tidak sekadar untuk menuntaskan rindu pada sanak kerabat. Tapi mudik juga menjadi momen untuk mengenang masa-masa indah sewaktu kecil dan tumbuh di kampung halaman.

Di Klaten, Jawa Tengah, banyak tempat-tempat yang bisa membangkitkan memorabilia para perantau. Salah satunya kawasan Pabrik Karung Goni di Kecamatan Delanggu. Bagi perantau asal Delanggu dan sekitarnya, menyusuri jalanan di kompleks bangunan peninggalan masa kolonial itu selalu menerbitkan rindu akan masa lalu.

Sisa kejayaan idustri pertanian tebu di Delanggu itu masih bertahan hingga kini. Bangunan- bangunan tua eks pabrik gula dan karung goni masih bisa disaksikan meski terus lapuk digerus zaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika melintas pusat Delanggu, jalan menuju kompleks Pabrik Karung itu mudah ditemui. Di ujung jalan wilayah Desa Delanggu itu masih berdiri bangunan- bangunan kuno khas abad 18-19 di area seluas belasan hektare.

Di selatan dan barat jalan utama, ada enam bekas rumah dan satu kantor berarsitektur khas Eropa lengkap dengan pohon-pohon beringin tua. Bangunan-bangunan bertembok tinggi dengan atap limas bersusun itu tak terawat, dikepung semak belukar.

ADVERTISEMENT

Dari berbagai literatur, kompleks PG Delanggu didirikan tahun 1871 atau setahun setelah keluar UU agraria (Agrarische Wet) dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai wilayah vorstenlanden yang subur, luas tanaman tebu di Delanggu mencapai 404 bau dan hasilnya 16.183 pikul (Riska Fitrianto, UNY: 2017).

Di dalam pabrik yang dikelilingi pagar tebal dan tinggi, terdapat bangunan utama Pabrik Gula (PG) Delanggu dan karung goni yang menyerupai benteng. Di utaranya, deretan bangunan gudang dan puing-puing bekas rumah karyawan juga terbengkalai.

Pada 1934, pabrik itu ditutup seiring dengan meredupnya produksi gula karena tekanan ekonomi dunia. Pada 1938, pabrik itu dialihfungsikan menjadi pabrik karung goni. Delanggu pun beralih menjadi lahan tanaman rosella, bahan baku goni.

Pabrik karung Delanggu pernah jatuh ke tangan Jepang pada 1943. "Pada 1948, pabrik dengan ribuan pekerja itu tercatat pernah bergolak oleh pemogokan buruh" (Nur Wicaksono, UKSW: 2012).

Bagi masyarakat Kecamatan Delanggu dan sekitarnya, kenangan terhadap bangunan kuno pabrik itu masih sangat melekat.

"Saya ingat bangunan ini pabrik karung goni di bawah PTPN, terakhir produksi pada 1994 kalau tidak salah. Kalau rumah- rumah itu dulu tempat tinggal karyawannya," kata Eri (60) warga Delanggu kepada detikJateng, Jumat (22/4/2022) lalu.

Menurut Eri, bangunan kuno itu menyimpan kenangan bagi masyarakat Delanggu dan sekitarnya. Sebab, salat Idul Fitri dulu dilaksanakan di halaman dalam pabrik itu. Kini, salat Id di Delanggu di Lapangan Merdeka di timur pabrik itu.

"Lapangan di seberang pabrik itu tiap tahun untuk salat Idul Fitri, jadi ini mulai dibersihkan. Lapangan ini kan dekat pasar, jadi warga kecamatan lain juga sering ke sini," imbuh Eri.

Saat detikJateng mencoba melihat lebih dekat ke kompleks pabrik, ada empat pria berjaga di pos satpam. Mereka enggan bercerita tentang pabrik itu.

"(Bangunan pabrik) Ini sudah milik perseorangan. Dulu mau jadi pabrik garmen tapi tidak jadi," kata salah satu orang itu.

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Klaten Yuli Budi Susilowati menjelaskan, bangunan tua tersebut belum memiliki SK sebagai cagar budaya.

"Belum punya SK sebagai cagar budaya. Meskipun hanya sebagai ODCB (objek diduga cagar budaya), berdasarkan UU 11/2010, perlakuannya sama dengan objek yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya," jelas Yuli.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads