Semangat emansipasi perempuan yang dirintis Kartini, kini telah merambah dunia pedalangan. Ada sosok perempuan kembar, Seruni Widawati dan Seruni Widaningrum (24), yang saat ini aktif berkiprah di dunia pakeliran.
Sayup-sayup terdengar suara gendang dan suluk di Perumnas Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar, Rabu (20/4) siang. Di salah satu rumah di perumahan itulah kakak beradik kembar Wida dan Wati berlatih mendalang.
Wida mengungkap kecintaannya terhadap wayang kulit dimulai saat masih TK. Kala itu dia menonton siaran langsung di salah satu TV swasta. Dia terkenang bukannya tertidur, Wida dan adiknya justru betah menonton hingga pagi hari bersama ayahnya.
"Ya, karena wayang itu, pertama suka karena bentuk wayangnya bukan kayak boneka, atau mainan lainnya. Kedua suka karena gerakannya, gerakannya merefleksikan seperti gerakan kita," kata Wida saat ditemui Rabu (20/4/2022).
Wida mengaku mengagumi sosok dalang Mantep Sudarsono. Dia menyebut gerakan wayang almarhum dalang senior itu hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa meninju dan saya suka, wayangnya bisa batuk, wayangnya bis turu (tidur). Itu benda mati kok bisa hidup," ucap Wida.
Wida menyebut menjadi dalang bukan hal yang mudah. Butuh keterampilan suara atau dalam dunia pewayangan disebut antawacana. Tak hanya itu, butuh keterampilan tangan dan kekuatan kaki untuk menyajikan atraksi saat pementasan wayang.
Gadis kembar kelahiran Wonogiri ini, sudah menekuni dunia pedalangan sejak di bangku kelas 4 SD. Salah satu tantangan terberat bagi dalang perempuan ini adalah keterampilan tangan, oleh karenanya Wati memilih mematangkan kemampuan kaki sewaktu bermain wayang.
![]() |
Wida pun mengaku kemampuan antawacana adalah kelemahannya. Sehingga dia akan memperbanyak tokoh wanita agar karakter suaranya tetap terlihat.
"Kalau saya setiap mendalang pasti memperbanyak tokoh wanita, suara saya kan kecil dan saya harus akali," jelas Wida.
"Sebenarnya sabetan dan gerak wayang tidak mau kalah dengan dalang laki-laki, sabetannya juga harus bagus," tuturnya.
Kedua dalang ini pun kompak menyebut Ki Dalang Sukisno sebagai sosok yang menginspirasi mereka saat ini. Wida dan Wati menyebut jumlah dalang wanita hanya hitungan jari, bahkan untuk area Jawa Tengah jumlah dalang wanita tak sampai 10 orang.
"Belajar wayang, apalagi bagi kita perempuan, itu penuh tantangan dan seru. Ada banyak nilai moral dari kisah pewayangan yang bisa kita ambil hikmahnya, contohnya kita bisa belajar mana yang salah dan baik lewat tokoh dalam dunia pewayangan," tutur Wati.
Orang tua Wida dan Wati, Endang Purwanti (50) mengaku mendukung karir kedua anaknya untuk menjadi dalang wanita. Keluarga mereka bahkan pindah ke Solo agar keduanya bisa sekolah pedalangan di SMKI Solo.
"Saya senang, sangat semangat dengan cita-citanya dari kecil menggeluti wayang dari balita, sampai besar dia sekarang. Tidak banyak anak seperti kembar saya, ketika minta sekolah di sini saya harus melepas kegiatan di sini," tutur Endang.
Wida dan Wati pun kini menempuh pendidikan S2 pedalangan di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Endang pun mengaku memberikan support bagi kedua putri kembarnya itu.
"Kita ikut mendampingi mereka pentas, kita selalu ada support. Kita nggak yangka kami orang awam, nggak nyangka si kembar berada bidang ini", jelasnya.
(ams/ams)