Jejak Dakwah Sunan Kalijaga di Klaten pada Batu Petilasan Salat

Jejak Dakwah Sunan Kalijaga di Klaten pada Batu Petilasan Salat

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Senin, 11 Apr 2022 03:36 WIB
Batu di Dusun Sepi, Barepan, Cawas, yang diyakini bekas tempat salat Sunan Kalijaga
Batu di Dusun Sepi, Barepan, Cawas, Klaten, yang diyakini bekas tempat salat Sunan Kalijaga. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Sebuah batu di Dusun Sepi, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, diyakini sebagai bekas tempat Sunan Kalijaga menunaikan salat. Sampai kini batu tersebut masih terawat dan sering didatangi masyarakat.

Batu yang diyakini masyarakat sebagai petilasan sujud Sunan Kalijaga itu berupa batu kapur putih kecoklatan. Batu tersebut berada di halaman rumah warga, di tengah permukiman padat penduduk.

Panjang batu itu sekitar 1,5 meter, bentuknya datar cenderung elips. Di bagian ujung batu itu terdapat cekungan sedikit rata dan di belakangnya terdapat garis benjolan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di belakang garis batu yang menonjol ke permukaan itu terdapat lagi batu yang permukaan cenderung datar. Pada permukaan batu kedua itu terdapat rongga dan cekungan yang menyerupai bekas tapak kaki.

Sedangkan di bagian paling bawah, terdapat sebongkah batu lagi yang berlubang. Batu tersebut terpisah dari batu datar di depannya.

ADVERTISEMENT

Batu-batu tersebut dikelilingi tembok setinggi sekitar 2 meter, lengkap dengan pintu masuk dan keluar. Tembok itu dihiasi relief sosok Sunan Kalijaga.

Batu di Dusun Sepi, Barepan, Cawas, yang diyakini bekas tempat salat Sunan KalijagaTampak muka bangunan yang mengelilingi batu petilasan Sunan Kalijaga di Dusun Sepi, Barepan, Cawas, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Menurut cerita turun-temurun, juru kunci Warno Sudarso (79) mengatakan batu itu merupakan petilasan tempat sujud Sunan Kalijaga saat salat subuh.

"Batu itu petilasan Kanjeng Sunan Kalijaga saat salat Subuh ketika beliau ditugaskan berdakwah di daerah selatan waktu itu," kata Warno kepada detikJateng, Minggu (10/4/2022) siang.

Warno menceritakan, Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said itu berguru pada Sunan Bonang karena tidak cocok dengan ayahnya, Adipati Tuban. Setelah menjadi santri Sunan Bonang, Raden Said diminta mengamalkan ilmunya.

"Setelah tamat mengaji, Sunan Kalijaga diminta mengajarkan Al -Qur'an melalui dakwah. Oleh Sunan Bonang, beliau ditunjukkan wilayah dakwahnya di Gunung Gambar (perbatasan Klaten-Gunungkidul)," cerita Warno.

Sesampainya di Desa Karangasem, Cawas, Klaten, Warno berujar, Sunan Kalijaga mendapati daerah tersebut tandus.

"Atas izin Allah, batang pohon Walikukun ditancapkan (Sunan Kalijaga) sampai keluar airnya. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan untuk bertemu Syekh Khatib Banyumeneng di Dusun Kahuman, Cawas," ujar Warno.

Begitu Sunan Kalijaga sampai di tujuan, Warno melanjutkan ceritanya, Syekh Khatib Banyumeneng sedang mengaji Al-Qur'an. Sunan Kalijaga pun menunggu dan berjalan ke timur sampai ke Dusun Kanguk.

"Di Dusun Kanguk, Sunan Kalijaga kemudian membuat sumur untuk wudu dan terus ke timur. Di timur Kanguk beliau mendapatkan lokasi yang sepi karena rimbun pepohonan, Sunan Kalijaga salat Subuh di situ, di atas batu itu," kata Warno.

"Di batu itu Kanjeng Sunan salat dan tongkatnya ditancapkan, karena lokasinya sangat sepi maka dinamakan Dusun Sepi. Sampai kini batu itu masih sering didatangi orang," imbuh Warno.

Tiap awal bulan Suro dalam penanggalan Jawa, Warno menerangkan, batu petilasan Sunan Kalijaga di Dusun Sepi itu banyak dikunjungi orang yang ingin berdoa atau sekadar menyepi.

"Tiap 1 Suro ramai dikunjungi. Bahkan masyarakat juga membuat kirab legondo dan banyak kesenian ditampilkan," pungkas Warno.

Menurut Rudi (35), warga setempat, batu yang diyakini sebagai petilasan Sunan Kalijaga itu sudah menjadi cerita turun-temurun. Rudi menambahkan, Dusun Sepi juga tidak jauh dengan Kecamatan Bayat, tempat Ki Ageng Pandanaran berdakwah.

"Menurut cerita orang tua, batu itu bekas sujud Sunan Kalijaga. Dari sini tidak jauh ke Bayat. Menurut cerita, Ki Ageng Pandanaran yang berdakwah di Bayat itu kan murid Sunan Kalijaga," kata Rudi kepada detikJateng.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads