Berita kasus klithih di Jogja yang menewaskan anak anggota DPRD Kebumen menarik perhatian pembaca detikJateng. Berita terkait kasus klithih itu pun menjadi salah satu artikel terpopuler detikJateng dalam sepekan ini.
Berikut ini rangkuman berita tersebut.
Kejahatan jalanan yang oleh masyarakat disebut klithih di Jogja kembali memakan korban. Seorang pelajar di Jogja berinisial D (18) tewas setelah menjadi korban penyerangan oleh orang tak dikenal di sekitar Jalan Gedongkuning.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan korban diketahui merupakan anak salah satu anggota DPRD Kebumen, Madkhan Anis.
1. Peristiwa dini hari
Salah seorang saksi mata, Purwanto, mengaku menyaksikan kejadian itu saat sedang duduk di angkringan yang berada di depan kantor Kalurahan Banguntapan, Jalan Gedongkuning, Minggu (3/4/2022) dini hari.
"Saya kebetulan sedang nongkrong di angkringan. Korban awalnya melaju dari arah selatan menuju utara. Korban yang dibonceng oleh rekannya yang lain tiba-tiba dihantam dengan gir saat sampai di perempatan kemudian terseret sejauh 20 meter dari lokasi dia dihantam, karena oleng dan langsung terjatuh," jelas Purwanto, Senin (4/4).
Purwanto mengungkap peristiwa itu terjadi tiba-tiba. Usai kejadian korban langsung tampak tak sadarkan diri.
"Setelah kejadian itu, para pelaku langsung kabur ke arah selatan. Kelihatannya masih remaja dengan jumlah lima orang dengan dua sepeda motor," kata Purwanto yang juga petugas Linmas Kalurahan Banguntapan ini.
2. Polda DIY turun tangan
Direskrimum Polda DIY Kombes Ade Ary Syam Indriadi mengatakan pihaknya telah melakukan olah TKP.
"Hari ini kami mendatangi TKP untuk yang ketiga kalinya. (Peristiwa) Minggu 3 April, jam 2 lebih 10 dini hari, anggota patroli Shabara Polda dan Polsek, ada saudara laki-laki tergeletak, luka di muka," kata Ade di lokasi, Senin (4/4).
"Korban meninggal saat di rumah sakit. Setelah ditemukan anggota segera dibawa ke Rumah Sakit Hardjolukito," terangnya.
3. Polisi sebut bukan kasus klithih
Polisi menyebut peristiwa itu tidak termasuk klithih. Disebutkan ada serangkaian kejadian yang mengawalinya, sehingga penyerangan itu tidak dilakukan secara acak.
"Mohon untuk tidak menyebut kejahatan jalanan klithih yang merupakan kearifan lokal jalan-jalan sore mencari angin, jadi tawuran lebih tepatnya. Ada proses ejek-ejekan, ketersinggungan. Korban kejahatan jalanan tidak acak," kata Direskrimum Polda DIY Kombes Ade Ary Syam Indradi di Mapolresta Yogyakarta, Selasa (5/4).
Dia menjelaskan, kejadian berawal saat sekelompok pemotor, termasuk korban, sedang melakukan pengetesan mesin kendaraannya.
"Yang kelima motor tadi, di Ringroad Selatan, di jalur cepat bermaksud ngetes mesin. Karena ngetes mesin kenceng, suaranya kenceng," katanya.
Hal ini memicu emosi kelompok pelaku yang kebetulan dilewati oleh kelompok korban. Para pelaku lantas berusaha mengejar dengan motornya.
Rombongan korban yang menyangka sudah tidak dikejar lantas singgah di warung warmindo. Ternyata, kelompok pelaku lewat dan meraungkan motornya sambil mengumpat.
Mendengar umpatan itu, giliran kelompok korban yang berusaha melakukan pengejaran. Namun, kelompok pelaku ternyata mengadangnya dan melempar sabetan gir ke arah korban.
"Korban yang berada di motor kedua tidak bisa menghindar sabetan gir," katanya.
4. Pelaku masih diburu
Ia menegaskan, polisi telah memeriksa 11 saksi dan sembilan CCTV di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Hasilnya, penyerangan itu tidak dilakukan dengan acak atau yang biasa disebut klithih.
Terkait penanganan kasus itu, lanjut Ade, pihaknya kini tengah mengejar pelaku. Dia mengaku telah mengantongi semua identitasnya.
"Sudah kami kantongi identitasnya dan dua motor pelaku," jelasnya.
5. Korban pelajar SMA Muhammadiyah 2
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY Didik Wardaya mengungkap korban berada di Jogja untuk menempuh studi di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta atau Muha. D diketahui sedang keluar kos untuk mencari sahur, namun justru menjadi korban kekerasan jalanan yang berujung meregang nyawa.
"Kami turut prihatin dengan apa yang menimpa Daffa, siswa SMA Muhammadiyah 2 Jogja. Anak tersebut di Jogja ngekos dari Kebumen hanya untuk belajar," kata Didik, Senin (4/4).
6. Sultan Minta Pelaku Klithih Diproses Hukum
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara dan mendesak kepolisian menindak tegas pelaku kejahatan jalanan.
"Karena ini pelanggaran pidana, ya dicari aja, diproses. Itu sudah berlebih kalau itu (korban sampai tewas)," kata Sultan saat diwawancarai wartawan di Kompleks Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, Senin (4/4).
Sultan mengatakan, satu-satunya cara memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan jalanan itu adalah dengan memprosesnya secara hukum. Soal berat atau ringannya hukuman yang dijatuhkan, Sultan menyerahkan kepada proses hukum.
"Diproses aja secara hukum. Nggak tahu umur berapa (pelakunya). Satu-satunya cara (membuat pelaku jera) harus diproses hukum. Perkara nanti, karena ini pidana ya, penegak hukum kan bisa cari cara bagaimana dia diproses di pengadilan. Perkara (pelaku nanti) dibebaskan, itu di pengadilan," kata Sultan dengan nada tegas.
Menurut Sultan, upaya pencegahan kejahatan jalanan yang selama ini dilakukan pemerintah dan aparat hukum juga harus melibatkan peran orang tua. Jika orang tua tidak mengendalikan perilaku anak-anaknya, upaya pencegahan klithih tetap tak efektif.
7. Orang tua minta usut tuntas
Orang tua korban yang juga merupakan anggota DPRD Kebumen, Madkhan Anis, meminta polisi mengusut tuntas kasus yang menewaskan anaknya tersebut.
"Kejadian ini saya ikhlaskan anak saya, tapi demi kebaikan ke depan monggo pihak berwajib untuk mengusut," kata Madkhan Anis saat dihubungi detikJateng, Senin (4/4).
(rih/dil)