Kisah Perantau Sukses Wonogiri, Berawal dari Jualan Bakso Keliling

Kisah Perantau Sukses Wonogiri, Berawal dari Jualan Bakso Keliling

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Minggu, 03 Apr 2022 11:08 WIB
Outlet bakso milik Maryanto, warga Wonogiri yang merantau ke Bekasi.
Outlet bakso milik Maryanto, warga Wonogiri yang merantau ke Bekasi. Foto: dok Maryanto
Wonogiri -

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah tujuan pemudik saat lebaran. Ribuan perantau pulang kampung ke daerah paling selatan Jawa Tengah itu untuk berlebaran bersama keluarga.

Saat ini ribuan warga Wonogiri hidup dan mencari nafkah sebagai perantau di kota lain. Kebanyakan berada di Jakarta dan sekitarnya. Rata-rata memilih pekerjaan di bidang informal, salah satunya pedagang bakso dan mie ayam.

Warga Wonogiri biasa menyebut para perantau sebagai kaum boro, singkatan dari ngalemboro alias pengembara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu perantau yang cukup sukses sebagai pedagang bakso adalah Maryanto (49), seorang warga Kecamatan Girimarto. Dia kini telah menjadi juragan bakso di Bekasi.

Maryanto merantau usai lulus dari SMP di tahun 1987. Dia memilih meninggalkan kampung halamannya karena tidak ada biaya melanjutkan sekolah. Setiba di Jakarta, dia menjadi pedagang bakso keliling.

ADVERTISEMENT

Setiap hari dia berkeliling berjualan bakso menggunakan pikulan. Bakso yang dijualnya adalah dagangan milik orang lain. Di hanya menjadi pedagang pocokan, menggantikan pedagang lain yang kebetulan pulang kampung ke Wonogiri.

"Setelah dua tahun menjalani aktivitas seperti itu, saya kembali ke Wonogiri untuk melanjutkan SMA. Setelah lulus, saya kembali lagi ke Jakarta. Bekerja di sebuah perusahaan, tapi di sela-sela itu saya tetep keliling jualan bakso pikul," kata dia saat dihubungi detikJateng, Sabtu (2/4/2022).

Selama puluhan tahun dia menjalani usahanya itu sembari mengumpulkan modal. Keuletan itu lantas berbuah. Pada 2011, dia berhenti menjadi pedagang bakso keliling dan berhasil membuka restoran atau outlet pertama yang dimilikinya di daerah Bekasi.

Namun dia masih belum puas. Usaha itu terus dikembangkan. Kini, dia telah memiliki 4 outlet bakso. Jumlah karyawannya mencapai puluhan orang.

"Menjadi pedagang bakso itu bukan cita-cita, bukan pekerjaan pilihan. Tapi dulu itu hanya profesi kepepet, karena bekerja di pabrik atau perusahaan tidak bisa. Sebab tidak memiliki ilmu akademis yang mumpuni. Akhirnya ikutan tetangga jualan bakso dan lama-lama buka sendiri," ungkap dia.

Menurut Maryanto, banyak perantau asal Wonogiri lainnya yang senasib dengan dia, berhasil menjadi juragan bakso di sekitar ibu kota. Bahkan, sederet nama lain memiliki usaha bakso yang jauh lebih besar dan bergengsi.

Beberapa diantaranya adalah Bakso Lapangan Tembak Senayan serta Bakso Haji Yatmin. Keduanya milik warga asal Kecamatan Selogiri, Wonogiri.

Rata-rata dari mereka juga memulai usahanya dari pedagang bakso keliling.

"Ya suksesnya pedagang bakso Wonogiri itu karena sikap ulet, prihatin, tekun, tidak gampang frustasi dan telaten," katanya.

Kini, merantau ke Jakarta sebagai pedagang bakso sudah bukan lagi pilihan yang muncul dari kondisi terhimpit ekonomi. Menjadi seorang pedagang bakso sukses di perantauan bahkan sudah menjadi impian bagi para pemuda.

Di tanah perantauan sebagai pedagang bakso, mereka rata-rata tetap membawa nama besar daerah asalnya, dengan memberikan label 'bakso dan mie ayam asli Wonogiri' di dagangannya.




(ahr/ahr)


Hide Ads