Meriahnya Dugderan Semarang Meski Tanpa Arak-arakan di Jalan

Meriahnya Dugderan Semarang Meski Tanpa Arak-arakan di Jalan

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Jumat, 01 Apr 2022 01:39 WIB
Prosesi Dugderan menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang digelar tanpa arak-arakan di jalan raya, Kamis (31/3/2022).
Prosesi Dugderan menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang digelar tanpa arak-arakan di jalan raya, Kamis (31/3/2022). Foto: dok. Pemkot Semarang
Semarang -

Prosesi Dugderan menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang digelar tanpa arak-arakan di jalan raya. Meski demikian antusias warga yang bisa masuk ke lokasi acara sangat terlihat.

Acara dimulai di halaman Balai Kota Semarang dengan penampilan drumband, defile per Kecamatan, tarian Warak Ngendhog, dan yang baru tahun ini adalah kehadiran Warak Animatronik.

Warak merupakan hewan imajiner khas Kota Semarang yang melambangkan kerukunan etnis Jawa, China, dan Arab yang sudah ada lama di Semarang. Kepalanya menyerupai kepala naga menyimbolkan etnis Cina. Tubuhnya unta menimbulkan etnis Arab dan keempat kakinya menyerupai kaki kambing dari etnis Jawa.

Biasanya Warak Ngendhog dalam Dugderan berupa boneka atau mainan warna-warni. Sedangkan Warak Animatronik yang tampil kali ini berupa robot bisa jalan, geleng-geleng bahkan bersuara naga.

Atraksi-atraksi lain pun menghibur penonton dan para tamu undangan. Prosesi berjalan lancar seperti tabuh beduk oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi) yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat dan mengumumkan awal bulan Ramadan.

"Alhamdulillah meskipun belum bisa arak-arakan di jalan tapi sudah ada kemeriahan. Sekarang yang penting tetap prokes dan kita lihat juga masyarakatnya cukup antusias," kata Hendi, Kamis (31/3/2022).

Prosesi Dugderan menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang digelar tanpa arak-arakan di jalan raya, Kamis (31/3/2022).Prosesi Dugderan menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang digelar tanpa arak-arakan di jalan raya, Kamis (31/3/2022). Foto: dok. Pemkot Semarang

Kemudian Hendi dan rombongan pindah ke Masjid Agung Kauman Semarang untuk prosesi inti yaitu penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. Suhuf Halaqof itu dibacakan, kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam. Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan, yaitu 'dug, dug, dug,' suara beduk dan 'der, der, der,' suara meriam.

Prosesi berlanjut ke Masjid Agung Jawa Tengah untuk pengumuman awal Ramadan oleh perwakilan dari Gubernur Jawa Tengah. Setelah itu seluruh prosesi selesai.

"Mudah-mudahan kegiatan selama Ramadan ini berjalan baik lancar, pasokan sembakonya juga baik sehingga harganya tidak membumbung terlalu tinggi. Jadi kami pastikan pemerintah akan menjaga hal tersebut," tegas Hendi.




(alg/rih)


Hide Ads