Tradisi Dugderan menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang tahun ini kembali digelar terbatas pada Kamis (31/3) besok. Karena masih pandemi, tidak ada rombongan arak-arakan yang menyusuri Jalan Pemuda seperti sebelum pandemi.
Dugderan merupakan tradisi mengumumkan masuknya bulan Ramadan di Balai Kota Semarang, kemudian lanjut ke Masjid Agung Kauman Semarang, dan selesai di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Biasanya peserta melakukan karnaval atau arak-arakan meriah dengan berbagai rombongan termasuk kereta kencana. Namun kali ini pawai dan arak-arakan hanya digelar di halaman Balai Kota Semarang.
"Persiapan bulan Ramadan ini, sudah dilakukan pemkot dan forkopimda. Dugderan tetap dilakukan, tapi metodenya tidak bisa arak-arakan di jalan raya. Proses itu mulai dari halaman Balai Kota, pindah ke Masjid Agung Kauman. Kemarin Pak Gub sudah bersedia menerima kita di MAJT untuk menyampaikan kepada masyarakat Ramadan tiba," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Selasa (29/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tema Dugderan kali ini adalah 'Dugderan Mempererat Kemajemukan Dalam Bingkai Pancasila Menuju Semarang Semakin Hebat'.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono mengatakan dalam prosesi di jalan Balai Kota Semarang akan ada teatrikal menggambarkan berbagai macam budaya dan etnis yang hidup berdampingan di ibu kota Jawa Tengah itu.
"Nanti ada teatrikal yang menggambarkan berbagai macam budaya yang ada di Kota Semarang. Dalam tarian itu ada unsur etnis Cina, Arab, dan Jawa," kata Sapto kepada wartawan.
Dalam akun Instagram @disbudparkotasemarang juga diumumkan akan hadir Warak Animatronik. Warak merupakan hewan fantasi khas Kota Semarang yang menyimbolkan persatuan berbagai etnis hidup berdampingan. Sedangkan Warak Animatronim yaitu robot Warak yang bisa bergerak dan bersuara.
Acara Dugderan ini digelar dengan jumlah orang yang terbatas sehingga yang ingin menyaksikan bisa melalui channel YouTube Semarang Pemkot mulai pukul 10.00 WIB.
Untuk diketahui, saat sebelum pandemi, ada arak-arakan di sepanjang jalan Pemuda Semarang atau dimulai dari depan Balai Kota Semarang. Sebelum itu ada penabuhan beduk di Balai Kota oleh Wali Kota yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.
Kemudian prosesi inti dari Dugderan adalah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. Suhuf Halaqof itu dibacakan, kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam. Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan, yaitu 'dug, dug, dug,' suara beduk dan 'der, der, der,' suara meriam.
(alg/rih)