Umbul Manten, Umbul Peteng, atau Umbul Janti merupakan nama untuk sebuah mata air alami di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Mata air tersebut dipercaya sudah ada berabad-abad silam dan menjadi tempat berendam alias kungkum para raja.
Jejak usia berabad itu bisa dilihat dari beberapa pohon Ipik (sejenis beringin) tua yang tumbuh di sekitar mata airnya. Ada tujuh pohon yang mengelilingi mata air utama.
Ukuran diameter pohon-pohon tersebut sekitar 1-2 meter dengan akar tunggang yang sebagian terlihat ke permukaan. Ada tiga pohon yang terpaksa dipangkas karena ambruk dan diberdirikan lagi oleh masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kawasan Umbul yang berjarak sekitar 4 kilometer dari Pesanggrahan Keraton Surakarta di Tegalgondo itu ada satu mata air utama yang berukuran sekitar 10x10 meter di sisi barat. Di selatan ada mata air lebih kecil dan di sisi timur ada kolam ukuran besar untuk pembuangan kolam utama.
Kolam utama berair jernih dengan dasar bebatuan andesit. Saking derasnya debit air, di kolam utama terdapat instalasi pipa air bersih yang memasok air bersih ke lima desa dan persawahan di hilirnya.
Air dari Umbul Manten menurut cerita tutur warga tidak hanya dimanfaatkan untuk air minum dan irigasi tetapi juga keperluan ritual. Tidak saja masyarakat biasa tapi juga para bangsawan kerajaan.
"Ritual itu kan lekat dengan masyarakat Jawa, mencari ketenangan. Sejarahnya jaman dulu untuk ritual, termasuk para raja Jawa dan bangsawan," tutur Direktur Bumdesa Sinergi Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Hartoyo kepada detikJateng, Sabtu (19/3/2022).
![]() |
Hartoyo menceritakan, kegiatan ritual berupa berendam (kungkum) itu pun masih ada sampai sekarang. Biasanya ramai dilakukan pada malam Jumat.
"Ya masih tiap hari Jumat (kungkum), masih juga diambil airnya untuk berbagai acara. Ritual di sini itu cuma lantaran (sarana) tapi yang menentukan tetap Tuhan Yang Maha Kuasa," terang Hartoyo.
Juga dikenal sebagai Umbul Peteng
Terpisah, Kadus 1 Desa Sidowayah, Junaidi mengatakan tidak tahu sejak kapan Umbul Manten ada. Di zaman dulu sebelum untuk wisata bentuknya seperti gerumbul karena dikelilingi pohon besar.
"Sebelum ada rumah-rumah, Umbul Manten terlihat dari jalan. Disebut juga Umbul Peteng, karena gelap dan banyak pohon besar," ucap Junaidi kepada detikJateng.
Menurut cerita sesepuh desa, sambung Junaidi, Umbul Manten konon sering digunakan kungkum dari Keraton Solo. Namun setelah digunakan untuk wisata, tidak lagi sering dikunjungi orang dari Keraton Solo.
"Sekarang ya masih digunakan tapi satu dua orang saja. Biasanya malam Jumat, tapi tidak seramai zaman dulu," imbuh Junaidi.
Sementara itu, menurut warga Desa Sidowayah, Agus Sayur, sebelum banyak rumah penduduk umbul Manten terlihat dari pinggir jalan Tegalgondo-Janti. Umbul ini terlihat menakutkan karena banyak pohon besar.
"Kalau yang tidak tahu Umbul Manten itu dulu menakutkan. Dari jalan terlihat gelap karena pohonnya besar-besar, sekarang yang kungkum ada, tapi tidak sesering zaman dulu," terang Agus pada detikJateng.
Juga Disebut Umbul Janti
Warga Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Eko Sunarko mengatakan Umbul Manten juga disebut juga Umbul Janti. Karena letaknya di tepi jalan arah Janti.
"Umbul Manten itu setahu saya juga disebut Umbul Janti dulunya karena letaknya dekat Desa Janti. Tapi secara wilayah ada di Desa Sidowayah," ungkap Eko pada detikJateng.
Dari beberapa Umbul di sekitar Janti, imbuh Eko, yang paling kuno menurut cerita adalah Umbul Manten. Sebab ada cerita legenda di umbul tersebut.
"Sekitar sini ada umbul Pelem, Umbul Nilo, Janti park. Tapi yang punya cerita kuno itu umbul Manten, ada cerita sumpil buntung di situ," tutup Eko.
(ams/ams)