Boyolali Punya Kampung Dukun Pijat Lho Lur, Seperti Apa Ceritanya?

Boyolali Punya Kampung Dukun Pijat Lho Lur, Seperti Apa Ceritanya?

Ragil Ajiyanto - detikJateng
Sabtu, 19 Mar 2022 10:22 WIB
Slamet Triyono, salah satu dukun pijat di Dukuh Ngringin, Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota. Dukuh ini dijuluki kampung dukun pijat karena ada banyak warganya yang menjadi dukun pijat.
Slamet Triyono, salah satu dukun pijat di Dukuh Ngringin, Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota (Foto: Ragil Ajiyanto/detikJateng)
Boyolali -

Kampung di Boyolali ini dijuluki kampung dukun pijat. Hal ini karena banyak warganya yang berprofesi sebagai dukun pijat, mulai dari bayi hingga orang dewasa.

Kampung dukun pijat itu adalah Dukuh Ngringin, Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota. Jaraknya hanya sekitar 3 km dari pusat kota Boyolali.

"Di sini banyak yang jadi tukang pijat. Kalau tidak salah ada 8 orang. Itu belum yang baru-baru (pemula)," kata salah satu tukang pijat warga Dukuh Ngringin, Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota, Slamet Triyono, Kamis (17/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokasi kampung pijat ini berada di Jalan Boyolali-Tlatar. Dari 60 kepala keluarga (KK) di kampung ini, 8 di antaranya berprofesi sebagai dukun pijat.

Ke-8 orang ini pun disebut sebagai tukang pijat profesional. Sementara bagi tukang pijat pemula alias newbie jumlahnya disebut lebih banyak lagi. Para dukun pijat ini pun ada yang memasang papan informasi melayani pijat di rumahnya.

ADVERTISEMENT

Slamet menuturkan setiap hari ada beberapa orang yang datang untuk meminta dipijat. Dia menyatakan tak mematok tarif untuk jasa pijatannya ini.

"Berapapun kami syukuri. Yang penting bisa membantu orang lain," terang Slamet.

Keahlian warga memijat itu rata-rata didapatkan secara turun-temurun dari orang tuanya. Ada pula yang secara tiba-tiba bisa atau memiliki keahlian memijat.

Seperti yang dialami Suyamti, istri dari Slamet Triyono. Dia mengaku tiba-tiba bisa memijat.

Suyamti menuturkan ibunya dulu juga merupakan seorang dukun pijat. Sementara dia sejak muda tak punya keinginan atau cita-cita sebagai dukun pijat, meneruskan prifesi orang tuanya. Menurutnya, profesi dukun pijat itu kurang menjanjikan.

"Saya diajari saja tidak mau karena saya tidak ingin menjadi dukun pijat," kata Suyamti.

Namun suatu waktu, dia kedatangan seorang ibu-ibu dari Ampel yang keseleo dan meminta dipijat. Saat itu dia mengaku kaget dan akhirnya menuruti keinginan ibu itu untuk memijat kakinya yang sakit.

"Ya bismilah, saya pijat ibu itu dan alhamdulillah sembuh," jelasnya.

Sejak saat itu dia akhirnya melayani orang yang membutuhkan jasa pijatnya. Tak hanya pijat orang dewasa saja, tetapi juga pijat bayi. Baik yang karena capek maupun keseleo hingga pijat terapi untuk program hamil.

Salah seorang warga setempat, Yuli, membenarkan dukuhnya dikenal sebagai kampung dukun pijat. Hal ini karena ada sejumlah warga yang berprofesi sebagai tukang pijat. Menurutnya, banyak warga dari daerah lain yang datang untuk pijat di kampung ini.

"Iya, kampung ini memang dikenal sebagai kampung pijat. Tapi tidak ada persaingan diantara mereka. Jadi terserah pelanggan saja mau pijat ke siapa," kata Yuli.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads