Menyebut nama Pekalongan, banyak orang langsung merujuk ke Kota Pekalongan. Namun jangan heran jika menyebut Kabupaten Pekalongan, orang mengaitkannya dengan Kajen.
Ya, banyak orang menyebut Kabupaten Pekalongan sebagai Kajen. Kajen sendiri sebenarnya adalah nama kecamatan dan juga ibu kota Kabupaten Pekalongan yang menggantikan pusat pemerintahan sebelumnya.
"Kabupaten Pekalongan, sering disebut Kajen, karena ibu kota Kabupaten Pekalongan berada di Kajen. Kabupaten (Pekalongan) akhirnya jadi Kajen. Sebelumnya (pemerintahan) berada di Kota Pekalongan," kata mantan Bupati Pekalongan Ahmad Antono, kepada detikJateng, Sabtu (5/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bupati Pekalongan periode 2001-2006 dan periode 2011-2016 itu mempunyai cerita tersendiri bagaimana perjuangan ibu kota Kabupaten Pekalongan bisa pindah dari Kota Pekalongan ke Kajen, di masa dirinya menjabat bupati periode pertama.
"Ya sebelumnya, informasi yang saya dapat, memang ada tiga pilihan lokasi, yakni Wiradesa, Kedungwuni dan Kajen. Tapi kemudian oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, Pak Supardjo Rustam, sudah diputuskan ibu kota kabupaten Pekalongan itu Kajen," kata Ahmad Antono.
Namun sejak ditetapkan oleh Mendagri hingga awal dirinya menjabat, pembangunan ibu kota belum juga ada hasilnya.
"Saya menjabat Bupati periode 2001-2006, Saya heran kantor pemerintahan Kabupaten Pekalongan, kok masih di Kota Pekalongan. Padahal secara aturan seharusnya sudah ada di Kajen. Saya harus berani mengambil keputusan, walaupun saat itu berat dan akhirnya terwujud dengan bantuan Pak Gubernur saat itu, Pak Mardiyanto," kata Ahmad.
"Saya berpikir kalau (ibu kota kabupaten masih berada di Kota Pekalongan) semacam itu, layanan masyarakat tidak akan maksimal, kalau semacam itu kita tidak tahu nafas warga kita di Kabupaten Pekalongan, kita tidak peka permasalahan warga di Kabupaten Pekalongan," imbuhnya.
Dengan tekad lebih mendekatkan pelayanan ke warga di Kabupaten Pekalongan, Ahmad Antono melakukan upaya percepatan pemindahan ibu kota Kabupaten Pekalongan. Dengan segala macam keterbatasan yang ada ibu kota Kabupaten Pekalongan pun dipindah ke Kajen.
"Maka saya putuskan, kita harus berkantor di Kajen. Itu mulai saya bangun, kemudian saya pindah," kata Antono.
![]() |
Ibu kota Kajen mulai dibangun dari kantor bupati, kantor DPRD, polres, masjid, bahkan rumah sakit. Hanya saja diakui saat itu belum membangun pasar.
"Semuanya dibangun, hanya saja memang belum membangun pasar, karena saat itu jabatan saya terbatas ya. Sebetulnya rencana saya, pasar itu tidak disitu (di lokasi saat ini), tapi di Sinangok. Jadi nantinya ada connecting antara terminal dengan pasar," kata dia.
Tahun 2006, perjuangan seorang Ahmad Antono untuk membangun Kajen, terputus saat kalah Pilkada di tahun itu. Ahmad Antono baru kembali terpilih pada periode 2011-2016.
"Saya kembali menata Kajen dalam arti sesungguhnya Kajen. Saya berharap, masyarakat itu tidak saja ber-ibu kota di Kajen, tapi juga menjadi warga yang Kajen atau terhormat. Moralnya terhormat, ekonominya juga terhormat, birokrasinya juga pelayanannya terhormat, sehingga saat itu moto saya, Dadi Kajen," terangnya.
Di periode keduanya tahun 2011-2016, moto Dadi Kajen, dikampanyekan. Bahkan, sejumlah sudut ibu kota juga terdapat tulisan 'Dadi Kajen', untuk memberikan semangat warga Kabupaten Pekalongan, agar Kajen (terhormat).
"Tujuannya kita bangun semuanya menjadi Kajen atau menjadi terhormat, ya budayanya, moral, politiknya, pemerintahannya, warganya, agar benar-benar Dadi Kajen, dalam artian sesungguhnya," ungkapnya.
Dalam periode kedua ini pula, Kajen memiliki Tugu Nol KM dengan ketinggian 17 meter yang dibangun pada 2015, yang berada di simpang empat Sibedug. Tidak heran, dari moto Dadi Kajen inilah, warga lebih akrab menyematkan Kabupaten Pekalongan, dengan Kajen.
"Ya harapannya semua bisa terwujud, menjadi Kajen," harapnya.
Kini, setelah perpindahan ibu kota pindah ke Kajen, nama Kajen pun semakin dikenal warga untuk menyebut nama Kabupaten Pekalongan.
(aku/mbr)