Burung jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah burung asli asal pulau Bali. Namun jumlah populasi terbanyak burung itu justru bukanlah di Bali, tetapi di Klaten. Kok bisa?
"Iya (lebih banyak di Klaten) karena burung jalak Bali yang in situ di habitat aslinya Taman Nasional Bali Barat data terakhir hanya sekitar 300 ekor. Sedang di Klaten itu penangkaran sehingga perkembangbiakan lebih cepat," jelas Plt Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Surakarta BKSDA Jawa Tengah, Sudadi pada detikJateng, Sabtu (5/3/2022).
Dijelaskan Sudadi, jumlah pasti jalak Bali di Klaten masih dalam pendataan. Jumlah terbanyak populasi burung ini berada di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Data sementara berdasarkan sertifikasi dari BKSDA tahun 2021, jumlahnya sudah mencapai ribuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlah terakhir masih didata tetapi tapi yang jelas banyak. Data sertifikasi seperti data di Balai Desa Jimbung ada 3.000 ekor lebih," sambung Sudadi.
Setiap tahun, lanjutnya, sesuai program BKSDA Jawa Tengah, sudah disepakati ada pelepasliaran dari Klaten ke Bali. Jumlahnya 10 persen dari penangkaran per tahun.
"Ya itu (pelepasliaran) setiap tahun karena sudah menjadi program unggulan BKSDA Jawa Tengah. Besarnya 10 persen dari penangkaran," jelas Sudadi.
Penangkaran dan pelepasliaran itu, imbuhnya, selain untuk pelestarian juga untuk pemberdayaan ekonomi. Di Klaten saja, terutama Desa Jimbung, perputaran uang tahun 2021 diperkirakan Rp 12 miliar dari jalak Bali.
"Ya memang segitu (Rp 12 miliar) itu hitungan tahun lalu. Tapi kalau ada penurunan saat ini karena ada pandemi dan yang menangkar juga tambah, tapi 90 persen memang penangkar ada di Klaten dan terus kita berikan pembinaan," kata Sudadi.
Data yang didapat detikJateng dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah mencatat populasi Jalak Bali di alam pada tahun 2015 tercatat 57 ekor, tahun 2016 ada 81 ekor, tahun 2017 ada 109 ekor, dan terakhir 2020 ada 303 ekor.
Di Jateng jumlah penangkar burung jalak Bali 2021 tercatat ada 232 orang dan 90 persen atau 199 orang ada di Klaten. Dari jumlah penangkar sebanyak itu, sertifikasi yang dikeluarkan BKSDA mencapai ribuan.
Tahun 2017 sertifikasi burung jalak Bali di penangkaran sebanyak 2.544, tahun 2018 ada 5.978, 2019 ada 4.144, 2020 ada 3.834 dan 2021 sebanyak 3.460 ekor. Jumlah perputaran uang dari penangkaran di Klaten diperkirakan mencapai Rp 12 miliar per tahun.
Setiap tahun, penangkar di Klaten menyisihkan 10 persen hasilnya untuk dilepasliarkan (restocking). Tahun 2019 ada 28 ekor, tahun 2020 ada 55 ekor, dan tahun 2021 sebanyak 71 ekor.
![]() |
Diwawancara terpisah, Ketua Asosiasi Penangkar Burung Jalur Sukses (AJS) Klaten, Siswanto mengatakan jumlah burung jalak Bali di penangkar mencapai ribuan. Sebab tahun lalu saja sertifikasi sudah 3.000 lebih.
"Kalau 1.000 jelas lebih, sertifikasi tahun lalu saja dari BKSDA sudah 3.000 ekor. Penangkar ada yang punya 5, 20, 30, 50 bahkan yang besar 100 pasang," ucap Siswanto pada detikJateng di rumahnya.
Menurut Siswanto, asosiasinya kini beranggotakan sekitar 80 orang penangkar. Mayoritas penangkar merupakan warga Desa Jimbung.
"80 anggota itu mayoritas warga Desa Jimbung. Ada beberapa desa sekitar tetapi tidak banyak," sebut Siswanto.
Siswanto menambahkan, penangkar tidak hanya jalak Bali tetapi ada yang juga menangkar jalak suren. Setiap tahun penangkar menyisihkan beberapa ekor dikirim ke Bali.
"Kita setiap tahun ikut restocking mengirim ke taman Nasional Bali Barat. Tahun 2021 sebanyak 71 ekor, biasanya pelepasliaran di akhir tahun," imbuh Siswanto.
Pengelola penangkaran Jalak Bali, Suryanto semua burung jalak Bali dari Desa Jimbung bersertifikasi dari BKSDA. Jumlah penangkar mungkin sampai 100 orang.
"Kalau 100 orang mungkin ada (penangkar). Sejak beberapa tahun lalu semua bersertifikat dan harus ada suratnya," ungkapnya.
(aku/aku)