Kondisi jalur pendakian gunung di Indonesia masih belum bersih dari sampah. Terbaru, tumpukan sampah di jalur pendakian Gunung Merbabu via Suwanting viral di media sosial Twitter.
Lalu bagaimana kondisi Gunung Merapi yang juga menjadi salah satu tujuan favorit para pendaki?
Seperti diketahui, hingga saat ini jalur pendakian Merapi baik dari Selo (Boyolali) maupun Sapuangin (Klaten) masih ditutup oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) sejak status gunung itu naik dari normal menjadi waspada di 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum ditutup, hampir setiap akhir pekan Merapi ramai pendaki. Sebagai pengelola kawasan hutan dan konservasi lingkungan, Balai TNGM sejak awal melakukan edukasi kepada para pendaki untuk membawa turun sampah.
Edukasi bahkan sudah dilakukan sejak di basecamp pendakian. Para pendaki agar tidak meninggalkan apapun di gunung selain jejak kaki.
"Kalau ada, mungkin masih ada, tapi ya nggak banyak. Karena skrining kita dulu ketika dibuka itu skrining dari mulai pendaftaran ke pos ticketing itu semua sudah dipastikan sampahnya nanti harus kembali. Kemudian harus bawa kembali plastik-plastik yang mungkin sachet-sachet dari makanan itu sudah diedukasi di awal," kata Kasubag TU Balai TNGM Akhmadi kepada wartawan, Jumat (4/3/2022).
Selain dari TNGM, pengawasan juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar jalur pendakian. Seperti di jalur Selo, Boyolali, dibantu oleh para relawan di Basecamp Barameru.
"Kalau dulu jalurnya yang ramai kan Selo, di Selo ada Basecamp Barameru ya, nah itu basecamp sudah lama bareng dengan kita edukasi untuk sampah itu," jelasnya.
Akhmadi menegaskan, bagi pendaki yang melanggar atau yang kedapatan meninggalkan sampah di Merapi, akan mendapatkan sanksi. Tidak main-main, sanksi yang bisa diterima oleh pendaki nakal sampai di blacklist dalam tenggat waktu tertentu.
"Ada (sanksi) kalau valid ya, artinya kalau memang benar-benar melanggar itu sanksinya mungkin sanksi sosial untuk segera membersihkan di situ di tempat basecamp atau juga harus melapor ke masyarakat dan sebagainya, polsek dan yang lain," ujarnya.
"Paling parahnya adalah sampai kita blacklist di jalur pendakian itu. Karena pasti meninggalkan KTP kan, itu nanti namanya dia tidak bisa ke Merapi lagi mungkin satu tahun atau berapa," imbuhnya.
Sejauh ini, Balai TNGM dan komunitas masyarakat lain sering mengadakan acara bersih-bersih gunung. Walaupun di momen-momen tertentu.
"Kalau kita biasanya ada pembersihan itu di momen-momen tertentu ya. Mungkin pas 1 Suro, hari bakti lingkungan itu ada bersih gunung itu masih ada tapi tidak banyak (sampahnya) tidak sampai yang parah lah," ucapnya.
Selama ini sampah yang dominan ditemukan di gunung adalah sampah kemasan air mineral dan plastik kemasan makanan. Terkadang juga ditemukan sampah bekas tisu basah.
"Iya botol bekas, plastik. Kalau plastik sudah jarang, kalau plastik udah mulai tahu terus dibawa turun atau kadang dibakar ya mereka pas perapian itu. Tapi yang kebanyakan yang didapatkan yang botol itu sama tisu basah. Itu waktu dulu 2017-an," katanya.
Ia kemudian meminta kepada para pendaki agar melestarikan lingkungan dengan membawa turun sampah-sampah itu. Pihaknya pun mempersilakan jika ada komunitas pegiat alam jika ingin melakukan bersih-bersih Gunung Merapi. Dengan catatan jika jalur pendakian Merapi sudah dibuka lagi untuk umum.
"Bisa (kalau mau bersih gunung). Dulu (sebelum jalur ditutup) boleh, monggo lebih bagus karena membantu kita juga," pungkasnya.
(ahr/aku)