Hingga dua pekan pasca-ricuh pengukuran lahan kuari pada Selasa (8/2/2022) lalu, sinyal internet di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, masih hilang. Padahal, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah berjanji akan memperbaikinya.
"Sinyale diuripne mas. Cek ana masalah apa (Sinyalnya dihidupkan, mas. Cek ada masalah apa)," kata Ganjar saat menelepon seseorang di sela kunjungannya ke Desa Wadas, Minggu (13/2) pekan lalu. Hal itu terlihat melalui video yang dibagikan di akun Twitternya, @ganjarpranowo.
Dari pantauan detikJateng, Rabu (23/2) hari ini, sinyal di Desa Wadas memang belum sepenuhnya pulih. Ketika memasuki batas Desa Kaliwader menuju Desa Wadas, sinyal terpantau masih normal dan kuat. Namun, setibanya di Desa Wadas, sinyal kembali hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum normalnya akses internet akibat sulitnya sinyal di Desa Wadas ini juga dikeluhkan warga setempat. Salah seorang warga, Muhammad Bahrudin (58), mengaku sebelumnya pernah melihat petugas sedang mengulur kabel dan memasang penguat sinyal. Namun, alat tersebut dirasa tak berfungsi.
![]() |
"Dulu ada (sinyal) terus pas kerusuhan hilang sampai beberapa hari. Sekarang ada tapi masih ndlap-ndlep (kurang bagus). Katanya sudah dipasang penguat sinyal tapi mboten (tidak) berfungsi," kata Bahrudin saat ditemui detikJateng di rumahnya, Rabu (23/2/2022) sore.
Sementara itu warga lainnya, Rofiqoh (50), juga menuturkan hal yang tak jauh beda. Dirinya akan berterima kasih kepada Ganjar Pranowo jika sinyal di desanya bagus dan kembali normal, asal tidak ada tendensi apa-apa.
"Kemarin dari Pak Ganjar (bilang) akan diusahakan baik lagi sinyalnya. Tapi kalau hanya untuk bujuk rayu agar kita pro (kuari) ya kita tetep nggak mau. Kalau diperbaiki nggih maturnuwun (terima kasih), tapi kalau sebagai alat untuk pendekatan kita nggak mau," ucapnya.
Mutmainah (66) yang duduk di samping Rofiqoh pun ikut menimpali. Ia tetap menolak jika tanahnya ditambang sebagai lahan kuari.
"Walaupun sinyal diperbaiki kalau ada kaitannya agar mau ikut menerima (kuari) kita tetep nolak, mending raono sinyal (mending nggak ada sinyal). Dampak lingkungan sangat berat. Sampai kapan pun tetap nolak. Kelonge mung sak bidang tapi susahe sak umur-umur (Hilangnya cuma sebidang tapi susahnya seumur hidup)," katanya.
![]() |
(dil/rih)