Lonjakan COVID-19 di Singapura, Ahli Prediksi Terjadi Sepanjang Tahun

Internasional

Lonjakan COVID-19 di Singapura, Ahli Prediksi Terjadi Sepanjang Tahun

Suci Risanti Rahmadania - detikKalimantan
Senin, 19 Mei 2025 12:00 WIB
Covid di Singapura Melonjak: Rekor Baru dan Kondisi Terkini
Singapura. Foto: Getty Images/Vincent_St_Thomas
Jakarta -

Peningkatan kasus COVID-19 terjadi Singapura beberapa waktu belakangan. Para ahli di Kementerian Kesehatan dan Badan Penyakit Menular Singapura memprediksi tren ini akan berlangsung secara berkala sepanjang tahun.

Dikutip dari detikHealth, jumlah kasus diperkirakan meningkat menjadi 14.200 pada periode 27 April hingga 3 Mei, naik dari 11.100 kasus pada minggu sebelumnya. Pada periode yang sama, rata-rata jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit juga meningkat per hari, dari 102 menjadi 133 kasus. Meski demikian, rata-rata pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) turun menjadi dua kasus.

"Sebagaimana penyakit pernapasan endemik lainnya, gelombang infeksi COVID-19 secara berkala memang sudah diprediksi akan terjadi sepanjang tahun," jelas pihak Kementerian Kesehatan, dikutip detikHealth dari CNA.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Varian utama yang menjadi penyebab melonjaknya kasus COVID-19 di Singapura adalah LF.7 dan NB.1.8, yang mencakup lebih dari 2/3 kasus. Kedua varian tersebut merupakan sublineage atau turunan dari JN.1, yang juga merupakan varian yang digunakan dalam formulasi vaksin COVID-19 saat ini.

Direktur medis Life Family Clinic, Dr. Lim Kim Show, mengatakan sebagian besar pasien sejauh ini hanya mengalami gejala ringan seperti flu biasa. Tenaga medis Singapura juga menangani kasus COVID-19 seperti penyakit endemik lainnya sesuai pedoman departemen kesehatan.

"Untuk sebagian besar pasien, gejalanya masih menyerupai flu biasa, dan sebagian besar pasien pulih dengan cepat," jelas Lim, dikutip CNA.

Melemahnya imunitas menjadi salah satu faktor meningkatnya kasus COVID-19 di Negeri Merlion tersebut. Hal ini disebabkan tingkat penerimaan vaksin booster yang menurun.

"Penurunan imunitas ini menyebabkan kemungkinan seseorang lebih rentan terhadap varian baru, khususnya pada mereka yang berisiko tinggi," imbuhnya.

Oleh karena itu, Otoritas Kesehatan Singapura menyarankan agar individu yang berisiko mengalami gejala berat COVID-19 tetap memperbarui vaksinasi mereka. Salah satunya dengan merekomendasikan tambahan dosis vaksin sekitar satu tahun setelah dosis terakhir. Individu yang berisiko yakni mereka yang berusia 60 tahun ke atas, individu dengan kondisi medis yang rentan, atau penghuni fasilitas perawatan lansia.

"Petugas kesehatan serta individu yang tinggal atau bekerja bersama kelompok rentan secara medis juga dianjurkan untuk mendapatkan vaksin," kata otoritas.

Saat ini semakin sedikit orang di Singapura yang melakukan tes mandiri untuk mendeteksi COVID-19. Direktur Chua Medical Clinic and Surgery, Dr. Chua Guan Kiat, mengatakan pasien yang positif COVID-19 di kliniknya mengira pandemi sudah berakhir. Sehingga mereka terkejut ketika kasus COVID-19 meningkat lagi di sana. Dr Chua pun mendorong mereka yang mengalami gejala untuk menggunakan alat tes mandiri yang tersedia bebas di pasaran.

"Ambil tindakan pencegahan yang diperlukan," ujar Dr Chua.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads