Jejak Jalan Radjiman, Saksi Bisu Awal Mula Berdirinya Kota Solo

Jejak Jalan Radjiman, Saksi Bisu Awal Mula Berdirinya Kota Solo

Bayu Ardi Isnanto - detikJateng
Kamis, 17 Feb 2022 08:45 WIB
Jalan dr Radjiman depan Pasar Klewer
Jalan dr Radjiman depan Pasar Klewer. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng
Solo -

Di Kota Solo, Jalan dr Radjiman memang kalah populer dari Jalan Slamet Riyadi yang notabene sebagai jalan utama. Padahal, kalau ditelusuri sejarahnya, jalan di depan Pasar Klewer ini sudah ada lebih dulu dan menjadi saksi perjalanan Raja Pakubuwono II saat pindahan keratonnya dari Kartasura.

Sebelum Jalan Slamet Riyadi dibangun, Jalan dr Radjiman merupakan jalan utama di Solo. Di jalan inilah Raja Pakubuwono II memimpin pemindahan Keraton Kartasura yang hancur menuju Desa Sala dan kemudian diberi nama Keraton Kasunanan Surakarta.

Dalam buku Babad Sala (1984) yang ditulis RM Sajid disebutkan bahwa Pakubwono II berangkat dari Kartasura naik kereta Kyai Garudha. Turut mengiringi pula sejumlah pejabat, termasuk perwakilan Belanda, Baron van Hohendorff.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah pusaka yang masih tersisa pun dibawa. Bahkan, pohon beringin juga turut dibawa untuk ditanam di Alun-alun. Selama perjalanan ke timur sejauh 10 km itu, sejumlah abdi dalem menabuh gamelan carabalen dan memainkan gending kodhokngorek.

Tiba di lokasi, Pakubuwono II pun menyatakan bahwa Desa Sala diubah menjadi nagari Surakarta Hadiningrat. Sang raja kemudian meminta ulama keraton untuk membacakan doa.

ADVERTISEMENT
Jalan dr Radjiman depan Pasar KlewerJalan dr Radjiman depan Pasar Klewer Foto: Bayu Ardi Isnanto

Sejarawan Solo, Heri Priyatmoko, mengatakan seiring waktu berjalan, Belanda membangun jalan baru yang sejajar dengan Jalan dr Radjiman. Jalan baru itu letaknya di utara Jalan dr Radjiman, yang kini dikenal sebagai Jalan Slamet Riyadi.

"Jalan Slamet Riyadi itu adalah sungai yang diuruk. Dibangun karena ada pergeseran orientasi sehingga pusat kota berada di Benteng Vastenburg," kata Heri saat dihubungi detikJateng, Kamis (17/2/2022).

Adanya jalan baru yang dulu bernama Purwosariweg itu memunculkan fasilitas-fasilitas modern. Tempat hiburan maupun bisnis mulai berdiri di sana.

"Jalan ini dibangun untuk memperlancar komunikasi politik dengan junjungan tuan residen yang berada di Semarang," ujar Heri, Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu.

Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Waskito Widi, menjelaskan Jalan Slamet Riyadi dahulu belum sebesar sekarang. Namun oleh Belanda, jalan tersebut kemudian diubah menjadi jalan utama.

Jalan dr Radjiman depan Pasar KlewerJalan dr Radjiman depan Pasar Klewer Foto: Bayu Ardi Isnanto

"Terutama setelah munculnya kereta api pada tahun 1900-an. Dibuatlah rel di sepanjang Jalan Slamet Riyadi itu dari depan Benteng Vastenburg ke selatan, lalu ke barat sepanjang Slamet Riyadi," kata Widi kepada detikJateng.

Meski demikian, Jalan dr Radjiman juga tak lantas sepi. Jalan tertua di Solo yang membelah Masjid Agung dengan Pasar Klewer itu sejak dulu sudah ramai sampai sekarang.

Dalam perkembangannya, sisi barat Pasar Klewer juga tumbuh menjadi pusat pertokoan, seperti toko perhiasan hingga pakaian. Kawasan ini dikenal dengan nama Coyudan.

Di masa kini, Jalan dr Radjiman dan Jalan Slamet Riyadi seakan tak bisa dipisahkan. Keduanya difungsikan untuk memecah lalu lintas dengan pemberlakuan sistem satu arah, yakni arah ke timur untuk Jalan Slamet Riyadi dan ke barat untuk Jalan dr Radjiman.

Pemilihan nama dr Radjiman sendiri kemungkinan karena kedekatannya dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Selain pahlawan kemerdekaan RI, Radjiman dulu juga sebagai dokter yang mengabdi di keraton. Dia kemudian diberi gelar KRT Radjiman Wedyodiningrat.




(dil/mbr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads