Nama Desa Gadungan, cukup mudah ditemukan di Kota Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebab, desa dengan penduduk sekitar 1.500 jiwa itu letaknya persis di jantung kota tua kecamatan.
Desa yang dibagi dalam 13 RT dan 5 RW, itu merupakan desa yang memiliki pemerintahan cukup tua. Bahkan menurut catatan di pemerintah desa, Gadungan sudah ada sejak tahun 1922.
Nama Desa Gadungan, ternyata memang berangkat dari sesuatu yang palsu. Dari dua versi sejarah desa, salah satunya menyebutkan konon di masa lalu ada sesepuh atau cikal bakal desa yang memelihara harimau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesepuh desa itu dulu punya peliharaan Harimau. Harimau itu dipercaya sebagai harimau jadi-jadian," ungkap Plt Sekretaris Desa Gadungan, Taufik Setiawan, pada detikJateng di balai desa, beberapa waktu lalu.
Taufik menceritakan, di desanya ada dua versi sejarah desa. Versi pertama ada sesepuh awal desa bernama Mbah Gadungan.
"Mbah Gadungan ini makamnya masih ada. Di pasar ke timur," jelas Taufik.
![]() |
Sebab sesepuhnya berjuluk Mbah Gadungan, saat jadi pemerintahan desa namanya diambil untuk nama desa. Versi lain, julukan Mbah Gadungan itu muncul karena yang bersangkutan memiliki peliharaan harimau jejadian.
"Harimau itu sampai saat ini jadi simbol desa. Gambar kepala harimau jadi simbolnya," lanjut Taufik.
Nama Desa Gadungan, kata Taufik mungkin bagi orang luar terdengar aneh. Tapi warga biasa saja menanggapi.
"Sering dianggap aneh, apalagi saat di Pemkab beberapa waktu lalu desa ada masalah dengan pengisian perangkat desa. Ya kita biasa saja sebab memang karena ada Mbah Gadungan itu," tambah Taufik.
Tokoh masyarakat Desa Gadungan, Agus Widodo mengatakan nama desa sejauh yang diketahuinya karena ada yang memelihara harimau. Harimau itu bukan sembarang harimau.
"Dulu dengar-dengar ada harimau jadi-jadian di makam dekat pabrik yang dipelihara. Mungkin itu ada hubungannya sebab harimau jadi-jadian atau gadungan," kata Agus.
Meskipun unik, sejauh ini belum pernah ada yang mentertawakan nama itu. Warga tetap bangga.
"Kalo saya ya tetap bangga dengan nama itu. Tidak pernah terlintas untuk usul ganti nama desa sebab itu warisan pendahulu," pungkas Agus.
(sip/sip)