Situasi Wadas Pasca-insiden: Polisi Masih Berjaga-Komisi III DPR Turun

Situasi Wadas Pasca-insiden: Polisi Masih Berjaga-Komisi III DPR Turun

Rinto Heksantoro - detikJateng
Jumat, 11 Feb 2022 06:46 WIB
Sejumlah warga yang sempat ditahan polisi tiba di halaman masjid Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022). Sebanyak 64 warga Desa Wadas dibebaskan oleh pihak kepolisian terkait aksi penolakan pembangunan Bendungan Bener. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj.
Sejumlah warga yang sempat ditahan polisi tiba di halaman masjid Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022). (Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Purworejo -

Hingga kemarin, sejumlah polisi masih tampak berjaga di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, kemarin pasca-kerusuhan yang terjadi beberapa hari lalu. Untuk mengetahui permasalah yang ada, Komisi III DPR RI pun terjun ke desa itu dan berdialog dengan warga.

Pengamanan pengukuran lahan kuari di Desa Wadas hingga Kamis (10/2) kemarin masih berjalan. Sejumlah polisi masih nampak berjaga di lokasi yang sebelumnya sempat terjadi kericuhan hingga 67 warga diamankan dan kini sudah dipulangkan.

Situasi di Desa Wadas

Pantauan detikJateng, di lokasi, Kamis (10/2), akses jalan menuju ke Desa Wadas dari Desa Kaliwader dan Pekacangan tampak lengang. Terlihat ada beberapa titik pos pengamanan yang dijaga polisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tiap pos pengamanan itu ada puluhan polisi berseragam. Mobil-mobil polisi yang lalu lalang juga tampak di jalan Desa Wadas.

Beberapa rumah warga terlihat sepi. Bahkan, ketika diketuk pintunya, tak ada sahutan dari dalam rumah. Di sisi lain, beberapa ibu-ibu dan anak-anak asyik berkumpul di salah satu rumah warga sambil sibuk membuat anyaman bambu berupa besek.

ADVERTISEMENT

"Biasa di poskamling bikin besek sambil ngerumpi mas, tapi karena ada pak polisi kami bikin di sini," tutur salah seorang ibu ketika berbincang.

Dia juga bercerita istigasah yang berakhir ricuh dan penangkapan sejumlah warga membuat mereka trauma. Untuk menghibur anak-anak, mereka sempat menyetel musik dan berjoget di depan rumah. Menurut ibu-ibu, mayoritas kaum lelaki saat itu masih merumput dan pergi berladang.

Komisi III DPR RI tinjau warga Wadas

Sekitar pukul 14.30 WIB, rombongan DPR RI mendatangi Desa Wadas. Kedatangan Komisi III yang membidangi masalah hukum tersebut ingin melihat langsung persoalan yang terjadi di desa itu.

Dalam kesempatan tersebut, rombongan bertemu langsung dengan warga. Mereka menemui kelompok warga yang pro dengan penambangan kuari maupun warga yang menolak. Pertemuan itu digelar secara terpisah.

Wakil Ketua Komisi 3 DPR RI, Desmond Junaidi Mahesa menyebut masing-masing warga punya hak untuk menerima maupun menolak rencana penambangan kuari di desa tersebut.

"Tujuan kami ke sini, agar kami mengetahui secara adil permasalahan yang ada. Warga agar mendapatkan perlindungan yang sama antara yang pro maupun kontra," kata Wakil Ketua Komisi 3 DPR RI, Desmond Junaidi Mahesa, Kamis (10/2).

Wadas di luar wilayah proyek, warga boleh menolak

Kuari atau penambangan batu andesit sendiri rencananya digunakan dalam pembangunan Bendungan Bener.

"Ada dua hal, yang pertama bahwa Desa Wadas adalah bukan wilayah proyek strategis nasional Bendungan Bener. Yang jelas batu-batu ini adalah penunjang kegiatan. Kalau secara hukum kalau ini wilayah bendungan maka ada peraturan yang posisinya masyarakat bisa menerima. Di sisi yang luar bendungan, masyarakat untuk sementara ini bisa menolak karena tidak melanggar aturan apa-apa," jelasnya.

Ia pun berharap agar permasalahan yang terjadi di Desa Wadas bisa segera diselesaikan dengan baik. Selain itu, pihaknya juga meminta agar warga yang pro dan kontra bisa akur kembali seperti sedia kala.

"Ada yang setuju ada yang kontra, harapannya ke depan pro kontra ini bisa akur kembali, dengan pihak pelaksana yang mau mengambil batu bisa menyelesaikannya baik-baik," terang Desmond.

Beragam reaksi warga Desa Wadas

Diwawancara terpisah, beberapa warga Desa Wadas yang menolak tambang tetap berpendirian yang sama. "Pokoknya sampai kapanpun menolak sampai kiamat, mau dialog, sampai sosialisasi, ganti rugi nggak mau," ujar Amat Ardiyanto (19).

Namun, warga lain Diyah (50) mengatakan ikhlas dengan proyek pemerintah di desanya itu.

"Nurut sama pemerintah, dulu kan saya pas pengukuran saya ditakut-takuti segitu banyak orang (warga), dilempari batu saya takut. Saya sudah nggak garap saya, saya takut ke ladang." ucapnya.

Warga komentari viral foto main biliar

Sementara itu, permasalahan lain juga ikut muncul buntut penangkapan 67 warga Desa Wadas itu. Foto warga sedang bermain biliar di Mapolres Purworejo viral di media sosial.

Salah seorang warga Desa Wadas yang juga ikut diamankan, Amat Ardiyanto mengaku tidak tahu soal viralnya foto yang menampilkan sejumlah orang bermain biliar di Mapolres Purworejo.

"Kurang tahu, soalnya saya aja nggak biliar. Habis dari Polsek (Bener) dibawa sampai pukul 18.00 WIB di sana (Polres Purworejo)," kata lelaki 19 tahun itu saat ditemui detikJateng di rumahnya, Kamis (10/2).

Amat menjelaskan, selama di Mapolres Purworejo, dia dikurung di ruang auditorium. "Saya dikurung di ruang auditorium terus, paling keluar cuma ke toilet. Terus pagi (Rabu) disuruh ke musala, soalnya di ruang atas (auditorium) buat konferensi pers," jelasnya.

Ihwal foto biliar yang viral di media sosial itu, Amat menegaskan bahwa dirinya tidak bermain biliar.

"Saya beneran nggak main biliar. Setahu saya nggak ada yang main biliar, tapi nggak tahu juga kalau saya pas nggak lihat," imbuhnya.

Hingga kini belum diketahui siapa yang mengambil foto sejumlah orang bermain biliar di Mapolres Purworejo. Meski belum dapat dipastikan kebenarannya, foto itu sudah viral di media sosial dan menuai beragam komentar dari warganet.




(aku/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads