Pesatnya perkembangan moda transportasi saat ini berpengaruh terhadap keberadaan kereta kuda atau andong. Jumlah andong pun lambat laun semakin berkurang.
Sekalipun demikian, sampai sekarang masih ada warga yang bertahan membuka bengkel andong. Dia adalah Manto (65), warga Karangtalun, Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
Manto menjadi bengkel andong sejak masih usia 22 tahun. Tak terasa, profesi tersebut sudah dijalaninya sekitar 43 tahun. Sekalipun jumlah andong yang diperbaiki tak sebanyak saat dulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manto menjadi bengkel andong dengan belajar secara autodidak. Berawal dari menjadi kusir andong di Pasar Muntilan, suatu ketika roda andongnya mengalami kerusakan hingga diperbaikinya sendiri.
![]() |
Ditemui detikJateng di rumahnya, Manto tengah mengerjakan pembuatan roda. Roda yang dibuat dengan bahan dari kayu Sonokeling. Pesanan tersebut datang dari orang Jogja.
"Dulunya saya menjadi kusir andong. Saat itu, roda mengalami kerusakan, terus saya bongkar sendiri, tapi sama bapak nggak boleh, tetap nekat (perbaiki). Alhamdulillah setelah saya perbaiki bisa dipakai untuk bekerja lagi," kata Manto kepada detikJateng di rumahnya, Selasa (8/2).
Kejadian itu justru menjadi berkah bagi Manto. Teman-teman sesama kusir andong silih berganti meminta tolong kepadanya untuk memperbaiki jika andong mereka rusak.
"Setelah itu, teman-teman pada bertanya diperbaiki dimana? Saya bilang perbaiki sendiri. Setelah itu, teman-teman minta tolong memperbaiki kalau ada kerusakan," ujarnya.
Kabar tersebut tersebar tak hanya di sekitar Muntilan, Salaman dan Magelang, melainkan hingga Parakan (Temanggung), Godean (Jogja) maupun Jogja. Andong-andong yang rusak dibawa menuju rumah Manto untuk diperbaiki.
"Dulu banyak sekali yang minta tolong untuk diperbaiki. Perbaikan tersebut dilakukan sendiri dan dibantu istri saat memasang roda. Kalau sekarang untuk memperbaiki tinggal saya sendiri," tuturnya.
![]() |
Untuk wilayah Magelang, katanya, saat ini yang banyak andong berada di sekitar Borobudur karena untuk pariwisata. Kemudian kerusakan andong sendiri beragam. Sekalipun andong yang diperbaiki tak seramai dulu tetap saja ditekuninya.
"Saya bekerja di rumah, kalau rezeki datang nggak boleh ditolak. Jadi tetap dilestarikan (bengkel), kalau luang ke ladang, kalau ada pekerjaan tetap dikerjakan. Alhamdulillah nggak telat ada yang bengkel," ujar dia.
Saat disinggung mengenai biaya bengkel, kata dia, tergantung jenis kerusakannya. "Biaya bengkel tergantung kerusakan. Kalau yang bagus dari kayu jati," pungkasnya.
(aku/aku)