Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab tingginya kecepatan bus wisata yang berujung pada kecelakaan menabrak tebing di Bantul. Salah satunya yakni posisi gigi transmisi bus yang masih di gigi 3 sementara jalur yang dilewatinya menurun.
"Saksi menjelaskan saat dari atas, pengemudi menggunakan gigi tiga. Karena itu, kendaraan meluncur dengan cepat. Padahal saat di sana, jalan menurun dan banyak tikungan," ujar Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Ahmad Wildan kepada wartawan di kantor Dishub Solo, Selasa (8/2/2022).
Selain itu, lanjut Wildan, pengemudi juga terlalu sering menginjak pedal rem. Hal itu menyebabkan angin terbuang dan tekanan angin berada di bawah ambang batasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap tikungan pengemudi melakukan pengereman berkali-kali, ini sesuai penjelasan kenek bus dan mobil di belakangnya. Dilihat lampu rem belakang nyala terus tetapi masih melaju dengan cepat. Artinya saat turun, bus melakukan pengereman yang panjang," urainya.
"Karena turun terus, angin dibuang terus, ketika angin mencapai di bawah ambang batasnya 6 bar, yakni 5 bar, pengemudi tidak akan bisa ngerem," urainya.
Wildan mengatakan kasus ini sama persis dengan di Balikpapan. Dimana sang pengemudi mengungkapkan bahwa tekanannya anginnya pada 5 bar. Dalam kondisi itu, jelas Wildan, pedal rem tidak bisa menginjak rem lagi dan sistem remnya tidak berfungsi.
"Masalahnya anginnya tekor, bukan karena malfunction, tetapi karena penggunaan," ungkap Wildan.
Dalam kondisi ini, kata Wildan, pengemudi berusaha untuk menurunkan gigi transmisi dari posisi gigi tiga ke dua. Hanya saja upaya itu tidak berhasil lantaran pada saat itu kecepatan kendaraan cukup tinggi.
"Dalam kecepatan tinggi, gigi transmisi tidak bisa diturunkan dari tiga ke dua. Sehingga masuknya ke netral. (Sopir) Panik tidak bisa narik handbrake, ini terlihat dari posisi handbrake yang belum tertarik," tuturnya.
"Saya jelaskan prinsip kerja sistem rem, yaitu kerjanya kalau kita ngegas itu ngisi angin. Kalau rem, buang angin. Saat pengemudi turun, sebenarnya dia tidak punya kesempatan ngisi (angin)," imbuhnya.
Dan, meluncurnya bus itu, tambah Wildan, bukan didorong oleh putaran mesin melainkan didorong oleh gravitasi bumi.
"Seharusnya pengemudi jangan menggunakan pedal rem. Tetapi gunakan engine brake dan exhaust brake," pungkasnya.
(sip/dil)