Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjarnegara mengungkap sebanyak 38 tenaga kesehatan (nakes) yang diduga terpapar Omicron sejak awal 2022 ini. Saat ini, ada 49 kasus aktif yang diduga terkait Omicron yang diisolasi.
"Dari bulan Januari tahun ini sampai sekarang untuk nakes kami sudah ada 38 orang yang terpapar (Omicron)," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara dr Latifa Hesti saat ditemui di kantor Dinas Kesehatan Banjarnegara, Selasa (8/2/2022).
Hesti menyebut ciri khas Omicron memiliki penyebaran virus yang lebih cepat dibandingkan Delta. Dia menduga kasus Corona di daerahnya merupakan varian Omicron karena penyebarannya lebih cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasus terus naik, ciri khas Omicron seperti ini, penyebaran cepat sekali, 4 kali lebih cepat dibanding varian Delta," ujarnya.
Dinkes sudah mengirim enam sampel untuk tes whole genome sequencing (WGS). Hasilnya kala itu masih probable.
"Kalau kita melihat tren yang penularannya begitu cepat sedangkan gejala tidak seperti Delta, kemungkinan ini sudah varian Omicron. Walaupun secara GWS kita tidak bisa terus mengirimkan karena hanya ada di Semarang dan GWS dikirimkan apabila PCR CT valuenya kurang dari 50 kemudian kasus meningkat tajam dan banyak pendatang," kata dia.
Hesti menyebut saat kasus aktif di Banjarnegara ada 49 orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
"Di Kabupaten Banjarnegara ada 49 orang, sebagian besar isolasi mandiri di rumah. Beberapa ada yang dirawat di rumah sakit, dan ada 3 orang yang isolasi terpusat yang kita siapkan di BLK. 1 bidan, 1 ibu hamil beserta suaminya. Jadi dua-duanya positif," terangnya.
PTM di Banjarnegara Terapkan 50 Persen
Terpisah, Plt Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Agung Yusianto mengatakan, beberapa sekolah saat ini melakukan pembelajaran tatap muka 50 persen. Hal ini dilakukan agar penerapan protokol kesehatan bisa dilakukan.
"Dengan melihat PPKM level 2 saat ini, sebagian sekolah menerapkan pembelajaran tatap muka 50 persen. Tapi tidak semuanya, tergantung jumlah muridnya," ujar Agung.
Agung mengatakan untuk tingkat PAUD dan TK pembelajaran tatap muka dilakukan 50 persen. Namun untuk SD, hanya diterapkan di sekolah yang siswanya di atas 120 anak.
"Kalau PAUD dan TK semuanya 50 persen. Tapi untuk tingkat SD, hanya sekolah yang siswanya 120 ke atas itu PTM 50 persen. Tapi kalau 120 ke bawah tetap 100 persen. Untuk tingkat SMP batasannya 150 anak ke atas PTM diterapkan 50 persen. Kalau 150 anak ke bawah tetap 100 persen," jelasnya.
(ams/sip)