Kasus Corona atau COVID -19 di Kota Semarang terus meningkat. Dinas Kesehatan setempat memprediksi puncak peningkatan kasus COVID-19 terjadi Februari hingga Maret.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M Abdul Hakam mengatakan hingga siang tadi ada 86 kasus Corona yang terdiri dari 66 warga Kota Semarang dan 20 warga luar kota yang dirawat di Kota Semarang.
"Siang hari ini memang peningkatan kasusnya lebih banyak dibandingkan periode awal di Januari. Sampai siang ini ada 86 kasus yang ada di Kota Semarang, memang sebagian besar adalah warga Kota Semarang," kata Hakam di kantornya, Rabu (2/22/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu dari data siagacorona.semarangkota.go.id, saat diakses detikJateng Rabu (2/2) pukul 16.00 WIB, jumlah kasus COVID-19 di Kota Semarang tercatat ada 97 kasus. Rinciannya 75 orang Semarang dan 22 orang luar kota.
Hakam juga menunjukkan 3 grafik prediksi kenaikan COVID-19 di Kota Semarang. Prediksi pertama yakni prediksi kasus normal, ada peningkatan dan puncaknya ada di pertengahan Februari kemudian turun tajam di awal Maret. Setelah itu kasus akan konstan di bawah 5 per hari.
Baca juga: Warga Jateng! detikcom Hadir untuk Kamu |
Prediksi kedua yakni kasus normal-worst case dengan keterangan diprediksikan akan muncul penambahan kasus secara konsisten hingga puncak di bulan Februari akhir dan mulai turun di awal Maret, namun dengan angka yang cukup ekstrim. Setelah gelombang Februari diperkirakan kasus COVID akan mulai surut dan mulai konstan dengan temuan kasus di bawah 5 per hari.
Prediksi ketiga yakni kasus dengan faktor baru. Diprediksi ada faktor baru penyebab peningkatan di luar variable yang sudah diketahui. Diprediksi akan muncul penambahan kasus secara konsisten hingga puncak di bulan Februari akhir dan mulai turun di awal Maret, namun dengan angka yang cukup ekstrem. Kemunculan kasus puncak berikutnya ada di lebaran, dengan tren penemuan kasus konstan di bulan Maret akhir hingga Juni akhir.
"Dominan sebetulnya pelaku perjalanan atau yang tingkat mobilitasnya tinggi, ini yang ternyata menyumbang paling banyak. Tentunya kalau kita lihat seperti ini prokesnya otomatis rendah sekali," jelas Hakam.
"Ini yang sedang kita bersama tadi pagi ada Pak Wali dan bapak-bapak forkopimda, kita membuat beberapa strategi untuk supaya kasusnya bisa kita tekan, walaupun memang berdasarkan prediksi terjadi sampai di awal Maret," imbuhnya.
Ia menjelaskan ada beberapa kluster di Kota Semarang termasuk kantor dan sekolah, namun Hakam tidak menyebutkan jumlahnya. Oleh karena itu agar menekan klaster COVID-19 maka pasien disarankan isolasi terpadu.
"Dari kasus ada, klaster ada, dari beberapa klaster itu apakah masih ada yang aktif, ini makanya kebijakan dari Pemkot Semarang berdasarkan hasil rakor tadi yang isoman kita coba geser semuanya ke isoter karena di isoter masih mampu. Harapannya ya tidak menularkan ke yang lainnya," ujarnya.
"Tentunya kita sudah siapkan beberapa strategi termasuk mengaktifkan lagi teman-teman di pengawasan termasuk Satpol PP, TNI/Polri sekaligus kita akan mempercepat vaksinasi booster," imbuh Hakam.
Terkait kasus varian Omicron, hingga saat ini masih teridentifikasi 6 dan sudah sembuh semua. Kemudian di akhir Januari ada probable Omicron sebanyak 23 kasus yang artinya ada tanda-tanda meski harus dipastikan lagi dengan tes WGS.
"Omicron yang sudah definitif ada enam, pasiennya sudah sembuh, di akhir Januari ada probable Omicron ada 23. Kalau kita lihat dari keluhan ada batuk, tenggorokan kering, ini mengarah ke Omicron. Jarang ada yang demam, tapi ada juga yang demam. Sebagian besar adalah batuk dan tenggorokan kering. Kalau CT value kurang dari 20 di-WGS, nanti yang diambil dalam pemeriksaan WGS dan SGTF," terang Hakam.
(aku/ahr)