Bukan sekadar kampung seni biasa, Kampung Jelekong yang terletak di Baleendah, Kabupaten Bandung memiliki pelukis berjiwa inovatif. Mereka memanfaatkan barang bekas dalam proses melukis, hasilnya sangatlah unik.
Pelukis Kampung Jelekong memanfaatkan sampah koran, kain perca, kayu, botol plastik, kertas bekas, dan bahan ramah lingkungan lainnya. Penggunaan barang bekas ini menjadi salah satu ciri khas dari seni lukis di Kampung Jelekong. Tujuannya, mengurangi volume sampah di kampung.
Pelukis yang berada di kampung pusat seni lukis dan kerajinan tangan itu terus mengembangkan teknik dan gaya melukis yang memanfaatkan barang bekas. Selain berdampak pada kelestarian lingkungan, pemanfaatan sampah itu juga berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberhasilan mereka terbukti melalui karyanya bertajuk '1.000 lukisan berbahan dasar sampah' yang mencetak rekor dunia dalam acara Program Kota 1.000 Terang, pada tahun 2018. Seperti yang dikatakan Iman Budiman (37), seorang seniman lukis sampah Jelekong yang memiliki pengaruh besar dalam memajukan kesenian di kampung ini.
"Saya juga pernah melakukan kegiatan merespon tentang sampah yang ada di Bandung ataupun dunia dengan membuat lukisan, seribu lukisan dari sampah, dan itu ya alhamdulillah rekor dunia," ucapnya ketika ditemui detikJabar pada (18/09/23).
Program Kota 1.000 Terang adalah sebuah program yang melibatkan Komunitas Pelukis Jelekong. Komunitas memproduksi 1.000 lukisan tiga dimensi berbahan dasar sampah organik dan anorganik. Tujuan dari program ini adalah untuk mempromosikan pengelolaan sampah sebagai budaya baru dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya daur ulang. Program ini merupakan bagian dari upaya pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung.
Kehadiran lukisan-lukisan unik dan ramah lingkungan di Kampung Jelekong telah menarik perhatian para penggemar seni, baik dari tingkat lokal maupun internasional. Bahkan beberapa kolektor seni telah menunjukkan minat untuk membeli karya seni Jelekong ini.
Dengan gaya 'mooi indie', lukisan-lukisan di Kampung Jelekong mengabadikan keindahan alam dari objek-objek realis di sekitarnya. Tak heran jika lukisan-lukisan dari kampung ini banyak diminati, bahkan sebagian besar dijual di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Bali, dan tak sedikit yang terjual di sekitar jalanan Braga, Kota Bandung.
Iman Budiman, seniman sekaligus pemilik art gallery di Jelekong memaparkan karya-karya seni Jelekong sudah mulai banyak mendapat perhatian. "10 persen pelukis Jelekong itu sudah ke ranah karya, mereka aktif terlibat pameran di dalam maupun luar negeri. Kalau dulu, jelekong kehadirannya tidak dianggap oleh para seniman akademis, karena mereka merasa Jelekong itu industri seni. Tapi, ketika ada 10 persen orang yang sadar akan berkesenian, mempunyai wawasan yang lebih daripada rekan-rekan otodidak, nah jelekong itu mulai dianggap," jelasnya.
Nama Kampung Jelekong pun kian dikenal setelah tren pemanfaatan sampah untuk berkesenian. Tak hanya sebagai sebuah kampung seni, Jelekong menjadi contoh bagi komunitas seni di seluruh Indonesia soal pentingnya daur ulang, dan pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar.
"Masyarakat Jelekong berkarya untuk mencari nafkah, bukan untuk mencari ketenaran. Hampir 90% dari mereka melukis untuk mencari nafkah, mereka bekerja." tutur Iman Budiman yang akrab disapa Kang Iman.
Pelukis muda mendominasi di Kampung Jelekong. Lewat karyanya, mereka berkontribusi poisitif bagi sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Keberhasilan mereka dalam mencetak rekor dunia dengan 1.000 lukisan dari sampah menjadi inspirasi bahwa kreativitas dapat menciptakan perubahan yang luar biasa. Mereka bukan hanya menciptakan karya seni, tetapi juga mewariskan nilai-nilai keberanian dan kreativitas kepada generasi mendatang. Dengan demikian, Kampung Jelekong tak hanya menjadi tempat berkarya, tetapi juga tempat menginspirasi, belajar, dan berkembang dalam dunia seni.
(sud/sud)