Babakan Siliwangi City Forest atau Hutan Kota Babakan Siliwangi di Kecamatan Coblong menyimpan cerita tentang begitu kayanya Bandung. Ya, kaya akan sumber mata air. Namun, di hutan kota ini tersisa satu mata air.
Kejernihan airnya tak perlu diragukan. Namun, debit airnya memang berkurang. Pembangunan atau tutupan lahanlah yang menjadi penyebabnya.
Menurut data Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kota Bandung, total ada 80 sumber mata air di Kota Bandung. Di Kecamatan Coblong terdapat delapan mata air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima mata air tersebar di Kelurahan Dago, dua di Sekeloa dan satu di Cipaganti. Sedangkan, mata air di Hutan Kota Babakan Siliwangi yang masuk wilayah Kelurahan Lebak Siliwangi tak terdaftar sebagai sumber mata air di PPID Kota Bandung. Mungkin, debit airnya memang kecil.
Salah seorang warga di kawasan Hutan Kota Babakan Siliwangi Uung Hendaya menceritakan Lebak Siliwangi dulunya merupakan persawahan. Uung mendapat cerita dari sesepuhnya bahwa di Babakan Siliwangi terdapat banyak mata air.
"Dulu ada delapan katanya, sekarang tinggal dua. Ada di sini (hutan kota), dan satunya di kawasan BBWS itu," kata Uung saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya, Jumat (27/1/2023).
Uung sudah menetap di kawasan Hutan Kota Babakan Siliwangi sejak 25 tahunan silam. Ia juga masih merasakan debit mata air yang lumayan besar. Meski saat ini debit di seke atau mata air hutan kota itu berkurang, warga atau pedagang sekitar kawasan hutan kota masih memanfaatkannya.
"Ya kalau warga yang ingin ambil air tinggal datang saja ke situ. Masih bisa digunakan untuk siapapun," ucap pria berusia 62 tahun itu.
Uung mengatakan Babakan Siliwangi merupakan sumber air. Selama 20 tahun lebih, Uung memanfaatkan sumur berdiamater 2,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Ia mengaku tak pernah kekurangan.
"Kalau soal banyak mata air yang hilang, mungkin itu karena ketidaksengajaan atau ketidaktahuan untuk mengalihfungsikan lahan," ucap pensiunan PNS itu.
"Tahun 90-an itu masih ada beberapa titik. Ada yang tertutup karena pembangunan, pohon atau lainnya. Mata air itu dulu digunakan untuk pengairan persawahan," kata Uung menambahkan.
(sud/mso)