Jejak Bioskop Rio Jadi Sarana Hiburan Tentara KNIL di Cimahi

Jejak Bioskop Rio Jadi Sarana Hiburan Tentara KNIL di Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 18 Des 2022 10:45 WIB
Kondisi Bangunan Bioskop Rio
Kondisi Bangunan Bioskop Rio (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Pada masa pendudukan kolonial Belanda, Cimahi dijadikan sebagai basis militer untuk tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) ditandai dengan banyaknya bangunan berarsitektur Belanda.

Keberadaan Belanda di Cimahi menjadi 'berkah' tersendiri bagi para pengusaha tajir dari negeri Kincir Angin itu. Salah satunya ialah F.A.A Buse, seorang meneer pengusaha hiburan yang memiliki jaringan usaha bioskop di beberapa daerah di Hindia-Belanda (Indonesia saat itu).

Pegiat sejarah Cimahi sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Cimahi, Mahmud Mubarok, menyebut Buse sebelumnya sudah punya bioskop di Bandung, Surabaya, Sukabumi, dan daerah lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Bandung itu ada bioskop punya Buse seperti Elita, Oriental, Luxor. Cirinya itu gaya bangunannya mengadopsi arsitektur Art Deco, karena kebetulan waktu itu Art Deco sedang sangat digemari," ujar Mahmud kepada detikJabar.

Buse mencium peluang membangun sebuah bioskop di Cimahi. Ya Bioskop Rio. Bioskop yang saat ini tinggal kenangan itu merupakan jaringan usaha milik Buse sebagai raja bioskop.

ADVERTISEMENT

"Rio bisa dibilang sebagai bioskop pertama di Cimahi yang merupakan bagian dari jaringan bioskop besar sebenarnya, di zaman sekarang mungkin seperti cineplex atau 21," tutur Mahmud.

Seperti bioskop lain miliknya, gaya bangunan bioskop yang ada di kawasan Alun-alun Cimahi itu juga mengusung desain Art Deco. Apalagi Cimahi sebagai kota garnisun gagasan Gubernur Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels juga banyak mendirikan bangunan dengan gaya Art Deco.

"Ciri hampir sama yaitu bentuk bangunan art deco yang memiliki bagian menara agak tinggi dan kotak-kotak. Seperti di Rio itu kan ada sebuah bentuk bangunannya itu tinggi dengan tulisan 'Rio'," ujar Mahmud.

Hanya Untuk Orang Belanda

Buse mendirikan bioskop Rio pada tahun 1937. Saat itu peletakan batu pertamanya dilakukan oleh sang anak, Yvone Francois Buse. Sayang, kata Mahmud, saat ini plakat yang menjelaskan pembangunan Bioskop Rio entah ada di mana.

"Peletakan batu pertamanya itu oleh anaknya yaitu Yvone Francois Buse pada 23 Oktober 1937, jauh sebelum kemerdekaan. Tapi menjadi bioskop ke sekian yang dibangun Buse, lebih dulu mungkin dibangunnya yang di Bandung," kata Mahmud.

Buse melihat keberadaan tentara KNIL di kota garnisun itu menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Apalagi mereka haus akan hiburan. Sementara di zaman itu, fasilitas hiburan di Cimahi sangat terbatas.

"Memang waktu itu tempat hiburan tentara hanya di Gedung Sudirman yang sekarang jadi Gedung Historich. Di situ ada fasilitas untuk dansa, main bowling, tapi Buse jeli dengan teknologi gambar hidup. Saking banyaknya tentara itu, akhirnya dibangunlah Bioskop Rio," ujar Mahmud.

Saat itu orang-orang pribumi cukup sulit untuk masuk ke dalam bioskop. Rio hanya diperuntukkan bagi orang-orang elit. Kendati ada pribumi yang bisa masuk, bisa dikategorikan ia sebagai priyayi atau menak di kalangan orang Sunda zaman dulu.

"Atau pribumi yang memiliki pangkat ataupun bagian dari bangsawan, karena bioskop merupakan suatu hal yang luar biasa untuk masyarakat ketika itu. Kok bisa ada gambar bergerak seperti ini, jadi satu hal yang aneh pastinya," ujar Mahmud.

Sayang kini Bioskop Rio tinggal kenangan. Belanda yang menyerah pada masa perang kemerdekaan akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia dan menyerahkan aset itu pada pribumi akibat adanya kebijakan nasionalisasi aset di tahun 1950-an.

Bangunan Bioskop Rio masih berdiri kokoh, sayang fungsinya sudah berubah 100 persen. Dari bioskop, kini Rio menjadi sentra penjualan ponsel dan elektronik. Tak banyak sisa-sisa yang menunjukkan bangunan itu bekas bioskop, hanya ada tulisan Rio pada fasad bangunan yang menjulang tinggi.

Namun bagi pelaku sejarah Cimahi, Rio punya tempat tersendiri di hati. Seperti halnya bagi Mahmud, yang punya kenangan menjadi penikmat film-film di Bioskop Rio.

"Saya mengalami betul pada masa jaya-jayanya (bioskop) Rio. Waktu itu yang diputar film silat, kungfu mandarin, dan film-film nasional Sunan Kalijaga. Dan ketika film Indonesia marak dengan film esek-esek akhirnya Rio pun memutar film-film tersebut," ucap Mahmud.

"(Bioskop) Rio bertahan cukup lama sampai tahun 2000-an lebih, masih ada meskipun pasang surut. Tapi akhirnya sekarang ya sudah tutup sepenuhnya," tambahnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Jejak Sejarah Celana Jeans"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)


Hide Ads