Cimahi memiliki segudang bangunan heritage yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda dan masih berdiri kokoh hingga sekarang. Tapi kebanyakan bangunan bersejarah itu berubah bentuk dengan drastis. Perubahan yang dibawa kemudian memudarkan nilai sejarah yang terkandung dari setiap bangunan itu.
Pegiat sejarah Cimahi sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Cimahi Mahmud Mubarok menilai masih banyak bangunan yang belum menjadi cagar budaya.
"Mungkin sudah ada beberapa yang dimasukkan dalam data verifikasi tapi itu pun masih sangat rentan masih sangat jauh untuk mendapatkan perlindungan secara legalnya," kata Mahmud kepada detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya mendorong pemerintah segera mempercepat penetapan sisa bangunan bersejarah di Cimahi untuk menjadi cagar budaya menghindari perubahan bentuk bangunan.
"Nah ini memang perlu percepatan untuk segera menetapkan bangunan-bangunan yang awalnya diduga sebagai cagar budaya. Tapi lagi-lagi kendala dari pemerintahan itu alasannya minim anggaran," kata Mahmud.
Mahmud mengatakan bangunan cagar budaya memiliki keuntungan, yakni dari segi anggaran perawatan dan pemeliharaan dari Pemerintah Kota Cimahi setiap tahunnya.
"Sebetulnya keuntungan menjadikan cagar budaya itukan dia akan mendapatkan anggaran perawatan pemeliharaan, seperti halnya Gedung Sudirman setelah kemarin ditetapkan jadi cagar budaya, itu mendapatkan anggaran perawatan dan itu sudah dianggarkan oleh pemkot," kata Mahmud.
Hingga saat ini baru ada empat bangunan bersejarah di Cimahi yang ditetapkan sebagai cagar budaya, di antaranya Lemasmil Poncol, RS Dustira, Gedung Sudirman atau gedung The Historich, serta Stasiun Kereta Api Cimahi.
Sementara itu Pj Wali Kota Cimahi Dikdik S Nugrahawan mengatakan bangunan peninggalan Belanda di Cimahi memiliki nilai sejarah yang juga merupakan potensi wisata dan edukasi yang bisa dikembangkan. Misalnya menjadi pendidikan sejarah bagi pelajar yang ada di Cimahi
"Semua itu kini kita kembangkan dan kemas dalam satu paket perjalanan wisata 'Cimahi Heritage Tourism', tidak hanya bernuansa militer saja tapi ada juga Kampung Adat Cireundeu," ujar Dikdik.
(iqk/iqk)