Ironi Cimahi 'Kota Militer' Saat Bangunan Heritage Berubah Wujud

Ironi Cimahi 'Kota Militer' Saat Bangunan Heritage Berubah Wujud

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 04 Des 2022 16:30 WIB
Bangunan peninggalan Belanda di Cimahi.
Bangunan peninggalan Belanda di Cimahi. (Foto: Whisnu Pradana)
Cimahi -

Cimahi, sebuah kota kecil yang ada di sebelah barat Kota Bandung dijuluki sebagai 'Kota Militer' atau 'Kota Hijau'. Julukan itu ada kaitannya dengan sejarah kolonialisme Belanda di tanah air ratusan tahun lalu.

Pada masa pendudukan Belanda, Cimahi dijadikan sebagai basis militer untuk tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Saat ini kawasan di Cimahi yang paling terasa nuansa militernya ialah sepanjang Jalan Gatot Subroto atau biasa dikenal dengan kawasan Rajawali.

Di situ berderet markas-markas TNI serta pusat pendidikan militer, seperti Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdik Pengmilum), Sekolah Pelatih Infanteri Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif), Pusat Pendidikan Pembekalan Angkutan (Pusdikbekang), Pusat Pendidikan Perhubungan (Pusdikhub), Batalyon Artileri Medan (Yonarmed) 4/155, dan masih banyak bangunan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun amat disayangkan karena kebanyakan bangunan peninggalan Belanda itu berubah bentuk dengan sangat drastis. Menurut pegiat sejarah Cimahi sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Cimahi, Mahmud Mubarok, hanya ada satu bangunan yang bentuknya masih asli.

"Hanya memang yang menjadi perhatian itu bangunan-bangunan paling depan seperti Pusdikhub atau Pusdikbekang itu bagian depannya sudah tidak asli lagi. Dulunya ada pintu gerbang diapit oleh dua bangunan sekarang sudah tidak ada, yang masih asli dengan pintu penjagaannya itu hanya Pusdikpengmilum," ujar Mahmud kepada detikJabar.

ADVERTISEMENT

Mahmud tak menampik perawatan dan perbaikan bangunan berusia ratusan tahun itu memang menjadi kewenangan serta mengacu terhadap keperluan pihak TNI itu sendiri. Baik perluasan untuk menampung prajurit atau tujuan lainnya.

"Memang setiap ganti komandan itu akan ada perubahan kebijakan, karena ada bangunan lama yang dihancurkan kemudian dibikin bangunan baru. Ada juga bangunan yang diratakan kemudian tidak dibangun lagi. Itu tergantung kebijakan komandan dan kebutuhan dari TNI itu sendiri," ucap Mahmud.

Hanya saja perubahan yang dibawa kemudian memudarkan nilai sejarah yang terkandung dari setiap bangunan buatan Belanda yang masih kokoh berdiri. Misalnya bangunan RS Dustira, Lemasmil Poncol, Gedung Historich, dan bangunan lainnya yang sangat kental dengan gaya kolonialisme.

"Persoalannya sampai sekarang Pusdik-Pusdik belum ada yang menjadi cagar budaya. Mungkin sudah ada beberapa yang dimasukkan dalam data verifikasi tapi itupun masih sangat rentan masih sangat jauh untuk mendapatkan perlindungan secara legalnya," tutur Mahmud.

"Sementara ini bangunan banyak berkejaran dengan waktu, kita tidak tahu ke depan misalkan Pusdik Armed akan berubah, sekarang saja RS Dustira sedang berbenah lagi bangun sana sini, ya artinya agak sulit memang sekarang jika belum ditetapkan sebagai cagar budaya," ujar Mahmud melanjutkan.

Kendati demikian, Mahmud meyakini jika julukan 'Kota Militer' maupun 'Kota Hijau' yang melekat pada nama Cimahi tak bakal mengalami pengikisan esensi. Mengingat yang diingat oleh khalayak yakni banyaknya bangunan militer di Cimahi ketimbang nilai sejarah bangunan itu sendiri.

"Memang jika secara sebutan militer, keberadaan tentara dan pusat pendidikannya, tidak tergantung pada bentuk bangunan. Jadi mau bangunannyaada, mau bangunannya lapang saja, tapi kalau itu menjadi tempat latihan tentara ya itu akan tetap merujuk pada sebutan Kota Hijau atau Kota Militer," ujar Mahmud.

Apalagi kata Mahmud, pemerintah Kota Cimahi sebetulnya menggagas 'Military Heritage Tourism'. Agak aneh jika wisata militer bersejarah di Cimahi namun tak ada bangunan yang mengandung unsur sejarah karena telah mendapatkan pemugaran di sana sini.

"Cimahi sudah mendeklarasikan diri jadi kota wisata militer. Seharusnya itu sudah disosialisasikan betul ke Pusdik-Pusdik dan pihak TNI di Cimahi. Harusnya ada kesadaran yang muncul bahwa bangunan TNI dan rumah dinas itu termasuk cagar budaya di Cimahi. Jadi ketika mau merenovasi, ada koordinasi terlebih dahulu kepada Pemkot atau TACB," ungkap Mahmud.

"Cimahi mempunyai potensi dalam bangunan-bangunan tua, persoalannya sekarang bagaimana kordinasi dengan pihak militer agar kemudian bisa menjaga kelestarian bangunan-bangunan ini. Yang paling utama tentu seperti (RS) Dustira, (Lemasmil) Poncol, Pusdikpengmilum, itu harus dipertahankan karena memang bentuk awalnya seperti itu," kata Mahmud.

Tambah Monumen Bernuansa Militer

Pemkot Cimahi sendiri bukan tanpa upaya menegaskan diri sebagai 'Kota Militer. Terlihat dari terpampangnya alutsista berupa panser Saladin, tank AMX-14,tank AMX-13, serta satu platform berupa meriam-48.

Mahmud mengatakan upaya itu perlu diapresiasi. Sebab pemasangan alutsista militer di setiap sudut kota walaupun bekas dan sudah tidak terpakai, namun menegaskan bahwa Cimahi memang kota militer.

"Saya pikir harus diperbanyak, tidak hanya bentuk tank atau meriam, tapi bisa membuat semacam diorama kemiliteran masa perjuangan di Cimahi. Bisa sangat cocok dipasang di pintu keluar Tol Baros. Meskipun di situ sudah ada monumen tank, tapi akan semakin mempertegas jati diri kota," kata Mahmud.

Di sisi lain, empat bangunan bersejarah di Cimahi kini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, di antaranya Lemasmil Poncol, RS Dustira, Gedung Sudirman atau gedung The Historich, serta Stasiun Kereta Api Cimahi.

Pj Wali Kota Cimahi Dikdik S Nugrahawan mengatakan dulu fungsi utama Cimahi sebagai Garnisun sehingga kini memiliki kaitan erat dengan sejarah militer yang penting dan banyak sekali situs heritage yang berkaitan dengan militer.

"Situs-situs itu memiliki nilai historis yang tinggi dan menjadi kebanggaan warga Kota Cimahi. Siapapun yang ingin mengetahui tentang heritage, khususnya sejarah kemiliteran di Indonesia akan mendapatkannya di Kota Cimahi," kata Dikdik.

Dikdik mengatakan peninggalan Belanda di Cimahi itu memiliki nilai sejarah yang juga merupakan potensi wisata dan edukasi yang bisa dikembangkan. Misalnya menjadi pendidikan sejarah bagi pelajar yang ada di Cimahi

"Semua itu kini kita kembangkan dan kemas dalam satu paket perjalanan wisata 'Cimahi Heritage Tourism', tidak hanya bernuansa militer saja tapi ada juga Kampung Adat Cireundeu," ujar Dikdik.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: H+3 Lebaran, Polisi Tinjau Area Keramaian Wisatawan Malang"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads