Dream Team Persigar Jika Dihuni Para Pemain Bintang Asal Garut

Liga 3

Dream Team Persigar Jika Dihuni Para Pemain Bintang Asal Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Sabtu, 01 Okt 2022 14:00 WIB
Persigar Garut.
Persigar Garut (Foto: Istimewa)
Garut -

Persigar Garut merupakan salah satu tim sepak bola tradisional yang saat ini masih eksis. Sejak pertama kali didirikan di tahun 1949, Persigar Garut tak pernah kekurangan talenta-talenta berbakat yang kini bahkan menjadi legenda di banyak tim di Indonesia.

Nama-nama macam Adeng Hudaya dan Zaenal Arif yang jadi legenda Persib Bandung, hingga Johan Juansyah dan Yandi Sofyan yang saat ini masih eksis bermain di kompetisi sepak bola nasional merupakan produk asli Persigar Garut. "Garut itu tidak pernah kehilangan bakat, khususnya dari Cikajang. Mulai dari Uut Kuswendi, Zaenal Arif, Yandi Sofyan sampai Fitrul," ucap salah seorang legenda Persigar, Oded Sutarna.

Hal yang sama diungkap salah seorang pesepakbola asal Garut Roni Fatahillah. Eks kapten PSMS Medan yang kini merumput bersama Nusantara FC di Liga 2 itu mengungkapkan, jika talenta pesepakbola dari perkampungan Garut tak pernah habis. "Garut sangat banyak pemain-pemain yang potensial dari kampung-kampung. Tapi minim penyaluran ke tim profesional," kata pemain asal Kecamatan Limbangan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di momen ulang tahun Persigar yang ke-73 yang diperingati pada Rabu (28/9/2022), detikJabar bakal merangkum susunan pemain terbaik Persigar jika pemain asal Garut pulang kampung dan membela Laskar Maung Sancang. Berikut ini merupakan daftarnya.

Fitrul Dwi Rustapa

Fitrul Dwi Rustapa merupakan warga asli Kabupaten Garut. Pemain berposisi penjaga gawang ini, merupakan warga Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut. Meskipun begitu, Fitrul diketahui belum pernah berseragam Persigar Garut.

ADVERTISEMENT

Pemain kelahiran 5 Juni 1995 ini mengawali karir profesional di tim asal Jawa Timur, Persegres Gresik United di tahun 2016. Sebelum saat ini memperkuat Persib Bandung, Fitrul juga sempat bermain di Persipura Jayapura.

Akbar Zakaria

Akbar adalah seorang asgar yang berasal dari Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut. Pemain berusia 28 tahun tersebut, saat ini tercatat sebagai punggawa tim promosi Liga 1 Dewa United.

Meskipun cukup asing di telinga pecinta sepak bola Garut karena belum pernah berkostum Persigar, nama Akbar Zakaria ternyata sangat tenar di Palembang. Pemain yang berposisi sebagai bek kanan ini pernah memperkuat Sriwijaya FC selama beberapa musim. Akbar juga pernah berkostum Persela Lamongan, Persijap Jepara dan PSS Sleman.

Roni Fatahillah

Sama halnya dengan Fitrul dan Akbar, nama Roni Fatahillah juga cukup asing di telinga para pecinta sepak bola di Garut. Sebab, pemain asal Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut itu tak pernah bermain untuk Persigar.

Roni memulai karir profesionalnya di Pulau Sumatera dengan membela PS Kwarta Deli Serdang. Setelah itu, Roni menjajal beberapa klub tanah air macam Gresik United, Persibangga Purbalingga, PSPS Riau hingga Persela Lamongan.

Pemain yang identik dengan nomor punggung 7 itu juga diketahui menjadi salah satu legenda PSMS Medan dan sempat menjadi kapten di sana. Saat ini, pemain berusia 28 tahun yang berposisi sebagai bek tengah itu memperkuat klub Liga 2 Nusantara United FC.

Ardi Ramdani

Ardi Ramdani merupakan salah satu talenta muda berbakat asal Garut. Pemain berumur 25 tahun itu saat ini tercatat sebagai pemain klub Liga 3 Adhyaksa Farmel FC.

Sebelum menjadi bek tengah andalan Farmel, pemain asal Kecamatan Cilawu itu sempat beberapa kali berganti kostum. Di antaranya dengan membela Persigar Garut dan PSGC Ciamis di Liga 3.

Agil Munawar

Agil adalah pemain jebolan diklat Persib Bandung. Namanya masuk ke dalam beberapa pemain generasi emas Diklat Persib asuhan Jaino Matos bersama Gian Zola, Hanif Sjahbandi hingga Angga Febriyanto dan Abdul Aziz.

Agil sempat membela beberapa klub Liga 1. Mulai dari PS Tira yang kini berganti nama jadi Persikabo 1973, Arema FC, hingga kini bermain untuk Persik Kediri. Agil yang berposisi sebagai bek sayap ini memiliki darah Garut yang turun dari orang tuanya, yang diketahui merupakan warga Kecamatan Kadungora.

Ary Ahmad Syaffari

Ary Ahmad diketahui merupakan pemain jebolan Diklat Persib Bandung. Pemain ini juga sempat membela Persiba Balikpapan, Persijap Jepara dan Kepri Jaya beberapa musim lalu.

Ary Ahmad diketahui sempat membela Persib Bandung U-21 bersama Gian Zola cs. Pemain bertahan ini juga masuk ke dalam tim juara PON Jabar tahun 2016. Ary yang diketahui lahir di Kecamatan Bayongbong, Garut tersebut saat ini menjadi satu-satunya putra terbaik Garut yang memperkuat Persigar Garut. Ary juga dipercaya menjadi kapten tim saat ini.

Asep Budi

Pemain yang akrab disapa Obing ini adalah salah satu legenda klub sepak bola asal Banda Aceh, Persiraja. Musim lalu, dia juga diketahui menjadi bagian dari klub Persis Solo yang berhasil promosi ke Liga 1.

Pemain berusia 19 Desember 1990 ini diketahui merupakan warga Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Saat ini, Obing membela PSPS Riau. Dia juga pernah membela beberapa klub Liga 1 tanah air seperti Persiba Balikpapan dan Persela Lamongan.

Muhammad Nanda Mahing

Muhammad Nanda Mahing, atau yang akrab disapa Nanda, merupakan salah satu pemain muda asal Garut yang saat ini tengah bersinar di Liga 3. Nanda saat ini tercatat sebagai pemain Adhyaksa Farmel FC.

Nanda yang berposisi sebagai penyerang itu merupakan anak dari eks pesepakbola nasional, Adnan Mahing yang pernah memperkuat Persija Jakarta, dulu. Nanda merupakan pemain kelahiran Kecamatan Tarogong Kidul, Garut.

Wisnu Wardani

Tak banyak yang tahu, ada seorang pesepakbola berbakat asal Garut bernama Wisnu Wardani. Pemain berusia 25 tahun itu musim lalu membela dua klub yakni PSG Pati dan Persijap Jepara.

Wisnu diketahui lahir di Kecamatan Cikajang, Garut 6 Juni 1996. Selain membela Persijap Jepara, penyerang haus gol ini juga sempat bermain untuk Persigar Garut, Persikad Depok dan Persika Karawang. Saat ini, tidak diketahui Wisnu bermain di klub mana.

Ardi Ardiana

Sama halnya dengan Nanda Mahing, Ardi Ardiana juga merupakan salah satu talenta berbakat asal Garut lain yang saat ini tengah bersinar. Pemain berusia 18 tahun ini, musim lalu diketahui membela Batavia FC di Liga 3.

Meskipun tak banyak warga Garut yang mengenalnya, Ardi Ardiana merupakan salah satu talenta terbaik Garut saat ini. Ardi tercatat sempat bergabung dengan skuad Garuda Select.

Ardi juga diketahui masuk ke dalam daftar pemain pada saat Indonesia All Star U-20 saat tim tersebut menghadapi beberapa klub asal luar negeri seperti Atletico Madrid awal tahun 2022 lalu.

Sehabudin Ahmad

Sehabudin Ahmad adalah salah satu nama yang paling bersinar di ajang Liga 3 Nasional musim lalu. Pemain asal Kecamatan Samarang itu masuk ke dalam urutan para pemain Liga 3 yang paling banyak mencetak gol.

Pemain berusia 28 tahun ini musim lalu membela Farmel FC. Bersama Farmel, dia mencetak 26 gol dari 19 pertandingan di Liga 3. Sehab sempat membela Persigar Garut di awal karirnya. Pemain berposisi sebagai striker tersebut saat ini kembali membela Farmel, yang kini berganti nama menjadi Adhyaksa Farmel FC.

Yandi Sofyan

Nama terakhir ini adalah nama yang paling dikenal pecinta sepak bola tanah air. Yandi Sofyan adalah pemain jebolan proyek Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Uruguay yang sempat bermain untuk Brisbane Roar Australia dan CS Vise Belgia.

Adik dari Legenda Persib Bandung Zaenal Arief ini merupakan pria kelahiran Cikajang, Garut 29 tahun yang lalu. Setelah balik ke tanah air dan bermain untuk Arema, Persib dan Bali United, namanya sempat meredup.

Musim lalu, Yandi Sofyan Munawar diketahui sempat membela Persikota Tangerang. Sekarang, Yandi kembali bermain di Liga 1 bersama Persikabo 1973.

Selain nama-nama di atas, ada beberapa talenta pesepakbola lainnya asal Garut yang saat ini juga masih eksis bermain. Di antaranya adalah Jajang Jamaludin dan Redi Supriadi (Roksi FC), Ilham Qolba (Bandung United), Reno Saputra serta eks pemain Timnas Johan Juansyah.

Mengenang Generasi Emas Persigar Garut Tahun 2014

Tidak ada satupun prestasi Persigar Garut yang bisa dibanggakan hingga saat ini. Namun, di balik mati surinya Persigar yang kini bermain di Liga 3, ada satu musim yang sangat menjadi kenangan dan dianggap jadi pencapaian terbaik skuad Laskar Maung Sancang hingga kini.

Persigar didirikan di Garut oleh puluhan klub anggotanya pada 28 September 1949. Namun, sejak pertama kali didirikan, tak banyak prestasi yang diraih oleh Persigar Garut. Bahkan, sama sekali tak ada gelar juara yang pernah diraih oleh tim inti Persigar Garut.

Sejarah mencatat, Persigar diketahui hanya berhasil menjuarai beberapa turnamen di tingkat junior. Salah satunya, gelar Piala Soeratin tingkat regional di medio tahun 90an. Meskipun hingga kini tak ada gelar juara yang bisa dibanggakan, namun ada satu musim terbaik Persigar Garut yang menjadi kenangan di benak para pendukung fanatik mereka, Garut Mania.

Musim kompetisi tersebut, adalah Liga Nusantara musim 2014 silam. Dimana, pada saat itu, Persigar Garut hampir saja berhasil menjadi satu dari enam tim yang promosi ke Divisi Utama atau yang sekarang disebut Liga 2. Kala itu, seperti biasanya, musim dimulai Persigar dengan menyeleksi para pemain untuk menjadi bagian dari skuad mereka. Tidak ada nama-nama mentereng kala itu. Hanya kumpulan para pemuda Garut yang memiliki talenta bermain sepak bola.

Persigar memulai petualangan musim itu dari babak penyisihan di Liga Nusantara tingkat regional Jawa Barat. Mereka berhasil mengalahkan beberapa lawan tangguh, termasuk Persitas Tasik yang menjadi musuh bebuyutan kala itu.

Berdasarkan catatan yang dihimpun dari Garut Mania (Garman), Persigar kemudian bersua beberapa tim. Di babak Play Off, Persigar bertemu klub asal Jakarta PS Urakan dan berhasil menang dengan skor 5-0. Kemudian di babak 24 besar, Persigar menang menghadapi tim junior Persija, Persija Muda dalam pertandingan yang digelar di lapangan Pusdikjas, Cimahi, pada 13 November 2014.

Persigar kemudian melangkah ke babak 16 besar Liga Nusantara Nasional kala itu dan tergabung di Grup 8 bersama PS Patriot dari Sumatera Utara, PS Benteng (Bengkulu) dan tuan rumah Persibas Banyumas. Mereka kemudian berhasil menjadi juara grup, dan melenggang ke babak 8 besar. Tim yang dipimpin Sekda Garut kala itu, Iman Alirahman, kemudian satu grup dengan Perserang Serang, Perssu Sumenep dan PS Badung dari Bali. Sayangnya, Persigar terpaksa harus menjadi juru kunci.

Permainan indah yang kerap ditampilkan dalam formasi 3-5-2 besutan pelatih Uut Kuswendi tersebut tampak loyo di babak 8 besar. Kala itu, Persigar takluk di tangan Perserang 2-1, serta dua kali imbang menghadapi Perssu dan PS Badung, masing-masing dengan skor 2-2 dan 1-1. Raihan 2 poin dalam tiga pertandingan tersebut membuat Persigar menjadi juru kunci di grup tersebut. Alhasil, tiket promosi ke Divisi Utama kala itu disegel Perserang, PS Badung dan Perssu yang ditemani tiga tim lain dari grup sebelah.

Kendati bernasib tragis, namun perjuangan dan semangat pasukan Laskar Maung Sancang saat itu sangat diapresiasi oleh publik sepak bola Garut. Sebab, capaian tersebut menjadi satu-satunya prestasi terbaik tim Persigar senior yang bisa dibanggakan.

Kenangan tersebut hingga saat ini masih tersimpan manis dan terus dikenang oleh para Garman. Ketua Garman Wildan Romadon mengatakan, tim Persigar 2014 merupakan generasi emas. "Itu momen emas sebetulnya. Karena kita sudah sampai di putaran akhir Liga 3 (Liga Nusantara saat itu). Kita bisa menang ke Divisi Utama dulu, satu langkah lagi. Tapi sayang gagal," kata Wildan.

DetikJabar juga berbincang dengan Yoga Sundawa. Salah seorang bagian tim Persigar 2014. Yoga yang menjadi fotografer tim Persigar saat itu, mengenang masa-masa yang indah tersebut. "Tim yang solid. Meskipun di bawah keterbatasan, namun mereka semangat sampai bisa meraih hasil itu. Meskipun gagal, tim itu akan tetap terkenang," kata Yoga yang juga merupakan pentolan Garut Mania itu.

Hal senada diungkap oleh Sehabudin Ahmad. Salah seorang pemain yang menjadi bagian dari skuad Persigar musim 2014. Sehab mengatakan, kebersamaan menjadi kunci sukses mereka kala itu. "Tentunya, yang menjadi keunggulan Persigar saat itu adalah kebersamaan. Mulai dari kedekatan pemain, sampai manajemen dan pelatih yang luar biasa. Kita juga tidak ragu menyampaikan aspirasi satu sama lain dan itu menjadi kekuatan dan chemistry bagi kita," kata Sehab kepada detikJabar, Kamis (29/9/2022).

Sehab mengatakan, selain para pemain yang solid, jajaran manajemen Persigar kala itu juga sangat mendukung para pemain dan pelatihnya. Alhasil, para pemain bisa tampil lepas di lapangan tanpa beban. "Persigar di tahun itu sangat luar biasa dari segi manajemen, pelatih dan pemain juga sangat luar biasa," katanya.

Tidak ada pemain bintang di Tim Persigar saat itu. Rata-rata, adalah pemain asal Garut dan beberapa pemain rekrutan dari luar daerah yang didatangkan manajemen. Tidak ada juga sponsor yang bergelimpangan mendukung Persigar kala itu. Hanya kumpulan pengusaha yang bertekad memajukan sepak bola, didukung sedikit suntikan dana dari Pemda Garut.

Kisah manis Persigar di tahun 2014 ini harus menjadi contoh bagi tim Persigar Garut yang sekarang. Meskipun di balik keterbatasan, semua hal menjadi mungkin untuk dilakukan dengan kebersamaan dan keinginan yang membara.

Halaman 2 dari 2
(iqk/iqk)


Hide Ads