Segudang mantan pemain Persib Bandung era Perserikatan ternyata lahir dari sebuah daerah kecil di bagian utara Kabupaten Bandung Barat (KBB). Padahal orang-orang lebih mengenal Lembang sebagai daerah tujuan wisata.
Nama-nama legenda Persib yang kini telah gantung sepatu seperti Gatot Prasetyo di posisi penjaga gawang. Lalu ada nama Hendra Komara, Budiman Yunus, Robby Darwis, Yadi Mulyadi, serta Encang Ibrahim. Tak lupa nama lainnya seperti Yudi Guntara, Deden Suparhan, Erick Setiawan, Dudi Sobandi, Roy Darwis.
Di era Liga Indonesia yang lebih modern Lembang masih sempat menyumbang nama untuk Persib Bandung, ialah Tantan Dzalikha. Tantan sendiri sudah pensiun setelah terakhir kali memperkuat tim PSKC Kota Cimahi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gerbong Yudi Guntara cs yang lahir dari tanah Lembang kemudian bermain untuk Persib terhenti di era Tantan. Saat ini tongkat estafet kesuksesan Lembang melahirkan pesepakbola andal belum ada yang melanjutkan.
"Terakhir di era Tantan, dan sampai sekarang terputus belum ada yang melanjutkan. Harapannya pasti ada lagi nama lain yang muncul dari Lembang dan bermain untuk Persib Bandung," kata Yudi Guntara kepada detikJabar.
Hilangnya Sarana Pembinaan
Sejumlah faktor menjadi penyebab mandeknya regenerasi pesepakbola andal yang lahir dari tanah Lembang, yakni minimnya sarana dan prasana penunjang sebagai media untuk pembinaan generasi baru.
Dulu Yudi cs bermain bola dan mengasah kemampuannya di Lapangan Gunung Sari. Namun saat ini Lapangan Gunung Sari tinggal kenangan karena sudah beralih menjadi bangunan komersil dan sebagian lain dibiarkan kosong ditumbuhi semak belukar.
"Sekarang ada lapangan di dekat Floating Market. Mungkin dulu bagus (kondisi) lapangnya, tapi saking banyaknya yang pakai mulai dari sekolah bola, masyarakat umum akhirnya rusak. Kondisinya kan hanya tanah, jadi kurang bagus untuk pembinaan," kata Yudi.
Baca juga: Lembang, Daerah Pencetak Pemain Persib |
Sebagai sosok yang sudah lama terjun dalam dunia sepakbola tanah air, Yudi mendorong keterlibatan pemerintah untuk menyediakan fasilitas pembinaan yang memadai. Namun Yudi juga paham ada seabreg masalah yang membuat pemda tak memikirkan pembinaan sepakbola di Bandung Barat.
"Bangun dong tempat (lapangan) yang agak bagus. Cuma memang di Lembang itu ada masalah lain, banyak tanah-tanah di Lembang ini kan bermasalah. Mungkin pemda mikirnya karena tanah bermasalah akhirnya enggak mau bangun fasilitas sepakbola," ujar Yudi.
Kondisi itu diperparah dengan minimnya kompetisi. Padahal kata Yudi, kompetisi penting digelar karena bisa menjadi pijakan awal melahirkan bakat-bakat pesepakbola andal yang saat ini masih terpendam.
Perlu Ada Kompetisi Jangka Pendek
Gelaran kompetisi juga merupakan solusi jangka pendek untuk mengembalikan Lembang sebagai tempat melahirkan nama-nama pesepakbola yang bisa bermain di klub kebanggaan Jawa Barat Persib Bandung.
"Kalau kata saya lebih digaungkan turnamen dan kompetisi. Kompetisi di KBB ini kan enggak jelas seperti apa padahal mungkin banyak klub dan pemainnya yang butuh kompetisi. Saya yakin minat orang Lembang untuk bisa jadi pemain sepakbola itu tinggi, mungkin lebih menggebu dari angkatan saya dulu.
Masyarakat Lembang Minta Fasilitas Olahraga
Keresahan soal memudarnya kedigdayaan Lembang melahirkan nama-nama pesepakbola yang manggung di pentas nasional diutarakan oleh Viking Lembang, kelompok suporter Persib Bandung.
Sesepuh Viking Lembang, Kukuh Wiguna, mengatakan faktor utama yang memutus mata rantai produksi pesepakbola dari Lembang karena tak ada fasilitas olahraga yang memadai. Hal itu usai peralihan Lapangan Gunung Sari ke Lapangan Bentang, di dekat objek wisata Floating Market.
"Lembang itu gudangnya pesepakbola, tapi sekarang nyaris tidak ada yang mentas di nasional. Kita berharap dukungan dari Pemda supaya memperhatikan fasilitas olahraga di Lembang, tidak melulu hanya wisata dan wisata saja," kata Kukuh.
Pun demikian dengan kompetisi, yang justru digelar oleh masyarakat karena memuncaknya kegelisahan keringnya kompetisi sebagai ajang pembinaan sepakbola.
"Memang enggak ada turnamen karena fasilitas enggak ada, perizinan alot. Sekarang mungkin mulai kita gelar, salah satunya boleh dibilang saya yang menginisiasi kompetisi. Itu upaya untuk membangun lagi nama Lembang sebagai tempat lahir pesepakbola," tutur Kukuh.
Ia ingat betul bagaimana dulu meriahnya kompetisi sepakbola di Lembang yang digelar di Lapangan Gunung Sari. Namun semuanya berubah tatkala lapangan itu dialihkan ke Lapangan Bentang.
"Dulu banyak pemain lahir dari Lapang Gunung Sari. Tantan juga jebolan kompetisi di (lapang) Gunung Sari. Setelah era Tantan, nyaris enggak ada lagi. Dulu itu banyak kompetisi, setahun bisa 3 sampai 4 turnamen. Kompetisi itu berhasil melahirkan pemain andal yang mentas di tingkat nasional," kata Kukuh.