Catatan Pakar Politik UPI soal Elektabilitas ASIH di Pilgub Jabar

Jawa Barat

Kenali Kandidat

Pilgub Jabar

Catatan Pakar Politik UPI soal Elektabilitas ASIH di Pilgub Jabar

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 15 Okt 2024 05:30 WIB
Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie.
Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Guru Besar Komunikasi Politik UPI, Karim Suryadi memberikan catatannya pada hasil survei Pilgub Jabar. Dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia 'Siapa Kuat di Jawa Barat? Dinamika Elektoral Mutakhir di Tanah Pasundan', terjadi kenaikan dan penurunan elektabilitas keempat paslon.

Paslon nomor 4 yakni Dedi-Erwan (Dermawan) unggul dengan angka 75,7 persen. Namun, paslon nomor 3 Syaikhu-Habibie (ASIH) mulai menyusul perolehan elektabilitas dengan angka 13,8 persen.

Sementara posisi ketiga diduduki paslon nomor 1 Acep Adang-Gitalis sebesar 4,2% dan paslon nomor 2 Jeje-Ronal sebesar 2,7%. Adapun partisipan yang tidak menjawab/tidak tahu sebanyak 3,6%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karim mengatakan, basis PKS masih cukup kuat menyumbang suara dari lini perkotaan, muslim, dan kaum perempuan. Menurutnya, pola yang dilakukan PKS itu sederhana tapi cukup manjur untuk para loyalisnya.

"Dalam beberapa pemilihan, saya melihat pola yang sederhana dari PKS. Konsisten hampir selalu memberikan daya kejut, tapi sering tidak sampai memberi kemenangan. Mulainya selalu lambat dan memilih tokoh yang tidak pernah turun lalu tiba-tiba nyalon," ucap Karim, Senin (14/10/2024).

ADVERTISEMENT

Tapi, keputusan PKS hampir selalu jadi menguntungkan dan bisa perlahan menggenjot elektabilitas. Sebab PKS punya kader yang loyal.

Namun dengan catatan, kalau calon yang diusung PKS ingin menang, harusnya juga diikuti dengan Calon Wakil Gubernur yang punya popularitas.

"Untung karakternya pendukungnya itu sami'na watho'na, jadi kader PKS itu menurut saya ya, bener-bener loyal tanpa tapi. Cuma ya gini jadinya kalau hanya loyal kadernya," sambungnya.

Karim kemudian memberikan contoh dari riwayat Pilgub Jabar 2008 dan 2013. Ahmad Heryawan mampu memenangkan dua kali kontestasi, menggandeng Dede Yusuf dan kemudian dilanjut menggandeng Deddy Mizwar.

"Dede Yusuf terkenal dengan bodrex-nya, sementara Deddy Mizwar juga aktor yang terkenal di sinetron religi dan lainnya. Jadi wakilnya itu memperkuat nggak cuma ke loyalis PKS, tapi sekarang tidak terjadi," tutur Karim.

Menurutnya, Ilham Habibie punya peluang kuat dengan kecerdasannya, latar belakang pendidikan yang begitu mentereng, dan embel-embel popularitas mendiang ayahnya yakni Presiden RI ketiga BJ Habibie. Maka kini, tugas Syaikhu-Ilham adalah memperkuat popularitasnya.

"Ilham ini tidak begitu muncul, tidak seperti anak presiden yang lain. Dia tidak ikut rame-rame, tidak menggunakan nama, dia ini baik tapi baik banget dan turunnya tiba-tiba. Adapun foto ayahnya juga terlambat muncul dan cuma di Kota Bandung," tutur Karim.

"Jadi kesimpulannya, sulit menemukan pola berbeda selama tidak muncul black swan atau tokoh yang bisa memporak-porandakan situasi yang ada. Kalau tidak ada politik hijrah atau seseorang yang tiba-tiba pindah haluan ya menurut saya susah," sambungnya.

Catatan lainnya dari Karim, memang hasil survei dirasa mampu melambangkan hasil keringat yang banyak dikeluarkan para kandidat. Karim mengambil contoh Dedi Mulyadi yang memetik hasil elektabilitas tinggi sebab telah sejak lama beredar ke daerah-daerah di Jabar dan balihonya sampai ke wilayah pedesaan.

Maka kalau memang Syaikhu-Ilham ingin memaksimalkan potensi kemenangannya dengan merangsek elektabilitas secara perlahan, maka kini PR nya adalah mampu mengenalkan diri sampai ke wilayah terpencil Jabar sekalipun.

"Saat saya keliling Jabar, semua zona saya datangi dan gambar Demul itu ada dimana-mana, gambar lain tidak ditemukan. Kemudian ternyata semua calon di Jabar itu disukai, tidak ada yang dibenci. Semua disuka, cuma masalah yang dihadapi itu popularitas," ucap Karim.

Karim pun agak menyinggung dua kandidat lain yang suaranya belum bisa menyusul Syaikhu-Ilham atau Demul-Erwan. Katanya 'daya kejut' yang diberikan dari masing-masing partai pengusung, dengan menampilkan tokoh di menit terakhir, tidak memberi daya kejut sesungguhnya ke masyarakat. Hal ini membuat masyarakat Jabar enggan mencari tahu siapa kandidat lain, selain yang dikenalnya.

"Semua calon disukai, tapi ketidak tahuan yang dihadapi. Kejutan dari PKB dan PDIP tidak beri daya kejut, jadi nggak bikin mereka ingin caritau. Dedi diketahui dan disuka, kalau yang lain suka tapi tidak diketahui. Ini kan seperti menyukai malaikat yang tidak kita tahu wujudnya. Jadi hasil survei ini karena kerja keras, tidak seperti menunggu dewa langit turun ke tanah Pasundan," tutur Karim.

Kesamaan Pola

Karim melihat, ada kesamaan pola pemilihan dalam Pilgub Jabar dan Pilpres 2024. Di lain sisi, ada ketidakkonsistenan pada partai PKS dan PKB di Jabar yang membuat sebagian pemilihnya mengalihkan suara. Hal ini lah yang bisa jadi catatan untuk para Tim Pemenangan terutama Syaikhu-Ilham yang elektabilitasnya mulai naik.

"Pertama dari sikap partai Golkar yang banyak serahkan dukungan ke Prabowo dan tidak usung calon sendiri. Entah apa yang membuatnya begitu baik. Padahal di Jabar ini RK tinggal senyum saja, nyaris tinggal memetik kemenangan dari pada di Jakarta, tapi malah menyerahkan dukungan ke Dedi Mulyadi yang alumni," ucapnya.

"Lalu untuk basis yang konsisten di jalur perubahan ini kan ada PKS dan PKB, tapi nyatanya yang kemarin memilih Anies di Pilpres malah alihkan suara ke Demul. Ini kan jadi pertanyaan PKB dan PKS mau dibawa kemana? Kok nggak nyambung dengan pusat yang ke KIM+. Jadi banyak dipertanyakan ini pilihan politik yang tidak konsisten," sambungnya.

Di lain sisi Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia, Djayadi Hanan menilai senada dengan Karim. Ia mengatakan kekuatan PKS terancam tidak sekuat dulu. Sehingga, soliditas partai kini tengah diuji, terlebih melihat kemungkinan separuh loyalis PKS geser dukungan ke Demul-Erwan.

"Partai yang mendukung Demul pilihannya linier, tapi loyalis PDIP malah ke Dedi, sementara PKB juga tidak linier. Hanya PKS yang tunjukkan soliditasnya. Kekuatan mesin partai ini ada di ujung," ucap Djayadi.

(aau/yum)

Agenda Pilkada 2024

Peraturan KPU 2/2024 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024
2024
22 September 2024
Penetapan Pasangan Calon
25 September 2024- 23 November 2024
Pelaksanaan Kampanye
27 November 2024
Pelaksanaan Pemungutan Suara
27 November 2024 - 16 Desember 2024
Penghitungan Suara dan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

Hide Ads