Jalan Panjang Tunari Olah Tape Ketan hingga Raup Cuan Manis

Kabupaten Cirebon

Jalan Panjang Tunari Olah Tape Ketan hingga Raup Cuan Manis

Ony Syahroni - detikJabar
Senin, 26 Jun 2023 10:00 WIB
Tunari, pengusaha tape ketan di Desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon
Tunari, pengusaha tape ketan di Desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon - Bangun lebih awal menjadi rutinitas yang setiap hari dilakukan oleh Tunari. Di saat orang-orang masih terlelap tidur, wanita 43 tahun itu sudah terbangun dan mulai bersiap mengolah berbagai bahan untuk dijadikan makanan nikmat bercitarasa manis khas daerahnya, yaitu tape ketan.

Tunari merupakan satu dari sekian banyaknya warga Desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang menjalani usaha tape ketan.

Setiap hari, Tunari memulai aktivitas membuat tape ketan sejak pukul 02.00 WIN dini hari. Di saat hari masih gelap, proses pertama yang lakukan Tunari adalah menyiapkan beras ketan dan dicuci sampai bersih sebelum kemudian dimasak hingga matang.

"Kalau proses pembuatannya sih dari jam 2 malam. Pertama kan kita masak dulu ketannya," kata Tunari saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya di Desa Bakung Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, belum lama ini.

Setelah ketan matang dan selesai ditiriskan, maka tahap selanjutnya adalah proses peragian. Proses peragian ini biasa dilakukan oleh Tunari saat pagi hari ketika ketan sudah dalam keadaan tidak panas.

"Setelah proses peragian, ketannya kita bungkus pakai daun pisang. Kemudian didiamkan selama tiga hari sampai jadi (tape)," ucap dia.

Bagi Tunari, memproduksi dan menjual tape ketan ini merupakan usaha keluarganya yang sudah berjalan secara turun temurun. Tunari sendiri merupakan generasi ketiga yang menjalani usaha tersebut.

Di hari-hari biasa, Tunari mengaku bisa menghabiskan sekitar 13 Kilogram beras ketan putih yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan tape ketan. Dalam menjalani usaha ini, Tunari tidak bekerja sendiri. Ia turut dibantu oleh beberapa orang tetangganya.

Di kediamannya, Tunari biasa menjual tape ketan secara satuan maupun per dus. Untuk harga satuannya, Tunari menjual tape ketan buatannya dengan harga Rp1.500. Sementara untuk per dus, ia menjualnya dengan harga Rp50.000. Di mana untuk setiap dusnya berisi 35 bungkus tape ketan.

Tunari mengaku bisa menjual sekitar 14 hingga 15 dus tape ketan. Jika dijumlahkan berdasarkan harga per dusnya, omzet Tunari dari usaha ini yaitu sekitar Rp700.000 hingga Rp750.000 per hari.

"Kalau di hari-hari biasa terjual sekitar 14 sampai 15 dus. Satu dusnya Rp50.000 isi 35 bungkus," kata Tunari.

Sementara di momen-momen tertentu, seperti momen libur Lebaran, Tunari mengaku bisa menjual lebih banyak tape ketan. Hal ini menyusul semakin banyaknya permintaan tape ketan dari para konsumen.

Menurutnya, permintaan tape ketan di momen libur Lebaran tidak hanya berasal dari Cirebon. Permintaan juga banyak datang dari beberapa daerah lainnya.

Untuk jumlah produksinya sendiri, khusus di momen libur Lebaran Tunari mengaku bisa menghabiskan lebih dari 1 Kwintal beras ketan putih yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan tape.

"Kalau Lebaran sih produksinya makin banyak. Karena permintaan juga banyak. Beras ketannya juga bisa habis kwital-kwintalan," kata dia.

Tunari tidak menyebut secara pasti berapa pendapatannya selama momen libur Lebaran. Namun, kata dia, omzetnya di momen tersebut jauh lebih meningkat jika dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Bahkan, karena banyaknya pesanan di momen Lebaran, Tunari harus menambah jumlah pekerja untuk membantunya memproduksi tape ketan.

"Kalau Lebaran itu saya pisah tempat produksinya. Ada tempat produksi untuk (memenuhi) pesanan dan ada juga yang untuk dijual langsung," kata Tunari.

Hingga kini, Tunari merupakan salah satu warga di Desa Bakung Lor yang masih aktif memproduksi dan menjual tape ketan. Selain Tunari, ada juga beberapa warga di desa ini yang menjalani usaha tape ketan.

Di hari-hari biasa, setidaknya ada sekitar dua puluh orang warga di Desa Bakung Lor yang melakoni usaha tape ketan. Jumlah tersebut belum termasuk warga di Desa Bakung Kidul yang menjalani usaha serupa.

Sementara, khusus di momen libur Lebaran, jumlah warga yang membuka usaha tape ketan biasanya akan semakin banyak. Hal ini seiring dengan semakin banyaknya permintaan tape ketan pada momen tersebut.


(dir/dir)


Hide Ads