Dapur Dahapati berada di Jalan Cipaganti nomor 146, Bandung. Letaknya persis seberang pom bensin kecil di Jalan Cipaganti. Dapur Dahapati punya tampilan yang cukup sederhana, seperti layaknya rumah lawas biasa. Namun sop buntut hidangannya punya resep yang tak biasa.
Sop Buntut Dapur Dahapati seolah punya 'mantra' sendiri untuk 'menghipnotis' para pelanggan. Sekali mencicipinya, dijamin tak akan bisa lupa rasanya.
Saking lezat dan legendarisnya sop buntut Dapur Dahapati, setiap pengunjung yang datang pun sudah jelas akan memesan menu terbaiknya, Sop Buntut.
Sekali menyeduh kuahnya, detikers akan merasakan gurihnya kaldu terasa hangat di lidah. Rasanya pas, tidak terlalu asin, tidak terlalu cair atau hambar. Bumbunya terasa seimbang, dengan citarasa pala yang cukup menonjol dan aroma daging yang membuat kita tak bisa berhenti menyantapnya.
Lanjut pada daging buntut sapinya, detikers tak akan merasa kesulitan menyantapnya. Dagingnya sangat empuk. Lemaknya tak membuat lidah terasa lengket, justru menambah kelezatan kaldu.
Sop Buntut Dapur Dahapati tersaji dengan irisan kentang, wortel, dan buncis. Setiap gigitannya tidak ada yang gagal. Ketiganya dimasak dengan pas.
Meskipun wortelnya dipotong dengan irisan yang agak tebal, tapi tidak keras atau terlalu lembek. Begitupun dengan buncis dan kentangnya. Rasanya begitu cantik beradu di lidah. Sulit untuk tidak memberikan penilaian sempurna bagi sop buntut Dapur Dahapati.
Sop buntut adalah makanan peranakan Indonesia-Belanda yang sangat populer. Dapur Dahapati fokus pada sajian utama sop buntut. Tersedia dalam dua menu, sop buntut goreng dan sop buntut bakar.
Siapa sangka, rupanya resep Sop Buntut Dapur Dahapati sudah terjaga sejak tahun 1932. Bahkan, rumah makan tersebut mulanya jadi tempat Pangeran Siam atau Pangeran Thailand menghabiskan sisa hidupnya.
Kala itu, Siam merupakan nama negara lama Thailand termasuk negara-negara pengikutnya yaitu Kamboja, Lanna, Laos, Pegu & sebagian kecil Malaysia.
Namanya Pangeran Paribrata. Ia diasingkan ke kota Bandung bersama istri, lima anak, dan beberapa Asisten Rumah Tangga (ART). Pangeran Paribrata dan keluarganya menetap di Bandung hingga akhir hayatnya.
Ia memilih rumah di kawasan Cipaganti, yang diberi nama Dahapati oleh salah satu ART Pangeran Paribrata yakni Kraba Nilwongse. Singkat cerita, Nilwongse akhirnya jatuh cinta dengan warga lokal bernama Durachman, pria asal Cianjur yang pintar memasak. Salah satu menu andalannya ialah Sop Buntut, yang kemudian jadi menu favorit Pangeran Paribrata.
Sepeninggal Pangeran Paribrata, rumah Dahapati yang dulu ditinggali olehnya dan keluarga diberikan ke Kraba Nilwongse dan Durachman. Rumah Dahapati kemudian dibuat restoran Dapur Dahapati.
Sop buntut favorit Pangeran kemudian diturunkan turun temurun, hingga kini jadi sajian yang bisa disantap masyarakat. "Resepnya memang sudah turun-temurun dari nenek saya yang orang Thailand dan kakek saya yang orang Indonesia. Sekarang resepnya sudah generasi ketiga, tapi rumah makan baru generasi kedua karena dijalankan oleh ibu saya," ujar Olivia Damayanti, Generasi Ketiga Pemilik Dapur Dahapati saat dihubungi detikJabar beberapa waktu lalu.
Olivia menuturkan tidak ada resep yang diubah, hanya saja resep sop buntut dibuat variatif, ada Sop Buntut Bakar. "Yang otentik sop buntut gorengnya, yang bakar itu resepnya masih sama hanya kami buat variasinya. Tapi ternyata banyak sekali yang suka, terima kasih," ceritanya sambil tertawa kecil.
Bagi detikers yang ingin mencicipi citarasa terbaik Sop Buntut Dapur Dahapati, bisa datang ke jalan Cipaganti nomor 146, Bandung buka pukul 09.00-22.00 WIB. Semangkuk sop buntut berisi tiga daging buntut dapat disantap dengan harga Rp 85.000. Selamat mencoba! (aau/iqk)