DetikJabar berkesempatan mencicip kuliner ini tepatnya di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Widi, penjual sate gecek menjelaskan dia sudah berjualan sejak 2009 meneruskan usaha keluarganya. Sate gecek milik keluarga Widi telah berjualan sejak 1968.
Widi mengatakan awalnya, sate gecek hanya memiliki satu rasa yaitu manis. Namun seiring berjalannya waktu, orang tua Widi mulai menambah satu varian rasa yaitu asin sesuai selera masyarakat setempat. "Untuk sate manis mayoritas pembeli dari kalangan keturunan Tionghoa. Tapi kalau orang Jawa nya suka sate asin," kata Widi kepada detikJabar belum lama ini.
Selain daging sate yang tanpa serat. Keunikan rasa pada bumbu sate itu membuat pelanggan ketagihan. Kuah hangat dari bahan rempah-rempah dicampur cabai rawit membuat sate gecek jadi lebih gurih dan pedas. Selain itu sambal kacang dengan sentuhan rasa asam menambah kesan rasa yang khas pada sate gecek.
Setiap harinya Widi berjualan sejak pukul 15.30 WIB hingga dagangannya habis. Dari rumahnya di Desa Sindang, Kecamatan Sindang, Widi membawa 300 sampai 500 tusuk sate gecek lengkap dengan bumbu-bumbu khas-nya. "Untuk 10 tusuk sate harganya 25 ribu atau satu porsi. Bisa mix atau campur (asin dan manis). Yang original itu manis," kata Widi.
Salah satu pembeli, Endang (61), mengatakan sate gecek telah menjadi salah satu kuliner favorit nya sejak masih muda. Bahkan, saudara dan keluarganya sangat menyukai sate legendaris ini.
"Sudah lama sebelum nikah sudah menikmati sate ini. Cuma favorit nya rasa asin kadang mix (campur). Dulu waktu 10 ribu aja dapat banyak dan bahannya daging kerbau," ujar Endang.
Ia pun bersyukur, sebab Widi masih mau meneruskan usaha orang tuanya. Sehingga, bagi Endang, kuliner yang tidak ada duanya masih bisa ia nikmati. "Ini termasuk legend lah karena saya beli waktu yang dagang masih bapaknya penjual ini," katanya. (yum/iqk)