Ekspedisi Trilogi Khatulistiwa dilakukan 18 anggota Perhimpunan Mahasiswa Penempuh Rimba & Pendaki Gunung Mahatva (PMPR & PG Mahatva) Universitas Padjajaran, pada Agustus 2024 lalu.
Seperti namanya, lokasi ekspedisi dilakukan di tiga daerah yang ada di Indonesia yakni Maluku, Banten, dan Yogyakarta. Ekspedisi ini terfokus dalam dua kegiatan utama yakni operasi dan kajian atau penelitian.
Meski lokasi kegiatan operasi dilakukan di tiga daerah berbeda dan dibagi dalam tiga tim, namun kajian yang dikakuan terpusat dan satu tema kajian yaitu 'Studi Etnobotani Tanaman obat'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Ekspedisi Trilogi Khatulistiwa Rizka Fitri mengatakan, ekspedisi ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahunnya, namun kali ini tim melakukan kegiatan di lokasi yang berbeda dengan fokus operasi dan kajian yang berbeda pula.
"Ekspedisi Trilogi Khatulistiwa, tri artinya tiga, logi artinya ilmu dan khatulistiwa itu indonesia. Ekspedisi ini merupakan kegiatan penjelajahan, eksplorasi dan penelitian ilmiah di tiga wilayah Indoneisa berfokus pada mountaineering skill dan scientific skill dengan mengangkat kajian penelitian yakni studi etnobotani. Etnobotani adalah tumbuhan obat dan pembuatan herbalrium kering," kata Rizka kepada detikJabar, Jumat (25/10/2024).
Menurut Rizka, mengapa ekspedisi ini digelar di Maluku, Banten, dan Yogyakarta, karena dilihat dari berbagai aspek kajian dan aspek operasi daerah tersebut masuk pada kriteria dan SOP dari pada mountaineering skill itu sendiri.
"Dengan kegiatan ini dan mempelajari soal hebraium kering bisa jadi pembelajaran dan bisa dimanfaatkan dalam mempelajari morfologi dan taksonomi tanaman dan manfaat tanaman dalam obat-obatan yang bisa digunakan sebagai informasi kenekaegaman hayati," ungakpanya.
Menurutnya, kegiatan penelitian ini penting dilakukan sebagai dari bagian eksplorasi tanaman dalam menjaga genetika tanaman. "Saya lihat dari sudut kajian karena tumbuhan itu menarik dari segi tumbuhan obat, kami lihat dalam jurnal sebelumnya, kami tertarik untuk datang dan mengeklporasi," ujarnya.
Dari tiga wilayah itu, Riska tergabung pada Tim 1 yang melakukan pendakian dan penelitian di Negeri Saleman Maluku. Kepada dertikJabar, Rizka juga bagikan suka cita saat melakukan ekspedisi ini.
"Pahit diawal sebelum keberangkatan sekitar H-3 minggu tim pindahkan ke tempat lain karena sumber dana belum memnuhi, setelah diusahakan tim berangkat dengan RAB minim, tim berangkat pakai kapal yang tadinya direncanakan naik pesawat," terangnya.
Menurut Rizka, banyak pengalaman yang dia dapatkan di Negeri Saleman Maluku. Rizka mendapatkan kesan yang baik dari warga Negeri Saleman.
"Saya melihat orang timur keras, memang suara mereka lantang, tapi ternyata hatinya lembut dan saya rasakan dari persaudaraan. Negeri Saleman selain cantik pemandangannya, orang-orangnya luar biasa dan setiap sudut alamnya sangat indah, lautnya yang biru selalu merayu untuk diselami dan tebing Hatupianya merayu untuk didaki," jelasnya.
![]() |
Rizka berharap, melalui ekspedisi ini banyak pelajaran yang dia dan anggota lainya dapatkan. Setiap anggota yang mengikuti ekspedisi dapat menjadi pribadi yang selalu mensyukuri karunia dan nikmat atas anugerah tuhan dan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dalam memberikan informasi mengenai tumbuhan maupun tanaman obat.
Begini kronologi ekspolrasi mereka
Maluku
Pada dasarnya setiap perjalanan butuh persiapan. Tim Maluku melakukan persiapan matang dengan melatih fisik mereka selama beberapa bulan sebelum keberangkatan. Tidak hanya itu, selain melatih fisik untuk menunjang operasi, mereka juga mempersiapkan bekal ilmu berupa pengumpulan data/informasi mengenai topik kajian mereka.
Negeri Tua di Utara Pulau Seram Maluku Tengah, Negeri Saleman. Negeri adat yang menampilkan pesona di setiap sisinya. Tempat dimana tim maluku memijakan kakinya dalam ekspedisi ini, menjadi tempat persinggahan yang indah dalam menggapai tujuan dari ekspedisi ini.
"Menaklukkan Tebing Hatupia terasa seperti menyatu dengan alam yang begitu agung dan megah." kata Ketua Ekspedisi Tim Maluku, Kang Ian.
Tim memilih wilayah tersebut sebagai tempat operasi dan kajian karena menurut tim maluku wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah potensial yang memiliki tebing sesuai dengan tujuan tim. Pada wilayah tersebut juga banyak tumbuhan-tumbuhan tersembunyi yang sampai saat ini mungkin masih banyak yg belum mengetahui adanya tumbuhan tersebut.
Selama melakukan ekspedisi Tim output yang didapatkan pada kegiatan operasi panjat tebing yaitu pembuatan jalur multipitch dan pada kegiatan kajian tim membawa pulang 50 tumbuhan herbarium dan tiga kali ulang dengan jumlah keseluruhan tumbuhan yang di bawa pulang yaitu sebanyak 150 herbarium. Jenis tumbuhan yang di dapatkan oleh tim merupakan jenis tumbuhan yang masih belum banyak dikenal oleh masyarakat umum.
Tim melakukan ekspedisi selama 25 hari tercatat mulai dari 3-27 agustus 2024. Perjalanan menuju tempat operasi dan kajian menghabiskan waktu 6 hari di perjalanan menggunakan Kapal. Adapun total perjalanan selama kegiatan yaitu 12 hari sisanya mereka habisnya untuk melakukan kegiatan operasi dan kajian.
Yogyakarta
Sampai di titik ini bukanlah hal yang mudah, banyak pengorbanan yang harus dikorbankan. tim 1 anggota muda Mahatva berhasil melakukan operasi pemanjatan tebing siung di yogyakarta. "Pemandangan pantai siung yang indah terlihat dari atas tebing cukup terbayarkan dengan kelelahan yang kami rasakan selama proses persiapan" ujar Kang Alfin.
Alasan mengapa tim melakukan ekspedisi di wilayah ini karena tim ingin mengaplikasikan ilmu mountaineering dan tebing siung ini dirasa cukup untuk pengaplikasian pemanjatan artificial dan dilihat dari informasi yang di dapat wilayah tersebut dalam segi kajian belum banyak di jamah oleh para peneliti.
Selama melakukan kegiatan di wilayah tersebut mereka mendapatkan banyak sekali pengalaman dalam pemanjatan tebing. Tim juga mendapatkan tumbuhan obat sekitar 10 tumbuhan yang mereka olah menjadi herbarium kering.
Ekspedisi ini dilakukan selama 10 hari yaitu terhitung sejak tanggal 7-16 agustus 2024. Perjalanan menuju tempat operasi dan kajian dilakukan menggunakan transportasi umum. Tim melakukan operasi di hari kedua dan kegiatan operasi dilakukan selama 5 hari. Hari selanjutnya tim melakukan kajian dengan mewawancarai warga sekitar dan observasi mengenai tumbuhan dan tanaman obat yang ada di wilayah tersebut.
Banten
Tim 2 anggota muda Mahatva melakukan Susur Pantai Banten (Pantai Sabatur-Pantai Tjiteureup) Β± sejauh 55 Km. Dengan persiapan penuh Tim melakukan latihan yang panjang, mulai dari latihan fisik, mental, simulasi penyeberangan basah dan masih banyak lagi. "Pantai yang terbentang luas telah menjadi saksi bisu atas semangat dan kebersamaan tim kami" ujar Ketua Tim Ekspedisi Banten, Ceu Vani.
Tim memilih wilayah tersebut sebagai tempat operasi dan kajian dikarenakan tim ingin menjelajah keindahan disertai dengan penerapan ilmu navigasi yang telah didapatkan di mahatva. Selain itu tim ingin mengetahui lebih dalam kekayaan alam dengan mengkaji studi etnobotani tanaman obat di wilayah tersebut.
"Ekspedisi ini berhasil membuat mereka mendapatkan pengalaman hebat yang mungkin tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Adapun output yang dihasilkan melalui kajian ini yaitu mendapatkan 13 tanaman yang diherbariumkan oleh tim," ucapnya.
(wip/yum)