Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat tahun ini memilih Tanah Borneo sebagai titik ekspedisinya. Wanadri rencananya menggelar olahraga arus deras (ORAD) bertajuk Ekspedisi Sungai Kayan 2025.
Sungai Kayan terletak di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Sungai ini memiliki panjang 576 km, dan sejak dulu menjadi jalur lalu lintas bagi penduduk Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan.
Ekspedisi nantinya akan menelusuri Sungai Kayan sepanjang 282 kilometer selama 48 hari, mulai Juni-Agustus 2025. Ketua Ekspedisi ORAD Sungai Kayan 2025, Mochamad Azis juga menjelaskan bahwa ekspedisi ini mengadopsi Pentahelix Model, melibatkan pemerintah, kampus, dunia usaha, komunitas, dan media massa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi Wanadri berdiri sejak 1964, dikenal dengan berbagai prestasi di kancah nasional dan internasional. Beberapa di antaranya meliputi Ekspedisi 7 Puncak Tertinggi Dunia, Ekspedisi 92 Pulau Terdepan Indonesia, hingga pelestarian hutan di Masigit Kareumbi, Sumedang, dan hutan bakau di Mayangan, Subang.
Ekspedisi ORAD Sungai Kayan 2025 ini menjadi salah satu wujud komitmen Wanadri dalam menjaga lingkungan sekaligus menginspirasi generasi muda untuk berkontribusi pada masa depan bangsa.
Selain menjelajahi sungai, tim juga akan menggelar bakti sosial di Desa Data Dian, Kabupaten Malinau, sebagai titik awal, dan Desa Long Pelban, Kabupaten Bulungan, sebagai titik akhir.
Tim ekspedisi juga berencana memproduksi film dokumenter untuk mengangkat kearifan lokal dan keindahan alam dataran tinggi Apau Kayan. "Kami ingin memperkenalkan cerita masyarakat setempat dan keindahan alam Sungai Kayan kepada publik," kata Azis.
Tentunya bukan hal mudah untuk menelusuri Sungai Kayan. Komandan Operasi Kayan Expedition, Amri Furqon mengungkapkan bahwa ekspedisi ini menghadirkan tantangan besar karena minimnya akses dan jarangnya permukiman di sepanjang rute.
Untuk menaklukkan Sungai Kayan, tim akan menggunakan moda pengarungan yang belum populer di Indonesia, seperti kayak, riverboat, dan oars boat.
"Kami juga ingin belajar dari kearifan lokal masyarakat sekitar yang memiliki hubungan erat dengan sungai," ujar Amri.
Sekedar diketahui, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Lingkungan Berkelanjutan (ESG) dan empat pilar Wanadri, yaitu penjelajahan alam, pendidikan karakter, kegiatan sosial, dan perlindungan lingkungan.
(aau/aau)