Kisah Dede Berjuang Membantu Para ODGJ di Pangandaran

Kisah Dede Berjuang Membantu Para ODGJ di Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Sabtu, 01 Jul 2023 10:00 WIB
Klinik Kejiwaan Himatera
Klinik Kejiwaan Himatera (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar).
Pangandaran -

Dede Ardiansyah (44), warga Kabupaten Pangandaran tak ragu berjuang untuk membantu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dia bahkan mendirikan Klinik Kejiwaan Himatera demi menyembuhkan para ODGJ.

Dia bercerita, awalnya mulai turun membantu ODGH di Pangandaran pada 2011 lalu. Saat itu dia merasa resa melihat ODGJ yang terlantar di jalanan.

"Lalu saat itu saya bersama rekan-rekan yang memiliki visi yang sama mengagas perkumpulan penyembuhan orang yang jiwanya sedikit terganggu," kata Dede kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, pada 2012 dia berdiskusi dengan Pjs Bupati Pangandaran Enjang. Dia menyampaikan keresahannya soal banyak ODGJ yang dibuang di Pangandaran.

"Kemudian seiring berjalannya waktu tahun 2012 setelah Pangandaran menjadi DOB. Bersama Pjs Bupati pertama Enjang berdiskusi. Saat itu keresahaanya karena banyak ODGJ yang dibuang ke Pangandaran," kata Dede.

ADVERTISEMENT

Niatnya itu, kemudian direspons positif. Dia bahkan turun melakukan survei lapangan untuk memantau titik mana saja yang banyak ODGJ.

"Langsung merespons dan melihat ke lapangan, ternyata betul, beberapa kita temukan mereka banyak yang dibuang dari berbagai daerah termasuk Cilacap, Bandung, Tasik, Garut dan Cianjur. Dan dari situlah berpikir bahwa harus menyelamatkan sahabat jiwa (ODGJ)," ucap Dede.

Dede mengungkap banyak tantangan yang dihadapi. Apalagi di tengah upaya Pemkab menata daerah demi menjadi percontohan wisata Internasional, di sisi lain ada masalah sosial terkait ODGJ.

"Tentunya bagi kami itu sedikit mengganggu. Lalu saat itu setelah ada beberapa pasien yang kami tampung. Kami mengistilahkan ada yang namanya Oja (ODGJ jalanan) dan OR (ODGJ Rumahan), saat itulah kami hijrah kemudian di tahun yang sama 2011 mendirikan Rumah Terapi Herbal Center dan usianya tidak terlalu lama, karena waktu itu tempat kami yang awlanya tempat sharing dan tempat kumpul saja," ucapnya.

Dia menyatakan, saat itu hanya mengawali dengan membuka rumah konsultasi umum, tetapi belum fokus ke kejiwaan.

"Baru tahun 2014 berubah nama menjadi Rumah Al Jabar Insani. Waktu itu ada pasien datang yang saat diperiksa ternyata mengalami diagnosa gangguan kejiwaan dan dari situlah awal merubah nama menjadi Rumah Solusi Himatera Indonesia. Kami mulai di tahun 2015," katanya.

Seiring waktu berjalan, tepatnya pada 2015, dia dan teman-temannyta berkomitmen melakukan advokasi untuk sahabat jiwa.

"Alhamdulillah responsya baik juga dari pemda sangat positif. Tahun 2017-2018 kami mulai serius menyelamatkan sahabat jiwa," ucapnya

Sementara itu, terkait operasional, Himatera mengandalkan klinik dan rumah terapi jiwa. Sebelum Himatera itu kami juga mempunyai Rumah Terapi, Komlomenter, Ibnu Nabawi, Pengobatan Hikmah, Rukiyah dan sebagainya.

"Sehingga dari situlah biaya operasional untuk membantu sahabat jiwa ini, dari mulai makan, pakaian dan tempat karantina mereka," ucap Dede.

Kendati demikian, kata Dede, sampai 2023 khusus pengurusan ODGJ hampir berjumlah 800 orang dari yang ringan hingga berat.

"Kalau dengan yang pasien umum lebih dari itu. Karena ada dua markas, kalau markas 1 itu pengobatan umum, dari mulai penyakit, kalau sekedar 1 jam 2 jam itu penyembuhan jiwa dari stres ringan dan sejenisnya. Namun kalau pengobtannya lebih dari 24 jam itu pasti pasien ODGJ," katanya.

"Kebanyakan yang datang ke Himatera karena faktor keluarga dan ekonomi, tapi ada juga faktor problem sosial, ada juga dari obat-obatan, mulai kelas bawah menengah sama kelas atas, bahkan pejabat juga ada," papar Dede.

Ia mengatakan kebanyakan pasien disebabkan dari persoalan sosial, yang dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi. Tapi beberapa tahun terakhir ada beberapa teman-teman yang datang karena ketidaksiapan menjalani hidup setelah pensiun, jabatan dan sebagainya sehingga down.

Menurut Dede ada 14 orang berlatar belakang dari perguruan tinggi yang mengalami gangguan jiwa. Mereka sebagian besar adalah perempuan yang sakit hati oleh laki-laki.

"Ada karena pengaruh ilmu hitam juga banyak. Tahun 2019 ada orang Sukahurip, Pangandaran bisa masuk ke ruangan yang kecil dan keluar dari besi padahal mustahil. Alhamdulillah kembali pulih," ucapnya.

Dede mengatakan sejumlah pasien yang sudah mendingan sembuh akan dibekali keahlian, seperti bermain musik, pertanian, dan konsen hikmah.

"Karena Himatera ini bukan transaksi orang, Himatera itu beda karena bukan jual beli orang, mengandalkan kolaborasi, kemampuan terbaik dari keluarga. Pasien Himatera yang dari jalanan itu banyak, justru kami berupaya melakukan advokasi, bahwa orang ini bukan sekedar disinggahkan, tapi menjadi produktif," ujarnya.

(mso/mso)


Hide Ads