Kabupaten Sumedang menjadi salah satu daerah yang dijadikan rujukan oleh daerah lain dalam meningkatkan performa Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sakip) sebagai bagian dari upaya menyejahterakan masyarakat. Salah satu instrumennya melalui transformasi birokrasi berbasis digital.
Kolaborasi yang apik di bawah kepemimpinan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir bersama Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan (2018-2023) menghantarkan Sumedang sebagai daerah yang dilirik dalam hal penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Namun, upaya yang dilakukan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan di masa awal kepimpinan keduanya. Betapa tidak, beberapa tantangan berat harus dihadapi dengan performa target kinerja Pemkab Sumedang yang sangat rendah. Hal itu dilihat dari raihan Sakip yang berada di urutan paling buncit atau rangking 27 dari kabupaten/kota di Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Persoalan lain seperti indeks sistem merit (kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, yang diberlakukan secara adil dan wajar dengan tanpa diskriminasi) yang juga sangat rendah. Kemudian tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran.
Lalu, tingginya angka stunting yang mencapai 32 persen pada 2018. Bahkan termasuk ke dalam daerah yang dijadikan lokus oleh pemerintah pusat dalam hal penanganan stunting di Indonesia.
Berkat kekompakan yang dilakukan antara pimpinan bersama jajaran dibawahnya menghantarkan Kabupaten Sumedang sebagai daerah yang cukup sukses mengatasi tantangan dihadapinya tersebut.
Bukti konkret yang dirasakan masyarakat Sumedang adalah menurunnya angka stunting dari yang semula 32 persen menjadi 7 persen pada 2022. Hal itu tidak lain berkat transformasi birokrasi berbasis digital atau penerapan SPBE.
Melalui aplikasi yang diberinya nama E-Simpati, Kabupaten Sumedang sukses mendata berdasarkan cakupan pengukuran untuk angka stunting hingga berdasarkan nama dan alamat (by name by adress).
E-Simpati telah mempercepat Pemkab Sumedang dalam mendapatkan data yang akurat, sehingga kebijakan yang diputuskan pun lebih tepat sasaran.
Atas keberhasilannya itu, Presiden Joko Widodo pun bahkan mengungkapkan apresiasinya.
"Saya sangat mengapresiasi keberhasilan yang telah dicapai oleh Kabupaten Sumedang. Karena tiga tahun sebelumnya stunting di Kabupaten Sumedang mencapai 32 persen dan di tahun 2022 Kabupaten Sumedang mampu menurunkan stunting menjadi 7 persen dan ini prestasi yang luar biasa," ungkap Jokowi dikutip dalam keterangan tertulis pada Selasa (17/1/2023).
Dalam Rakornas Pertumbuhan Ekonomi dan Pengendalian Inflasi Kepala Daerah dan Forkopimda di Sentul, Bogor kala itu, Jokowi juga mengapresiasi platform yang dibangun Kabupaten Sumedang dalam memonitor penurunan angka stunting.
Jokowi pun memerintahkan Bupati Sumedang untuk menyampaikan inovasi digital e-Simpati yang digunakan Pemkab Sumedang dalam menurunkan stunting kepada daerah lain di Indonesia.
"Dan saya sudah memerintahkan langsung Bupati Sumedang untuk menyampaikan apa yang dilakukan Kabupaten Sumedang melalui platform e-Simpati tersebut," tuturnya.
Selain itu, Jokowi meminta agar platform yang dibuat oleh Kabupaten Sumedang dapat ditiru oleh Kabupaten/Kota lain di Indonesia.
"Yang lain tinggal tiru atau copy paste saja dari Kabupaten Sumedang," ucapnya.
Sepak Terjang Duet Kepemimpinan Dony - Erwan di Sumedang
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengungkapkan, hal pertama yang dilakukan pada masa awal kepemimpinannya bersama wakilnya Erwan Setiawan yakni melalui reformasi birokrasi dalam mengubah pola kinerja pemerintahan.
"Kenapa reformasi birokrasi? Karena Sumedang ini bekas kerajaan dengan menganut sistem paternalistik atau patron and client (pelindung dan klien), jadi kalau pemimpinnya bagus, ASN-nya bagus, rakyatnya pun akan nurut dan turut berpatisipasi," ungkap Dony kepada detikJabar di Sumedang, Rabu (7/6/2023).
Terkait hal itu, sambung Dony, beberapa hal yang dilakukan adalah dengan mereformasi delapan area pola kinerja para pejabat ASN beserta jajarannya.
"Seperti contohnya dari budaya dilayani menjadi melayani. Lalu dari budaya manual ke budaya digital, dari zona zaman ke zona kompetitif, lalu ASN harus menjadi role model bagi diri dan organisasinya, sehingga dengan begitu maka akan tercipta kepercayaan dari publik, kalau publik sudah percaya maka tanpa diminta pun mereka akan berpartisipasi dalam menjalankan pembangunan dan perubahan lainnya," terangnya.
Dony melanjutkan, hal kedua yang dilakukan pada masa awal kepemimpinannya yakni dengan melakukan trasformasi digital melalui penerepan SPBE. Hal itu tidak lain untuk mempermudah dalam hal pelayanan terhadap masyarakat.
"Dengan cara apa mempermudahnya, yakni tidak lain dengan kebijakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau SPBE melalui kebijakan DNA-nya yakni device, nerworking dan aplikasinya," terangnya menambahkan.
![]() |
Menurut Dony, melalui penerapan SPBE maka pola kerja sistem pemerintahan dalam hal pelayanan akan lebih efisien dan efektif.
"Contoh konkretnya pembuatan KTP dari yang tadinya beres enam bulan menjadi maksimal tiga hari beres diantar melalui pos, buat akte kartu keluarga bisa lewat HP melalui aplikasi SilaSidakep, langsung file PDF-nya masuk di HP-nya, dan berbagai urusan bisa cepat," tuturnya.
Menurut Dony, hal lain yang dilakukan dan tidak kalah penting di awal-awal masa kepemimpinannya yakni mengubah mind set atau pola pikir dalam sistem kinerja pemerintahan.
"Jadi di awal-awal masa kepemimpinan secara intens saya turun langsung memantau setiap SKPD untuk memastikan semuanya harus melakukan perubahan," ujarnya.
Peningkatan kompetensi dan kualitas para ASN pun menjadi perhatian di masa duet pasangan Dony - Erwan. Caranya dengan mengundang beberapa ahli di bidangnya serta menyekolahkan ASN.
"Kita mulai mengundang Prof. Rhenald Kasali, Helmy Yahya, kemudian beberapa rektor juga kami undang tidak lain untuk mengubah mind set demi meningkatnya kompetensi ASN kami," terangnya.
"Kemudian ada belasan ASN yang kami sekolahkan ke Tsinghua University Cina, lalu para ASN juga kami kirim untuk ikut seminar-seminar," tuturnya menambahkan.
Selain peningkatan kompetensi, Emotional Spiritual Quotient (ESQ) pun tidak luput diterapkan kepada para ASN dengan beberapa programnya.
"Dengan sistem yang kami bangun mereka akan taat dalam menjalankan aturan-aturan yang ada untuk memenuhi birokrasi yang melayani dan kompeten," terangnya.
Beberapa keberhasilan duet pasangan Dony - Erwan selain menurunkan angka stunting, di antaranya menaikan ranking Sakip Pemkab Sumedang dari yang sebelumnya berada di urutan paling buncit se-Jawa Barat menjadi ranking ketiga dengan nilai 75,26 atau kategori BB (sangat baik).
Capaian lain seperti target Kepala Keluarga (KK) miskin dari sebanyak 8.401 KK dan dapat terealisasi sebanyak 5.883 KK atau 70,03 persen dari 126.220 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Kemudian target kegiatan stunting dari 1.907 jiwa dan terealisasi sebanyak 1.831 jiwa atau mencapai 95,96 persen. Lalu target Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dari angka 82.75 dan terealisasi diangka 81.68 atau mencapai 98,71 persen. Selanjutnya Indeks Desa Membangun (IDM) dari angka 0.7 dan yang terealisasi mencapai angka 4.47 atau 88,76 persen serta capaian lainnya.
Raih Seabreg Penghargaan
Seabreg penghargaan pun telah diraih oleh Kabupaten Sumedang dibawah kepemimpinan pasangan Bupati Dony Ahmad Munir dan Wakil Bupati Erwan Setiawan dalam menjalankan roda pemerintahan. Terakhir meraih juara pertama dalam ajang Anugerah Keterbukaan Informasi Publik (Tinarbuka) 2023 Kategori Bupati yang digelar oleh Komisi Informasi (KI) Pusat.
Penghargaan tersebut merupakan penghargaan ke-119 baik di tingkat provinsi maupun nasional yang diraih oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang.
(yum/yum)