Berawal dari penelitian, dosen program studi Desain Produk sekaligus Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain Itenas Bandung bernama Dr Andry Masri, berhasil memanfaatkan bonggol jagung menjadi produk seni hingga furnitur.
Bonggol jagung yang dianggap sebagai limbah tak berguna dan kadang berakhir di tempat pembuangan sampah, lewat tangan kreatif Andry, bonggol jagung itu kini naik kelas dan memiliki nilai jual tinggi.
detikJabar berkesempatan mengunjungi Galeri Matahati Kreasi sekaligus sebagai tempat produksi boblnggol jagung milik Andry yang ada di Jalan Ciliwung No 10, Kota Bandung, Selasa (13/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andry mengajak berkeliling di galerinya, dari mulai tempat pemilahan bonggol jagung, produksi bonggol jagung hingga ruangan yang digunakan sebagai tempat produk jadi yang berbahan baku bonggol jagung.
Ayah dua anak ini mengisahkan, penelitian yang dilakukannya di mulai pada tahun 2002 lalu, sebelum memilih bonggol jagung sebagai bahan penelitiannya ada kulit buah-buhan, biji-bijian hingga akar juga diteliti olehnya.
"Ini awalnya dari pendidikan, saya dapat satu metode namanya eksploitasi material, menemukan sebuah kebaruan dari sifat material, itu dimulai tahun 2002, lalu 2015 dicoba untuk ditetapkan material apa. Akhirnya 2015 setelah kita tetapkan baru ketemu bonggol jagung, bonggol jagung ini tersedia dari Sabang sampai Merauke dan sangat besar," kata Andry kepada detikJabar.
![]() |
Andry berujar, bonggol jagung yang dia produksi sudah menghasilkan puluhan jenis komoditi, dari mulai furnitur, merchandise, jam tangan, tas hingga rumah.
"2019 kita mulai ke industrialisasi dan 2020 kita mulai komersialisasi. Jenis ada 33 tiga komoditi," ujarnya.
Andry mengakui jika produk bonggol jagung yang dibuatnya memiliki nilai jual tinggi karena harganya yang tergolong lumayan dari harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
"Harga mulai Rp 35 ribu seperti tatakan gelas, paling mahal meja Rp 4 juta kalau sama kursi jadi Rp 6,5 juta," tuturnya.
Andry mengaku, meski produk bonggol jagung yang ia buat baru dikomersialisaikan karena beberapa tahun ke belakang terkendala oleh pandemi COVID-19. "Karena baru selesai pandemi kita coba buat komersialisasi," tambahnya.
Zero Waste dan Kurangi Penggunaan Kayu
Produk bonggol jagung yang dibuat oleh Andry selain dapat menghasilkan cuan, menurut Andry juga ramah lingkungan karena tidak ada bahan baku yang terbuang sedikitpun.
![]() |
Potongan bonggol jagung yang tidak digunakan dapat diolah kembali dan dapat memberikan banyak manfaat. Potongan bonggol jagung itu nisa diolah lagi.
"Ada teman yang lakukan penelitian, mengembangkan untuk listrik dari bonggol jagung dan briket bonggol jagung. Kalau briket sudah ada di Jepang, kalau itu bisa dibuat di Indonesia usaha saya zero waste, enggak ada yang kebuang sama sekali," tuturnya.
Dengan furnitur dari bahan baku bonggol jagung, Andry juga menyebut hal ini bisa mengurangi kebutuhan kayu sebagai bagan furnitur.
"Belum ada uji secara teknis, tapi kita punya alternatif baru selain kayu. Karena kayu butuh 8-10 tahun untuk dapat kayu lagi dan kalau dapat berarti kita mengurangi penyerapan karbon," jelasnya.
"Ini kan enggak, kita tunggu empat bulan dan empat bulan itu sesuatu dibuang dan kalau kayu dibutuhkan untuk dunia," pungkasnya.
(wip/yum)