Aksi Senyap Yadi 14 Tahun Jaga Sungai Cikapundung Tetap Lestari

Aksi Senyap Yadi 14 Tahun Jaga Sungai Cikapundung Tetap Lestari

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 15 Jan 2023 08:30 WIB
Yadi sang penjaga Sungai Cikapundung.
Yadi sang penjaga Sungai Cikapundung (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Sudah 14 tahun, Yadi Supriyadi konsisten menjaga kelestarian Sungai Cikapundung, Kota Bandung. Selama belasan tahun itu pula, tak terhitung berapa ton sampah yang sudah Yadi angkut bersama komunitasnya dari sungai yang memiliki panjang 28 kilometer tersebut.

Perkara menjaga sungai memang merupakan tanggung jawab bersama. Bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja, karena masyarakat di sekitarnya juga harus memiliki kesadaran dan niat yang kuat untuk menjaga kelestarian sungai. Sebagaimana jargon 'wariskan sungai untuk anak cucu kita', Sungai Cikapundung pun harus bisa dirawat dan butuh aksi nyata untuk menjaganya.

Berangkat dari kepedulian itu, Yadi akhirnya memutuskan terjun langsung untuk menjaga Sungai Cikapundung. Terhitung, ia memulainya pada 2009 lalu. Maka tak heran, pria yang memiliki dua orang anak ini sekarang memiliki julukan sebagai 'Penjaga Sungai Cikapundung'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ditemui detikJabar belum lama ini, Yadi bercerita niatnya mengabdi menjaga Sungai Cikapundung berawal dari hobinya sebagai seorang pecinta alam. Setelah hilir mudik menyerap ilmu jelajah gunung hutan hingga panjat tebing, 2009 menjadi tahun pertama Yadi memutuskan untuk berkecimpung menjaga Sungai Cikapundung.

"Tadinya mau jadi atlet, karena suka manjat. Tapi dipikir tidak cocok. Akhirnya nyoba ke ngurus sungai, dan Alhamdulillah sampai sekarang saya bertahan ngurus walungan (sungai)," kata Yadi kepada detikJabar.

ADVERTISEMENT

Memutuskan terjun mengurus Sungai Cikapundung ternyata bukan perkara mudah. Apalagi saat itu, Yadi masih ingat jika Sungai Citarum, induk Sungai Cikapundung mendapat label sungai terkotor di dunia.

Tapi bagaimana pun, tekad Yadi sudah bulat. Perlahan ia mulai mengajak rekan-rekannya sesama anggota pecinta alam maupun dari profesi lain untuk berbuat aksi nyata demi menjaga kelestarian Sungai Cikapundung.

Aksi pertama yang Yadi dan komunitasnya lakukan adalah membersihkan Sungai Cikapundung dari hulu, tengah hingga ke hilir. Menggunakan media tubing atau ban bekas, Yadi mulai melakukan Gerakan pertamanya membersihkan Sungai Cikapundung dari sampah.

"Pertama turun bebersih sungai itu pakai media tubing, kukuyaan disebutnya sama anak-anak mah. Itu pertama sama komunitas lokal. Tekniknya penyisiran sampah, dari hulu kita sisir sampai ke bawah. Terus kita alirkan sampai ke hilir, baru di hilir diangkat semua," ungkapnya.

Bak gayung bersambut, di tahun yang sama, Pemkot Bandung di bawah pimpinan pasangan Dada Rosada-Ayi Vivananda juga sedang menggagas program pelestarian Sungai Cikapundung. Yadi kemudian turut dilibatkan pada program tersebut yang dikomandoi langsung oleh Ayi Vivananda.

Kolaborasi antaraYadi dengan Pemkot Bandung kemudian digulirkan.Yadi saat itu tak hanya ditugaskan untuk membersihkan SungaiCikapundung. Namun juga membantu pembentukan komunitas-komunitas lokal di sepanjang aliran SungaiCikapundung mulai di KecamatanCidadap, Coblong, BandungWetan hingga Sumur Bandung.

Di awal pembentukannya, yang paling berat dirasakan Yadi yaitu merubah mainset warga yang bermukim di bantaran sungai. Sebab saat itu, warga masih menganggap sungai sebagai tempat pembuangan limbah yang akhirnya menimbulkan pencemaran lingkungan.

Tapi perlahan tapi pasti, usaha Yadi dengan Pemkot Bandung saat itu tidak sia-sia. Sebanyak 38 komunitas berhasil dibentuk hingga 2011 yang memiliki tugas menjaga kelestarian Sungai Cikapundung. Tak hanya itu saja, puluhan komunitas yang dibentuk ini juga turut memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar supaya mau bersama-sama menjaga sungai.

"Tahun 2011 Pemkot punya program Cikapundung Bersih, akhirnya babarengan. Mulai dari sana timbul komunitas lokal yang dibentuk pemkot, sampai 2011 itu ada 38 komunitas. Nah dari situ, saya ingin merubah mainset masyarakat di bantaran sungai," ungkapnya.

"Dengan membentuk komunitas lokal di wilayah sungai, Alhamdulillah berhasil. Ada beberapa komunitas lokal yang sampai sekarang bertahan dan tetep memperjuangkan untuk miropea (mengurus) Sungai Cikapundung," ucapnya menambahkan.

Konsistensi Yadi terus berlanjut. Tak hanya Cikapundung yang ia urus, namun juga dilebarkan hingga 9 daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Kota Bandung. Di antaranya DAS Cinambo, Cidurian, Cipamokolan, Cicadas, Citepus bahkan hingga ke wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi aliran Sungai Citarum.

Karena konsistensinya ini, Yadi pun kini didapuk menjadi Sekjen Komisaris Sungai Jawa Barat, sekaligus petugas Operasi Pemeliharaan (OP) Sungai pada Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Meski belum terasa secara maksimal, tapi kata dia, volume sampah di Sungai Cikapundung sudah mulai berkurang hingga 40 persen.

"Alhamdulillah mulai ada perubahan sekarang mah, enggak kayak dulu. Karena yang paling sulit memang merubah mainset warganya," tuturnya.

Tak hanya itu saja, tahun 2017 lalu, BBWS Citarum akhirnya membuat program pelestarian sungai dengan membangun sebuah wahana edukasi di lokasi sekarang yaitu Taman Teras Cikapundung. Gagasan ini juga berawal dari ide Yadi dan komunitasnya supaya peradaban sungai tetap terjaga, serta masyarakatnya bisa menjaga lingkungan.

Kini, dengan komunitas yang diisi sekitar 20 orang, Yadi masih konsisten menjaga kelestarian Sungai Cikapundung. Sepekan sekali, biasanya dia akan turun ke sungai untuk menyisir dan membersihkan sampah di sana.

Bagi Yadi, menjaga sungai bagian dari kewajiban semua orang. Sebab zaman dulu, sungai dijadikan sebagai media kehidupan sebelum akhirnya tergerus oleh kemajuan zaman. Yadi pun punya tekad supaya sungai kembali ke fungsinya semula sebagai tempat peradaban manusia.

"Dulu kan sungai itu bisa digunakan untuk berenang bisa buat sanitasi warga. Nah saya punya prinsip, sungai sebagai peradaban harus ditumbuhkan lagi kehidupan-kehidupan di sungai, seperti orang tua dulu. Bukan hanya bermain, tapi beraktivitas dan bisa berinteraksi langsung," ungkapnya.

"Dari situ, saya mah sebetulnya enggak punya niatan lain. Saya niatkan cuma buat ibadah. Karena menjaga alam juga bagian dari ibadah dengan memberikan kebaikan dengan semua. Nah kalau itu enggak dimulai dari diri kita sendiri, siapa lagi yang mau miropea ke sungai," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(ral/mso)


Hide Ads