Ular menjadi salah satu hewan yang ditakuti oleh sebagian besar orang. Pasalnya, jenis hewan melata satu ini beberapa diantaranya memiliki bisa yang sangat mematikan.
Meski begitu, keberadaan ular sangatlah penting dalam menjaga keseimbangan suatu ekosistem baik sebagai predator maupun mangsa dalam rantai makanan.
Atas dasar itulah komunitas pecinta hewan reptil di Sumedang ini hadir untuk memberikan edukasi kepada para pelajar dan masyarakat luas tentang manfaat serta penanganan beragam jenis ular dan hewan reptil lainnya. Mereka adalah Komunitas Bangke Laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komunitas Bangke Laut sendiri berdiri pada 2009. Komunitas Bangke laut awalnya terdiri dari 7 orang pecahan dari sebuah gerakan pramuka bernama Sisik (Studi Seni dan Konservasi) Jawa Barat.
"Namanya awalnya Kores, namun pada akhirnya diganti jadi Bangke Laut," ujar Andri Reginaldi (29) selaku pembina Komunitas Bangke Laut kepada detikJabar belum lama ini.
Andri menuturkan, secara pribadi, keterampilannya dalam memahami karakter berbagai jenis ular didapatnya secara otodidak melalui pengalaman dan bimbingan salah satu pawang ular di Sumedang.
"Awalnya saya otodidak, tapi Bangke Laut juga memiliki sesepuh yang sudah banyak memahami karakter ular dan bagaimana menangani ular, dia dianggap jadi pembina kita juga, seperti bagaimana cara kita menangani ular jenis king cobra yang tidak bisa dengan sembarangan," paparnya.
![]() |
Andri mengklaim, Komunitas Bangke Laut menjadi komunitas pecinta reptil pertama di Sumedang. Nama Bangke Laut sendiri diambil dari nama salah satu jenis ular endemik Jawa yang dikenal juga dengan sebutan viper hijau. Ular berbisa satu ini biasa hidup di pepohonan bambu, perkebunan dan hutan.
"Filosofinya, ular Bangke Laut ini jarang dilirik dan dianggap ular biasa, padahal ular jenis ini memiliki bisa cukup mematikan dan kehadiran ular ini itu banyak manfaatnya, maka dari itu kita terangkan kepada warga bahaya dan manfaat akan hewan ular-ular ini," ungkapnya.
Andri menuturkan, keberadaan Komunitas Bangke Laut juga berangkat dari rasa keprihatinannya atas populasi ular yang sebagiannya mulai berkurang.
"Contoh aja ular koros, ular ini tidak berbisa dan biasa hidup di sawah, tapi sekarang sudah mulai jarang ditemui karena banyak diburu dan dagingnya pun laku dijual jadi hidangan makanan, padahal ular ini banyak manfaat di habitatnya, salah satunya untuk memangsa hama tikus," paparnya.
Terkait hal itu, Komunitas Bangke Laut pun memiliki program edukasi kepada 271 Desa di Sumedang tentang bahaya dan manfaat dari keberadaan berbagai jenis ular. Program ini khususnya ditujukan kepada para petani.
"Jadi setiap Jumat pagi kita memberikan edukasi kepada para petani di tiap desa dan desa sekitaran hujan juga kita lalukan kerjasama," ujarnya.
Tujuan lain dibentuknya Komunitas Bangke Laut, kata Andri, yakni sebagai wadah bagi para pecinta reptil serta sebagai fasilitas bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang manfaat dan bahaya dari sejumlah hewan reptil salah satunya ular.
"Makanya hewan yang ada di sekretariatan yang ada itu kebanyakan ular lokal, karena ular-ular ini yang sering ditemukan di masyarakat," terangnya.
Komunitas juga membuka sebuah layanan rehabilitasi bagi ular bertajuk Sumedang Snake Rescue. Layanan ini dibuka bagi warga yang perlu bantuan jika mendapati ular masuk ke pemukiman warga. Terkait hal ini, warga dapat menghubungi ke nomor 0895385116203.
"Jadi dimana ada ular yang masuk ke pemukiman bisa memanggil kita, ular yang tertangkap nantinya kita rehabilitasi dulu karena ular memiliki tingkat stres yang tinggi dan biasanya tidak mau makan saat sudah tertangkap itu, jadi ada treatment khusus, setelah sudah bisa makan maka kita lepas liarkan kembali," katanya.
Andri menuturkan dengan keberadaan Komunitas Bangke Laut sendiri, ke depannya diharapkan dapat menghadirkan rumah singgah bagi satwa langka dilindungi di Sumedang seperti halnya di Kabupaten Majalengka.
"Seperti di Majalengka, komunitas itu dirangkul oleh Pemda setempat dan dibuatkan sebuah yayasan sehingga menjadi rumah singgah satwa Majalengka," tuturnya.
Sejauh ini, Komunitas Bangke Laut sendiri masih intens dalam programnya berupa memberikan edukasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat umum. Hewan reptil yang ditampilkan dalam edukasi itu diantaranya ada beragam jenis ular lokal, biawak, kadal, iguana dan reptil lainnya.
Andri menyebut, saat ini anggota aktif Komunitas Bangke Laut ada sekitar 30 orang.
"Sementara jumlah seluruh anggota dari awal terbentuk ada sekitar 70 orang," ujarnya.
(yum/yum)