Beragam mitos beredar di kalangan masyarakat terkait ular naga Jawa yang bernama latin Xenodermus javanicus. Salah satunya yang memegang ular tersebut bisa mati!
Entah yang mati itu adalah orang yang memegang atau ular tersebut mati setelah dipegang, pawang ular profesional dan sudah berpengalaman di Indonesia Panji Petualang menilai, terkait orang yang memegang ular tersebut mati adalah mitos.
Menurut Panji, mitos yang terus berulang itu memiliki tujuan baik, yakni untuk menjaga habitat dan kelestarian ular naga tersebut. Sehingga ular itu diharapkan tetap berkembang biak di alam dan menjaga rantai makanan yang ada di Gunung Sanggabuana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mitos! Memang bagusnya gitu, mitos lama naik lagi, tapi publik tuh ketika kita edukasi malah penasaran," kata Panji via sambungan telepon, Minggu (6/11/2022).
"Bener orang tua dulu, jangan dipegang ntar mati. Mereka tahu bahwa itu adalah spesies itu langka. Daripada anaknya ntar merusak, jadi diboongin, itu kearifan lokal," ungkap Panji.
Panji berujar, ular ini juga bisa menggigit. Meski begitu, gigitannya tak separah gigitan ular piton.
"Tergantung, misalkan dia nggak nyaman, terancam, gigit sih. Tapi nggak seperti piton bisa berdarah-darah, orang mulutnya (ular naga Jawa ini) kecil banget," ujarnya.
Sama halnya dengan mitos ular lainnya, mitos terkait ular berkembang tak lain dan tak bukan untuk menjaga kelestarian ular itu sendiri.
Baca juga: Ular Naga Sang Penghuni Sanggabuana |
"Intinya ular bukan untuk ditangkap dan juga dibunuh. Kalau ditangkap nggak semuanya bisa dibawa ke shelter. Seperti king kobra, itu perlu perlakuan khusus, kalau dilepas dan berkonflik lagi bisa repot kan orang," jelasnya.
"Kalau ada ular bisa cukup di-rescue, dibuang keluar, dia nggak akan balik lagi. Menang ada mitos kalau nggak dibunuh, nggak sampai ancur matanya bakal balik lagi, nggak itu nggak. Ular itu bukan hewan teritorial, kalau masuk rumah dia nyasar," pungkasnya.
(wip/orb)