'Keajaiban' dari Ruang Kelas 2x3 Meter SMP PGRI 6 Bandung

'Keajaiban' dari Ruang Kelas 2x3 Meter SMP PGRI 6 Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 07 Agu 2022 09:31 WIB
Suasana kelas di SMP PGRI 6 Kota Bandung
SMP PGRI 6 Kota Bandung (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

"Jadi guru mah kudu bisa digugu dan ditiru, kudu ngerti cara ngedidik murid itu mau kayak gimana," demikian penggalan percakapan detikJabar dengan Winahti Cahyoni, Kepala Sekolah SMP PGRI 6 Kota Bandung. Yoni, begitu ia akrab disapa, tercatat sudah mengabdi di sekolah tersebut sejak tahun 1994.

Saat ditemui detikJabar beberapa hari lalu, Yoni begitu antusias menceritakan pengalamannya mengajar selama puluhan tahun di SMP naungan Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP) tersebut. Meski, saat ini sekolahnya terpaksa menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan seadanya lantaran menumpang di ruang bekas ruangan perpustakaan SDN 205 Neglasari, Kota Bandung.

Usianya pun sudah tak semuda dulu. Namun, semangat Yoni memberikan pendidikan untuk anak didiknya tak bisa dipandang sebelah mata. Perbincangan hangat ini pun beberapa kali diselingi gelak tawa saat Yoni mengingat kembali masa-masa mengajarnya di SMP PGRI 6 Kota Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"SMP ini mah dari tahun 80an udah ada, saya masuk tahun 1994 dan sekolahnya udah di sini (menumpang di SDN 205 Neglasari). Kalau jadi kepala sekolah belum lama, beberapa tahun ke belakang lah," katanya.

Puluhan tahun mengabdi, Yoni sudah merasakan asam garam pengalaman di sekolahnya. Namun demikian, Yoni tak tak mau menyerah dengan keadaan yang saat ini bahkan memaksa murid-muridnya harus belajar di ruangan seadanya. Sebab bagi dia, pendidikan merupakan yang utama untuk bekal kelak anak didiknya.

ADVERTISEMENT

Selama itu pula, Yoni punya ingatan yang begitu membekas dari murid yang ia ajar. Pengalaman itu akan selalu Yoni banggakan, mengingat sekolahnya bisa menjadi tempat belajar bagi siswa dengan kondisi latar belakang keluarga yang kurang beruntung.

"Kalau yang dari anak jalanan sekarang memang udah enggak ada, kebanyak sekarang dari yang ekonomi menengah ke bawah atau dari latar belakang keluarga broken home. Jadi misal anaknya itu tinggal di neneknya, dia sekolahnya di sini," ucapnya.

Ajak Anak Jalanan Kembali Sekolah

Satu pengalaman istimewa yang tak bisa dilupakan Yoni saat ia membawa paksa dua anak jalanan untuk belajar di sekolahnya. Keduanya ini Yoni tak sengaja temukan saat sedang ngamen di persimpangan lampu merah di Kota Bandung.

Dengan pendekatan seorang ibu, Yoni lalu mulai membujuk dua anak jalanan ini supaya mau melanjutkan sekolahnya lagi. Mereka sempat ragu, namun setelah Yoni yakinkan, mereka lalu mau kembali lagi ke sekolah.

"Dua anak ini pas saya temuin Masyaallah, telinganya bolong di-piercing (tindik), terus lagi ngamen. Akhirnya saya tanya, jang (nak) mau sekolah lagi enggak? Kalau mau hayu ikut sama saya. Alhamdullilah mereka akhirnya mau ikut, terus saya bawa dulu ke rumah sakit, saya jahit lagi telinganya baru mereka besoknya sekolah di sini," ungkapnya.

Kepala Sekolah SMP 6 PGRI Kota Bandung Winahti CahyoniKepala Sekolah SMP 6 PGRI Kota Bandung Winahti Cahyoni Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

Yoni makin bangga saat menceritakan kembali dua muridnya itu yang akhirnya bisa lulus di SMP PGRI 6 Kota Bandung. Ditambah, keduanya mau melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan tidak kembali lagi ke jalanan.

Kini, mereka kata Yoni sudah lulus SMA. Yoni begitu bangga karena setelah lulus, mereka punya pekerjaan lebih layak dan meninggalkan kehidupan lamanya di jalanan.

Tak Gengsi

Cerita lainnya berlanjut. Meski berstatus sebagai kepala sekolah, Yoni mengaku tak gengsi turun ke kelas untuk mengajar langsung murid-muridnya. Meskipun berlatar belakang sarjana di bidang kesenian, Yoni sudah tak canggung lagi untuk mengajar mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, matematika, hingga ilmu pelajaran alam (IPA).

"Semua diborong, kalau gurunya enggak ada, lagi ada halangan misalkan terus enggak bisa ngajar, ya saya yang turun. Walaupun bukan bidangnya, tapi yang penting anak-anak saya dapat ilmu dan pelajarannya," tuturnya.

Di sela-sela perbincangan, Yoni lalu mengeluarkan dua helai kertas yang merupakan tulisan dari muridnya. Tak disangka, tulisan tersebut bukanlah tugas salah satu mata pelajaran. Melainkan tulisan kombinasi abjad yang membentuk sejumlah kumpulan kata hingga kalimat.

Yang mengagetkan, tulisan ini dibuat lantaran murid yang Yoni maksud belum bisa membaca dengan lancar. Sehingga, ia yang menugaskan mereka secara langsung supaya menuliskan ulang kombinasi abjad, lalu mengajarkannya mengeja susunan kata itu satu per satu.

"Lihat, bayangin, kepala sekolah harus ngajarin gini 'BU-BU, DI-Di, BUDI', 'TU-TU, LIS, TULIS' ke muridnya. Yang gini enggak gampang, harus sabar. Ini saya lakuin karena saya sayang sama murid saya. Saya pengen mereka juga bisa ngejar ketertinggalannya," tuturnya.

Keberadaan murid seperti ini pun tak dianggap seolah menjadi beban bagi Yoni maupun guru di sekolah. Justru, Yoni makin bersemangat lantaran murid tersebut juga memiliki keinginan tinggi untuk bersekolah.

Hasilnya dari buah kesabaran itu memberikan kesan yang mendalam bagi Yoni. Beberapa murid Yoni yang sudah lulus dari sana, ada yang bisa melanjutkan ke SMA-SMK negeri, bahkan hingga ke jenjang perkuliahan.

Kembali ke persoalan SMP PGRI 6 Kota Bandung, saat ini yang Yoni dan guru-guru di sana butuhkan hanyalah ruang belajar yang layak bagi anak didiknya. Sebab, saat ini yang ia harapkan adalah ruangan yang membuat KBM muridnya jadi lebih nyaman.

Berharap Didengar

Yoni tak bisa membendung kesedihannya saat mengingat masa-masa sulit pembelajaran SMP PGRI 6 Kota Bandung yang terpaksa menumpang di ruangan bekas perpustakaan SDN 205 Neglasari.

Ada dua ruangan yang disulap menjadi 3 kelas dengan satu ruangan berukuran sekitar 6X5 meter untuk kelas 7, ruangan berukuran 3X5 untuk kelas 8 dan terakhir ruangan 2X3 meter untuk kelas 9 yang tadinya merupakan tempat yang difungsikan sebagai musala.

Suasana belajar siswa SMP PGRI 6 Kota Bandung yang menumpang ke ruangan bekas perpustakaan SD negeri.Suasana belajar siswa SMP PGRI 6 Kota Bandung yang menumpang ke ruangan bekas perpustakaan SD negeri. Foto: Foto Rifat Alhami/didetikJabar



"Harapan saya dan guru-guru, tentu kami ingin punya tempat yang layak, ingin sekali. Entah seperti apa, mungkin itu jadi mimpi kami, supaya anak-anak belajarnya juga jadi nyaman. Mudah-mudahan ini bisa didengar yah dan jadi kenyataan buat kami," kata Yoni.

"Dari yayasan pun mudah-mudahan bisa care dengan sekolah kami, dan ada perhatian dari pihak terkait untuk sekolah ini. Karena kami ingin maju dan mencerdaskan kehidupan bangsa," tuturnya sembari berderai air mata.

Halaman 2 dari 2
(ral/yum)


Hide Ads