Penanganan dugaan pelecehan seksual oleh oknum guru madrasah di Surade, Kabupaten Sukabumi memasuki fase baru. Di tengah keberanian GM mengungkap pengalaman traumatisnya, muncul laporan dari orang tua siswa MTs yang mengaku khawatir anaknya juga menjadi korban.
Bersamaan dengan itu, isu adanya foto dan video yang diduga dipakai sebagai ancaman mulai ditelusuri oleh pendamping di tingkat kabupaten.
Sinyal korban baru itu disampaikan oleh Dikdik Hardy, anggota Pokja Pendidikan KPAI sekaligus Tenaga Ahli Psikolog Klinis Program Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak yang bertugas di DP2KB Kabupaten Sukabumi. Ia menyebut informasi tersebut diperoleh langsung dari GM.
"Di DP3A Kabupaten Sukabumi, saya juga terus komunikasi dengan GM informasi terakhir ada orang tua pelajar MTs yangg menghubungi bu GM dan cerita kemungkinan anaknya jadi korban juga," ujar Dikdik kepada detikJabar, Sabtu (15/11/2025).
Dugaan ini mendorong DP2KB mempercepat langkah pendampingan. GM dijadwalkan bertemu pejabat DP3A pada Senin (17/11/2025) untuk membahas pendampingan resmi.
"Rencananya Bu GM hari Senin mau ke DP3A ketemu kadis, sekdis dan kabid perlindungan khusus anak juga dengan saya," kata Dikdik.
Usai pertemuan itu, tim rencananya akan turun langsung mendampingi korban. "Setelah pertemuan itu Insyaallah kita mau terjun ke lapangan untuk memberikan layanan konseling dan terus memantau perkembangan dengan berkoordinasi dengan pihak sekolah, pihak kecamatan, Unit PPA Polres Sukabumi," lanjutnya.
Selain menguatnya dugaan korban baru, perhatian kini juga tertuju pada isu ancaman berupa foto dan video yang disebut GM dalam pengakuannya. Menurut Dikdik, informasi ini sudah masuk radar pendamping.
"Iya saya dapat info soal itu, nanti ditelusuri ke para siswa yang jadi korban. Hanya yang bisa mengambil bukti fisik (handphone atau laptop) buat mencari video dan foto-foto tersebut ada di kewenangan penegak hukum," ujar Dikdik.
Ia menegaskan bahwa pola perilaku terduga pelaku menjadi fokus utama pemetaan awal. "Terlepas dari bukti-bukti video dan foto, yang kita peta kan adalah pola perilaku si terduga, perilaku seperti ini bukan perilaku random (tiba-tiba muncul) tapi perilaku yang terpola," pungkasnya.
Sebelumnya, GM mengungkap deretan peristiwa yang ia alami sejak lebih dari satu dekade lalu. Ia menceritakan pola iming-iming, pertemuan malam hari di gedung sekolah, serta tekanan yang membuatnya bungkam bertahun-tahun. Dalam wawancara, GM berkata ia memilih speak up karena ingin mencegah korban lain.
"Pilih Speak up karena tidak mau ada kejadian serupa terulang, saya yang mengalami pelecehan dan ada juga teman-teman saya. Saya yakin ada puluhan korban lain," ujar GM kepada detikJabar.
(sya/sud)