Korban Dugaan Cabul Oknum Guru di Sukabumi Ungkap Trauma 13 Tahun

Korban Dugaan Cabul Oknum Guru di Sukabumi Ungkap Trauma 13 Tahun

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 15 Nov 2025 16:30 WIB
Little girl suffering bullying raises her palm asking to stop the violence
Ilustrasi kekerasan seksual. Foto: iStock
Sukabumi -

Gelombang keberanian GM belum berhenti. Enam jam terakhir, perempuan muda itu kembali menuliskan pengakuan panjang di akun Facebook pribadinya.

Status itu menerangkan alasan mengapa ia baru berani berbicara sekarang, sekaligus menunjukkan bagaimana tekanan sosial membuat korban kekerasan seksual sering kali bungkam bertahun-tahun.

"Sekarang saya baru mengerti kenapa kebanyakan korban tindak asusila tidak mau speak up? Karena pemikiran orang-orang di kita, masih ada yang bilang 'Cepet lapor, buat apa di up sosmed nggak disebutin pelakunya, itu mah mau sama mau, suka sama suka'," tulis GM membuka statusnya, seperti dilihat detikJabar, Sabtu (15/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam unggahan yang dibuka untuk publik itu, GM menegaskan bahwa laporan sudah ia lakukan sejak lama, jauh sebelum lini masa dipenuhi kisahnya.

ADVERTISEMENT

"Saya sudah melapor ke beberapa pihak terkait, bahkan akan dilakukan pemecatan terhadap pelaku. Sudah dilakukan pengembangan juga terkait kasus ini jadi sabar. Sambil proses berjalan sambil kita up di media agar kasus ini tidak redup," tulisnya.

GM juga menjawab tudingan yang mempertanyakan mengapa ia tidak langsung menyebutkan nama pelaku.

"Kenapa tidak disebut pelakunya? ini negara hukum," tulisnya.

Ia lalu masuk pada inti debat yang biasa diarahkan ke korban, tudingan "mau sama mau".

"'Mau sama mau dan suka sama suka' saya jawab mau sama mau kalau yang melakukan anak di bawah usia 17 tahun itu tetap tindakan asusila karena anak masih di bawah umur," tulis GM.

Dalam wawancara sebelumnya dengan detikJabar, GM menyebut dirinya sebagai korban dan menyampaikan alasan berbicara sekarang.

"Pilih speakup karena tidak mau ada kejadian serupa terulang, saya yang mengalami pelecehan dan ada juga teman-teman saya. Saya yakin ada puluhan korban lain," jelasnya.

Ia juga menceritakan pola yang disebut "briefing malam", frasa yang kini memicu reaksi luas dari warga.

"Anak ini setiap kali ingin ada kemauan, seperti mau SNMPTN atau mau lulus sekolah selalu diiming-iming nanti di-briefing di gedung salah satu MTS yang mana dia selaku kepala sekolahnya," kata GM dalam wawancara. Ia menambahkan bahwa siswa lain, termasuk yang bukan dari ekstrakurikuler voli, juga melapor kepadanya.

Di bagian lain, GM menggambarkan bagaimana pelaku mendekati korban dengan cara halus lebih dulu.

"Awalnya si oknum ini kalau ke murid biasa mengiming-imingi seperti saya psikolog kalau perlu apa-apa nanti kamu hubungi saya," ucapnya.

Semua pola itu, menurut GM, merupakan pintu masuk ke pertemuan di gedung sekolah pada malam hari, sesuatu yang bagi para siswi terasa janggal sejak lama.

Status terbaru GM menunjukkan bagaimana peristiwa itu meninggalkan luka panjang. Ia mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu dekade untuk berani mengungkapnya.

"Saya pribadi butuh 13 tahun untuk mengungkapkan kasus ini serta mengumpulkan saksi lain dan bukti," tulisnya.

GM menyebut malam-malam yang ia lalui penuh rasa takut dan ancaman.

"Kalian gak pernah tau berapa ribu malam saya menangis karena teringat hal ini. Pelaku selalu mengancam akan menyebarkan aib saya kalau saya speak up. Berapa ribu malam saya ketakutan akan ancaman tersebut," ungkapnya.

(sya/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads