Pasar Caringin, salah satu pusat distribusi komoditi kebutuhan pokok terbesar di Kota Bandung menjadi saksi geliat ekonomi yang tak pernah surut. Namun, di balik hiruk-pikuk transaksi, masalah sampah mengintai tanpa henti.
Setiap hari, ton-ton sampah organik dan anorganik menumpuk, memunculkan masalah serius bagi lingkungan dan kesehatan. Produksi sampah yang terus bertambah tidak dibarengi dengan penanganan yang maksimal. Hasilnya, gundukan sampah bak 'gurun' jadi masalah.
'Gurun' sampah di Pasar Caringin tidak muncul tiba-tiba. Sampah ini muncul karena pengurangan ritase angkutan pembuangan yang dikurangi. Sebelum masalah itu muncul, ritase angkutan sampah ke TPA Sarimukti dari Pasar Caringin adalah 10 ritase per hari.
Namun sejak terjadi darurat sampah akibat terbakarnya TPA Sarimukti pada 2023 lalu, ritase angkutan sampah Pasar Caringin perlahan dikurangi menjadi 3 ritase atau sekitar 30 ton. Sementara produksi sampah di Pasar Caringin bisa mencapai 60 ton sehari.
"Dulu 10 ritase per hari, sekitar 80 ton kapasitasnya. Sekarang hanya 3 ritase per hari atau 24 ton saja," kata Irwan Candra salah satu petugas kebersihan di Pasar Caringin, Senin (16/12/2024).
"Logikanya ini ada 3 truk per hari, sementara sampah di Caringin ini 60 ton per hari. Kalau sekarang 60 ton, yang dibuang hanya 3 ritase jelas akan bertambah. Satu mobil sekitar 8-10 ton, otomatis bertumpuk. Yang dibuang dengan yang diangkut lebih banyak yang diendapkan di sini," lanjutnya.
Irwan menuturkan, 'gurun' sampah di Pasar Caringin sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Selain karena sampah yang diproduksi lebih banyak dari pada yang dibuang, masalah itu diperparah banyaknya oknum warga yang secara diam-diam membuang sampah ke Pasar Caringin.
"Ada dari pasar ada yang nitip dari lingkungan sekitar. Jadi ada warga yang diam-diam juga buang sampah di sini. Jadi bukan murni dari pedagang saja," ujarnya.
'Gurun' sampah itu tidak hanya menimbulkan masalah lingkungan, namun juga perekonomian. Itu karena sejumlah pedagang harus menutup lapaknya karena bau tak sedap yang menyeruak.
Seperti yang dialami Juna Sembiring, pedagang masakan yang lapaknya persis berada di depan 'gurun' sampah. Sejak sampah menumpuk, dia mengaku tidak ada lagi pembeli yang datang. Juna terpaksa tutup sementara hingga sampah dibersihkan.
"Keganggu lah, orang makan minum ngeluh semua, gak ada yang datang kalau kayak gini. Biasanya ramai ini di sini, sekarang Rp 100 ribu aja gak ada dapat gara-gara sampah ini," ungkapnya.
Tidak hanya Juna, beberapa pedagang lainnya juga tutup gegara sampah tersebut. Hal itu diakui pengelola Pasar Caringin yang menyebut ada 4-5 pedagang yang tutup karena tumpukan sampah.
"Kalau di sini sekitar 10 ruko di depan tumpukan sampah, yang buka hanya 6, yang tutup 4-5 karena bau itu," ucap Staf Kebersihan Pasar Caringin, Edo Pribadi.
Kondisi yang terjadi di Pasar Caringin membuat pemerintah turun tangan. Pemprov Jawa Barat sepakat untuk menambah ritase angkutan sampah dari Pasar Caringin ke TPA Sarimukti dari 3 menjadi 5 ritase per hari.
"Kami berikan tambahan di Kota Bandung 2 rit untuk Caringin, tadinya sudah 3 rit," kata Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, Selasa (17/2/2024).
Bey menuturkan, selain menambah ritase angkutan sampah, pemerintah juga meminta kerjasama pedagang dan pengelola pasar untuk membantu mengatasi masalah sampah tersebut. Dengan begitu, sisa sampah yang tidak terangkut bisa diselesaikan.
"Sehari itu 48 ton produksi sampah di Caringin, nah 5 rit itu artinya bisa 30 ton, ada selisih 18 ton. Kami minta juga pengusaha atau pedagang itu dilibatkan juga, jangan dibebankan kepada kami pemerintah karena di situ pengelola harus bertanggung jawab pada sampahnya," tegasnya.
"Jadi kamu berharap para pengelola Caringin dan juga para pendatang membantu bersama supaya sampahnya tidak hanya asal dibuang tapi juga dimanfaatkan lagi, karena lebih banyak sampah organik mungkin bisa diolah lagi," sambungnya.
Sementara pengelola Pasar Caringin, berkomitmen untuk menyelesaikan masalah sampah. Apalagi, pemerintah mengizinkan lahan di Pasar Caringin untuk dijadikan lokasi pengolahan sampah berbasis teknologi.
Kepala Pengelola Pasar Caringin, Asep Syarif Hidayat mengatakan, di lahan milik Pemprov Jabar itu, akan dihadirkan mesin yang mampu mengolah 40 ton sampah di Pasar Caringin tiap harinya. Dengan begitu, tidak ada lagi sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti.
"Kami sepakat untuk mengolah sampah berbasis teknologi, itu diolah 40 ton per hari mudah-mudahan bisa selesai dan pola 3R," kata Asep, Kamis (19/12/2024).
Selain itu, pengelola Pasar Caringin juga telah mensosialisasikan kepada pedagang untuk memilah sampah serta memperketat aturan bagi pemasok agar tidak mengolah barang di dalam pasar. Upaya itu disebut akan efektif di awal tahun 2025 mendatang.
"Mudah-mudahan tahun depan sudah zero waste di Pasar Caringin, tidak tergantung pola buang. Tahun depan ada perubahan besar dan Caringin akan jadi role model untuk pengolahan sampah di pasar. Mudah-mudahan sukses," tutup Asep.
Simak Video "'Gurun' Sampah di Pasar Caringin yang Jadi Sorotan"
(bba/mso)