Pilu Rohimah, Cari Nafkah Buat Anak Malah Disiksa Majikan di KBB

Round Up

Pilu Rohimah, Cari Nafkah Buat Anak Malah Disiksa Majikan di KBB

Hakim Ghani - detikJabar
Sabtu, 05 Nov 2022 07:45 WIB
Asisten Rumah Tangga (ART) asal Garut, Rohimah
Asisten Rumah Tangga (ART) asal Garut, Rohimah (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut -

Rohimah, asisten rumah tangga (ART) asal Garut yang jadi korban penyiksaan oleh majikannya sendiri, kini kembali berkumpul bersama keluarga. Udara segar kembali dihirupnya, meskipun kenangan kelam itu akan selalu melekat di ingatannya.

Rohimah kembali pulang ke kampung halamannya, di Kampung Nangor, Desa Pangeureunan, Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut setelah sebelumnya sempat mendapatkan perawatan intensif di RS Sartika Asih, Bandung. Dia pulang dengan diantar ambulans Pemda Garut, pada Rabu (2/11).

Sesampainya di kampung halaman, Rohimah disambut sanak saudara dan masyarakat setempat. Dia kemudian diistirahatkan di kediaman orang tuanya, yang bersebelahan dengan gubuk reyot milik Rohimah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan untuk berbincang dengan ibu satu anak, berusia 29 tahun tersebut, Jumat (4/11/2022). Dia mengaku, kini sudah mulai lega dan berangsur pulih dari rasa sakit yang dideritanya.

"Alhamdulillah, udah agak mendingan. Tinggal ngilu-ngilunya saja," ucap Rohimah.

ADVERTISEMENT

Secara fisik, Rohimah mengaku saat ini sudah lebih baik. Namun, dia juga tak memungkiri, jika rasa trauma hingga kini masih membelenggunya. Sedikit bercerita mengenai kenangan pahit yang dialaminya itu, Rohimah mengatakan jika kejadian tersebut bermula saat dirinya memutuskan untuk merantau bekerja di kota kembang.

Usai sana-sini mencari pekerjaan, dia akhirnya ditawari bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) oleh salah seorang penyalur, yang dikenalnya. Rohimah mengemban misi yang sangat mulia sebenarnya. Dia, nekat merantau, demi menghidupi anak semata wayangnya, yang kini duduk di bangku sekolah dasar. Memang, setelah berpisah dengan sang suami beberapa waktu silam, kondisi ekonomi keluarga makin terpuruk.

Singkat cerita, akhirnya Rohimah mendapat pekerjaan baru. Dia, dikenalkan oleh sang penyalur, kepada Yulio Kristian (29) dan Loura Francilia (29), warga Perum Bukit Permata, Kabupaten Bandung Barat. Yulio dan Loura kemudian menjadi majikan baru bagi Rohimah.

Usai nominal upah disepakati, sebesar Rp 2 juta, Rohimah kemudian mulai bekerja. Rohimah menjelaskan, pada awalnya, dia bekerja selayaknya ART biasa. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan disambut baik oleh keluarga muda tersebut.

Tapi, hati Rohimah berkata lain. Sekitar tiga bulan bekerja, Rohimah mengaku tak kerasan bekerja di rumah Yulio dan Loura. Sehingga, akhirnya dia memutuskan untuk menelepon pihak keluarga, dan meminta untuk dijemput.

"Awal disiksa itu, pas bulan Agustus, saya telepon keluarga untuk dijemput. Dijemput karena enggak betah, mau pulang," katanya.

Tapi apes, niatnya untuk mengakhiri ikatan kerja, malah dipergoki sang majikan. Majikan geram, kemudian merampas ponsel milik Rohimah, hingga dia tak bisa berkomunikasi lagi dengan keluarga. Sejak saat itu, diketahui majikan tak mengizinkannya untuk keluar dari rumah.

Dari situ, kemudian hal buruk bertubi-tubi terjadi. Rohimah banyak menerima kejadian tak mengenakan selama berada di tempat tersebut. Yang paling sakit bagi Rohimah, ketika dia menerima kekerasan fisik, yang dilakukan tak hanya oleh Yulio, tapi Loura juga.

Di suatu ketika, Rohimah bercerita, dia mengaku pernah diminta untuk jongkok dan menjulurkan tangannya ke kloset. Setelah itu, tangannya dipaksa masuk ke lubang pembuangan dan kepalanya diinjak. Hal tersebut, terjadi karena Rohimah dianggap tak bersih saat diminta membersihkan toilet.

"Dihujankan di luar rumah juga pernah. Tapi waktunya sebentar, karena banyak orang yang lewat. Yang paling sakit, pernah dipukul pakai teflon," kata Rohimah.

Rasa sakit yang dialami Rohimah tak berhenti sampai di situ. Rohimah kemudian mengatakan, jika upah yang telah mereka sepakati di awal juga tidak sesuai dengan ekspektasi. Dia mengaku hanya menerima gaji tiga kali. Itu pun, dengan nominal yang berbeda.

"Rp 1,2 juta, Rp 1 juta dan Rp 800 ribu. Awalnya janji Rp 2 juta," ungkap Rohimah.

Parahnya lagi, Rohimah juga mengaku sering mendapatkan hukuman dari sang majikan. Ketika dia melakukan kesalahan di rumah, dia didenda Rp 100 ribu oleh majikannya.

"Iya dipotong uangnya. Kalau melakukan kesalahan Rp 100 ribu potongannya," pungkas Rohimah.

Rohimah kini hanya bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Simpati dan bantuan yang datang kepadanya, sangat disyukuri oleh Rohimah di balik tragedi yang tak pernah mungkin dia lupakan.

Rohimah kini akan menetap di kampung halaman. Selain memulihkan kembali kondisi fisiknya, Rohimah juga sekarang akan didampingi oleh tim psikolog dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut untuk melakukan pemulihan mental.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Biadab! ART di Batam Dianiaya-Disuruh Makan Kotoran Binatang"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads