Nyi Rambut Kasih adalah tokoh legenda asal Kabupaten Majalengka yang menjadi ratu di kerajaan Sindangkasih pada abad ke-15. Dalam cerita tutur yang melegenda di masyarakat Majalengka, Nyi Rambut Kasih menghilang setelah perselisihan dengan Pangeran Muhammad seorang tokoh dari Cirebon.
Saat itu, Pangeran Muhammad tengah menyebarkan agama Islam sekaligus mencari buah maja di Sindangkasih. Namun karena perbedaan pandangan tentang agama dengan Nyi Rambut Kasih, buah maja dihilangkan oleh Nyi Rambut Kasih.
Tak hanya buah maja, Nyi Rambut Kasih juga turut menghilang atau mokswa setelah perselisihan. Batu Karancang diyakini sebagai tempat Nyi Rambut Kasih menghilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum Nyi Rambut Kasih terdesak dan tidak mau tunduk, ia memilih mokswa di batu tersebut. Diketahui, batu tersebut berada di kawasan patilasan Nyi Rambut Kasih yang terletak di Blok Leuwileunggik, Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.
"Dalam kepercayaan masyarakat sekitar, bahwa di situ (lokasi batu karancang) tempat ngahiangnya Nyi Rambut Kasih. Jadi ngahiang itu artinya menghilang, atau mokswa. (Betul) dikeramatkan, dan ada kuncenya. Sudah menjadi objek diduga cagar budaya (ODCB) juga," kata penikmat sejarah sekaligus Ketua Yayasan Galur Rumpaka Majalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau Naro saat diwawancarai detikJabar, Senin (3/2/2025).
Batu ini memiliki ciri khas dengan rongga-rongga yang terbentuk akibat proses alamiah. Beberapa spekulasi muncul di kalangan masyarakat mengenai batu tersebut.
Ada yang mempercayai bahwa batu ini berasal dari proses vulkanologi, bahkan ada yang percaya jika batu tersebut berasal dari meteor. Naro menyampaikan, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai batu tersebut.
"Nah kalau saya lihat, memang batu tersebut prosesnya alami. Asalnya bisa dari perut bumi ketika proses vulkanologi, itu kan ada tekanan dari dalam. Kemudian lava-lava itu keluar, keluar itu ngegulutuk-ngegulutuk, akhirnya membeku karena terjadi proses metamorfosis, akhirnya menjadi batu," jelas Naro.
"Batunya seperti bolong-bolong itu karena udara pengaruh cuaca, jadi akhirnya bolong-bolong. Tapi ada yang menyebut lagi bahwa itu adalah meteor. Nah itu juga kan harus diteliti oleh ahli. Kita memang bukan ahli, cuma bisa mengandai-andai," tambahnya.
Naro mengatakan, sejak lama batu ini telah dikeramatkan oleh warga setempat. Batu Karancang ini diperkirakan terbentuk jutaan tahun yang lalu. Bahkan pada masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, batu ini sudah dihormati sebagai tempat keramat.
"Saya punya catatan zaman Jepang itu, memang di zaman Jepang juga sudah dipercaya sebagai tempat keramat. Zaman Jepang tahun 40-an itu sudah dipercaya sebagai tempat keramat, sebagai menghilangnya Nyi Rambut Kasih," ujar Naro.
Menurut hukum yang berlaku, kata Naro, merusak atau mengubah kondisi batu tersebut dapat dikenai sanksi pidana, karena dianggap sebagai tindakan terhadap situs yang dilindungi, dan bahkan telah masuk dalam kategori objek diduga cagar budaya (ODCB).
(mso/mso)